Pintu kamar terbuka, Adriel terkejut dengan kedatangan ibunya. "Ibu, ini suatu kejutan."
"Aku cepat-cepat pulang setelah mendengarmu sakit. Apa kamu baik-baik saja sekarang?"
"Aku baik-baik saja sekarang. Ibu bisa lihat."
"Sungguh melegakan."
"Maaf sudah membuat Ibu cemas."
"Aku sudah memutuskan, Adriel."
"Memutuskan apa?"
"Tujuanku pergi ke Brimingham adalah untuk mencarikan calon istri untukmu dan aku sudah mendapatkan dua gadis sesuai dengan kriteria yang aku inginkan. Jadi ibu memutuskan kamu harus menikah."
"Oh. Ini tidak serius, kan?"
"Sangat serius."
Adriel menyimpan buku yang sedang dibacanya di tempat tidur. Ia berusaha bangun, tapi ibunya melarang.
"Aku tidak ingin menikah lagi."
"Tapi kamu membutuhkan keturunan. Seorang pewaris."
"Aku tidak butuh."
"Ya. Kamu butuh. Ibu sudah lelah melihatmu seperti ini melarikan diri dengan bekerja seharian tanpa memberikan waktu istirahat. Akhirnya kamu jatuh sakit." Olivia berhenti dengan napas yang masih memburu.
Adriel sejenak memikirkan kata-kata ibunya. Semua yang dikatakannya memang benar. Bagaimana pun ia butuh seorang pewaris dan mewarisi gelarnya sebagai Duke of Windshire selanjutnya.
"Aku takut kehilangan istri lagi."
Olivia langsung menoleh pada Adriel dan menatap putranya dengan sedih.
"Jika aku menikah lagi dan sekali lagi aku kehilangannya, aku tak yakin akan sanggup melewati semuanya."
"Itukah yang kamu takutkan selama ini?"
"Iya.Tapi aku akan mencoba mengatasi rasa takutku ini demi keinginanmu."
Olivia tersenyum. "Terima kasih."
"Earl of Merlonbury mengundangku ke pesta mungkin akan mencoba menghadirinya."
"Itu bagus. Siapa tahu kamu di sana bertemu wanita yang menarik perhatianmu dan membuatmu terpesona. Jika tidak mendapatkannya, aku akan mendatangkan dua gadis yang ibu temui di Brimingham. Kamu harus sudah menikah musim dingin tahun ini."
Olivia mengecup kening Adriel, lalu meninggalkannya dalam kesendiriannya lagi. Sebenarnya ia belum siap akan ada wanita lain yang masuk ke dalam hidupnya dan menghancurkan tembok yang sudah ia bangun selama bertahun-tahun yang akan menganggu kehidupan pribadinya.
Sekatika Adriel membayangkan menikah dengan seorang Lady yang sangat kaku dan tidak bahagia, karena harus menikahinya.
***
Lady Lisbeth terkikik melihat wajah pelayan pribadinya, Georgina dipenuhi oleh tepung yang terjatuh dari rak. Tentu saja kejadian itu membuat sebagian pelayan dapur sangat kesal. Sebenarnya Georgina tidak sengaja menyenggol wadah yang berisi tepung saat ia akan mengambil gula untuk membuat teh.
Mereka berdua akhirnya diusir dan sementara waktu tidak boleh ke dapur. Di kamar, Lisbeth masih saja tertawa. Georgina pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya.
"Kamu sangat lucu tadi."
Lisbeth tidak bisa berhenti tertawa.
"My Lady, jangan mentertawai saya lagi," katanya dengan wajah cemberut.
"Baiklah. Sekarang bantu aku mengepas gaun-gaunku yang akan kukenakan di pesta nanti."
Georgina mengangguk. Sejujurnya, Lisbeth begitu senang dan bersemangat dengan pesta dansanya yang pertama. Ini season pertamanya dan berharap akan bertemu dengan salah satu pria yang akan membuatnya jatuh cinta.
"Menurut gosip pesta dansa season pertama ini akan banyak dihadari oleh pria-pria lajang dari kalangan bangsawan dan juga duda-duda."
"Sepertinya akan menarik." Lisbeth kembali mengenakan gaun berikutnya.
"Saya rasa gaun berwarna ungu ini sangat cocok Anda kenakan di pesta nanti."
"Baiklah. Aku akan mengenakan gaun ini,"katanya sambil memutar-mutarkan tubuhnya.
"Sang Duda tampan dan paling diincar oleh para wanita bangsawan saat ini kabarnya akan datang."
"Siapa?"
"Duke of Windshire. Dia baru saja mengkonfirmasi kedatangannya di pesta nanti. Aku mendengarnya dari Wilem bagian penerima tamu."
"Wow. Pesta kali ini pasti akan menarik. Aku tak menyangka si gila kerja itu akan datang. Aku dengar dia sudah melewati beberapa season."
"Benar. Sepertinya dia sekarang berubah pikiran. Ini debut pertama Anda di pesta dansa. Anda harus tampil secantik mungkin supaya dapat memikat semua pria yang hadir."
Lisbeth duduk di meja rias. Rambut panjang pirangnya tergerai sampai pinggang, ketika Georgina membuka ikatan rambutnya dan kembali menata rambutnya seindah mungkin.
***
Adriel sedang berkuda memeriksa lahan-lahannya dan perkebunannya yang terkena dampak badai beberapa hari yang lalu. Para pekerjanya yang sebagian besar adalah b***k kulit hitam bahu membahu membersihkan puing-puing dahan dan ranting pohon yang jatuh. Sebagian lahan sudah dibersihkan beberapa hari yang lalu. Beberapa pondok yang ia sewakan, atapnya ada yang rusak dan sedang diperbaiki. Adriel sangat puas dengan kinerja mereka.
Jika cuaca bagus, Adriel bisa kembali menanam sayuran yang gagal panen akibat badai. Ia memutuskan beristirahat sejenak di bawah pohon Cherry di dekat kastilnya. Kudanya ia ikatkan di pohon. Masih ada 3 jam lagi sebelum pesta dansa dimulai dan akan menjadi season pertamanya lagi sejak ia melewatkan beberapa season sebelumnya. Semilir angin sejuk membuatnya sedikit mengantuk dan Adriel hampir terlelap tidur, jika saja tidak ada benda atau seseorang yang jatuh menimpanya dari atas pohon.
Adriel terkejut, ketika mendengar suara teriakan dari atas pohon dan ia segera menangkapnya dalam keadaan sedang duduk. Keduanya tersungkur ke tanah.
"Aaww."
Erangan kesakitan terdengar dari seseorang yang sekarang berada di bawah tubuhnya. Wanita itu perlahan membuka matanya dan semakin lebar saat ia melihat wajah seorang pria dengan rambut coklat dan bermata biru sedang menatapnya. Wajahnya hanya beberapa sentimeter darinya. Wanita itu menatapnya dengan pandangan kosong dan ia menelan ludah melihat ketampanannya. Selama sesaat mereka saling menatap satu sama lain. Tiba-tiba tanpa Adriel duga tangan besar dan kuatnya sudah membelai pipinya.
Wanita itu segera menyingkir dan membersihkan gaunnya yang terkena tanah, sedangkan Adriel masih terpaku ditempatnya sambil memperhatikan wanita itu.
"Maaf." Hanya kata itu yang mampu terucap dari mulut wanita itu.
"Apa Nona baik-baik saja?"tanyanya dengan pandangan cemas.
"Ya. Aku baik- baik saja."
Adriel melihat ke arah pohon Cherry, lalu ke wanita itu lagi. Bagiamana Nona bisa ada di atas pohon?"
"Ah itu. Aku sedang istirahat." Wanita itu tersenyum lebar.
"Bagaimana Nona bisa naik?"
"Keahlianku adalah memanjat pohon. Maaf aku harus segera pergi."
Wanita itu langsung melesat pergi dengan berlari. Adriel hanya bisa memandangnya dengan wajah terheran-heran.
***
Kereta kuda berwarna hitam mengkilat dengan lambang keluarga Boswell yang tertera di pintu kereta ditarik oleh kuda-kuda hitam jantan melewati jalanan yang tidak rata menuju kediaman Earl of Merlonbury. Adriel duduk tegak dan tangannya memegang tongkat hitam. Pandangannya lurus ke depan tidak mempedulikan goncangan kereta kudanya. Sesekali kepalanya terantuk atap kereta kuda.
Seorang pelayan pria berseragam merah membukan pintu untuknya ketika kereta kudanya memasuki halaman depan estat setelah menunggu antrian yang cukup panjang. Kedatangan Duke of Windshire diumumkan dengan keras ke seluruh tamu undangan. Seketika kemeriahan pesta terhenti dan menjadi sunyi. Semua mata memandang ke arahnya dan seketika Adriel menjadi pusat perhatian.
Beberapa tamu terkejut dengan kedatangannya yang tidak terduga. Musik yang sempat terhenti kembali dimainkan dan tamu-tamu kembali berbicara, menggosipkan dirinya. Adriel pura-pura tidak tahu akan hal itu. Para wanita tidak malu-malu memperhatikan kemana sang Duke pergi berharap salah satu dari mereka diajak berdansa olehnya.
Adriel tidak mempedulikan perhatian mereka dan tidak ada keinginan untuk berbincang-bincang dengan salah satu dari mereka. Para tamu yang lain juga merasa segan untuk mengajaknya berbicara, karena Adriel sudah lama tidak membuka diri pada khalayak golongan bangsawan. Ia mengakui banyak wanita yang masih sangat muda hadir di pesta ini dan mungkin ini adalah season pertama mereka juga.
Adriel melayangkan pandangan ke seluruh ruangan. Matanya tertuju ke salah satu sudut ruangan yang tidak banyak dilalui orang di dekat sebuah vas bunga besar.