Bab 8. Datang Melamar

1502 Kata
Linda melihat dengan cermat siapa orang yang mengatakan hal yang tidak pernah dia duga sebelumnya. Deretan mobil parkir memenuhi jalan menuju rumahnya. "Anda siapa?" Tanya Linda yang penasaran. "Melvin Abraham, saya ingin melamar Azura." Melvin mengatakan hal itu tanpa mau mengulurkan tangan pada wanita tua ini. Melvin tahu segala hal yang nenek tua ini lakukan pada Azura, hal yang menyakitkan hingga bisa saja membuat calon pewaris perusahaan Abraham menghilang begitu saja. "David, Urus ini." Linda tidak ingin bertemu dengan lelaki sombong yang bahkan mengabaikan salamnya. David keluar dan mengajak mereka semua untuk masuk ke dalam rumahnya yang sempit ini. Hanya ada Melvin, Nenek dan asisten Melvin yang membawakan uang mahar untuk menikah dengan Azura. "Apa maksud kedatangan kalian ke sini? apakah benar akan melamar Azura?" tanya David. Prasasti segera memanggil Azura yang berada di dapur, dia ingin bertanya mengenai siapa lelaki kaya yang kini datang dan berniat melamar Azura sebagai istrinya. Melvin melihat Azura yang keluar dari belakang, penampilan yang lusuh dan keringat mengalir di dahinya. Melvin kesal, dia menggenggam erat kursi kayu yang di duduki nya. "Nenek," panggil Azura pada Adira yang ternyata ikut datang. "Azura, kenapa tubuhmu membiru?" tanya Adira yang basa basi pada Azura. Azura langsung menutupi bekas pukulan neneknya, dia menggelengkan kepalanya dan mengatakan jika dia tidak apa-apa. Begitulah Azura, jika dia dendam dia pasti akan mengatakan semua perlakuan buruk nenek nya pada semua orang yang ada di sini, tapi tidak dia masih punya hati untuk menyimpan semuanya dan menutupi aib keluarganya. Sigit dan Claudia akhirnya bertukar cincin, Melvin merasa jengah dengan mereka lalu dia langsung mengatakan maksud dan tujuannya pada David. Dia tidak ingin berlama-lama disini karena dia jengah dengan tingkah Linda dan keluarga lain yang membuatnya kesal. "Saya ingin segera menikah dengan Azura, seperti yang anda ketahui Azura mengandung anak saya." Melvin mengatakan semua tanpa ada yang di tutupi. "Semuanya terserah Azura," ucap David. "Uang mahar yang kau berikan berapa?" tanya Linda secara langsung pada Melvin. Walaupun banyak mobil mewah yang datang dia belum percaya jika segalanya tidak di buktikan saat ini. Linda tidak ingin rugi karena Azura menikah dengan orang kaya raya. Sesuai dengan perintah Melvin, kini Regi ke depan dan memberikan satu koper yang penuh dengan uang. Melvin dengan arogan membuka koper tersebut dan memperlihatkan isi yang ada di dalamnya. Melvin sengaja tidak memberikan banyak uang, karena sejak neneknya memberitahu perilaku keluarga ini dia merasa bahwa dia harus segera membawa Azura pergi dari sini. "150 juta, ini uang yang akan saya berikan untuk Azura. Saya juga sudah menyiapkan Rumah tiga tingkat lengkap dengan isinya, semuanya untuk Azura." Semua orang terkejut dengan apa yang Melvin katakan, terlebih Linda sudah berbunga-bunga dia merasa bahagia karena akan mendapatkan uang yang dia inginkan. "Wah, lebih banyak yang Melvin berikan di banding Sigit." Kepala desa nyeletuk karena Linda terlalu sombong di awal jika Azura tidak akan mendapatkan lelaki yang lebih kaya dibandingkan suami Claudia. "Sialan," umpat Sigit yang kalah pamor karena kedatangan Melvin. "Silahkan, mau nikah segera juga silahkan." Linda segera datang dan mendekati uang yang sudah di letakkan di meja. Adira hanya bisa menghela nafasnya dengan lemah, dia tidak menyangka ada orang tua yang sejahat itu. Adira bahkan tidak akan pernah tega menjual keluarganya pada orang lain, tapi kini tanpa bertanya-tanya Linda langsung setuju untuk menikahkan Azura dan Melvin. Dia bahkan tidak tahu keluarga Melvin siapa dan kerja Melvin apa, dia tidak pernah mengkhawatirkan Azura karena yang dia inginkan hanyalah uang. "Ibu," bisik Azura yang merasa sedih karena dia merasa di jual oleh keluarganya sendiri. "Ibu akan datang di pernikahan mu, sebelum pernikahan ibu akan datang diam-diam kesana." Prasasti berbisik pada anaknya. Azura mengangguk, setidaknya ada ibu yang selalu menemaninya nanti. Azura senang tapi dia tidak habis pikir dengan segalanya, nilai Azura berubah hanya karena uang dan dia tidak bisa memungkiri rasa kecewa yang dia miliki karena semua yang ada di sini sungguh bermuka dua. Mereka semua tidak ada yang bertanya tentang apa yang terjadi pada Azura, siapa calon suaminya tetapi dengan mudahnya mereka setuju Azura menikah dengan Melvin tanpa bertanya lebih lanjut tentang keluarga mereka. "Aku ingin seratus juta untuk ibu Azura, karena dia yang sudah melahirkan calon istri saya." Melvin mengatakan hal itu sebagai syarat. "Sasti, apakah kau tuli? cepat kesini." Linda sangat keras memaki menantunya. Prasasti dengan penampilan yang lusuh sama seperti Azura pun mendekat, dia menerima uang yang kini diberikan oleh Melvin. Dia ingin menangis, bagi Prasasti dia tidak perlu menerima uang sebanyak ini karena pada akhirnya suaminya akan meminta semuanya, dia hanya perlu Melvin menjaga Azura dengan baik. "Nak Melvin, ibu tidak seharusnya menerima ini. Tolong jaga Azura dengan baik," ucap Prasasti menolak. "Tidak Ibu, ini untuk seseorang yang sudah melahirkan calon istri ku." Melvin tersenyum lembut dan baru kali ini Azura melihat senyum Melvin yang begitu tulus di matanya. Adira bahkan terkejut melihat ekspresi cucunya, tidak ada wajah arogan sama sekali. Dia sangat tulus tersenyum pada Ibu Azura yang banyak menerima rasa sakit di hidupnya, banyak luka lebam dan sama seperti yang Azura miliki. Melvin merasa menyesal mengijinkan Azura untuk pulang tanpa penjagaan, hal ini sangat buruk untuk kesehatan Azura terlebih pada anak yang ada di dalam kandungannya. "Ibu simpan dulu uangnya, ganti baju dulu. Jangan melakukan hal yang berat karena ibu terlihat tidak enak badan," ucap Melvin memeluk Ibu Azura. "Nak Melvin, Ibu bau." Prasasti menolak pelukan dari calon menantunya, tetapi Melvin tidak menghiraukan hal ini. Melvin hanya merindukan ibunya, tatapan teduh Prasasti mengingatkan Melvin pada ibunya yang sudah lama tiada. Linda jengah melihat drama ini, tapi hatinya bersorak bahagia karena dia akan mendapatkan 150juta, dia tidak akan membiarkan Prasasti mengambil uang 100juta itu. Dia akan memintanya nanti setelah keluarga Melvin pulang, lebih baik seperti itu dari pada ada masalah yang terjadi. "Ayo, ibu ganti baju dulu. Azura juga mau ganti baju," ucap Azura. Prasasti masuk ke dalam kamar, dia langsung menguncinya. Dia masih membawa uang 100 juta yang Melvin berikan, dia memberikan semua itu pada Azura. Prasasti tidak ingin membawa semua uang itu, dia lebih rela memberikan uang itu pada Azura agar digunakannya untuk anak yang ada dikandungan Azura kelak. "Ibu, Azura tidak mau." Tolak Azura. "Azura, jika uang ini tetap ibu bawa maka ayahmu yang akan mengambilnya. Cepat simpan, masukkan tas dan tutup dengan bajumu, kamu tahu kan ibu sudah berjanji akan datang ke pernikahan mu," ujar Prasasti. Azura lalu mengambil foto kecil di dompetnya, dia lalu menulis alamat tempat dimana dia tinggal. Tempat yang lebih bagus, semuanya sudah diatur Melvin agar anak nya hidup dengan bahagia tanpa kekurangan seperti apa yang dikatakan Adira sebelumnya. "Ini alamat Azura, nanti ibu berhenti di terminal seperti biasanya. Naik ojek online saja sampai sini, nanti Azura yang bayar. Jangan sampai mereka semua tahu dimana keberadaan Azura ya Bu?" pinta Azura. Prasasti mengangguk, dia lalu memasukkan uannya pada totebag Azura dan langsung di tutup dengan baju kotor yang sebelumnya Azura pakai. Azura langsung berganti baju karena dia harus ikut pulang bersama dengan Melvin hari ini. Azura merasa takut melihat tatapan Melvin yang menahan amarahnya karena kondisi Azura yang tidak bisa dikatakan baik, Melvin pasti sangat marah karena takut jika anak yang ada di dalam kandungannya kenapa-kenapa. "Ayo Bu," ajak Azura. Ketika mereka keluar, Azura mendengar bahwa Melvin akan mengadakan pernikahan Minggu depan, memang acaranya tertutup karena hanya tamu undangan yang bisa masuk ke dalam acara tersebut. Melvin tidak berniat untuk meminta ayah Azura sebagai wali, segalanya akan di serahkan pada wali hukum karena Melvin tidak ingin acara sakral ini akan gagal karena ulah keluarga Azura yang tidak bisa di tebak. "Azura akan langsung kembali ke kota bersama saya," ucap Melvin. Linda mengangguk setuju, pandangannya masih berada pada koper yang berisi uang sisa 50juta, lebih banyak dibandingkan dengan apa yang Sigit janjikan. Melvin sama sekali tidak merasa keberatan memberikan uang itu. "Alamat kalian dimana?" tanya David. "Nanti akan saya beritahu," ujar Melvin. "Sudahlah, jangan kau pikirkan itu Vid." Linda tidak peduli lagi pada Azura karena dia ingin keluarga Melvin segera pergi agar dia bisa segera memegang uang itu. Azura pamit pada Ibu dan Ayahnya, walaupun Azura sangat kesal pada ayahnya tapi dia tidak boleh melakukan hal yang buruk karena bagaimanapun dia ayah Azura. Prasasti menangis, dia tidak menyangka bahwa anaknya sebentar lagi akan menikah. Dia tahu segalanya terasa berat tapi dia yakin bahwa ini merupakan hal terbaik untuk hidup Azura, dia tidak ingin Azura terus merasa sedih karena kehidupan di kampung ini. Prasasti juga tidak tahu bagaiman hubungan Azura dengan Rangga, Prasasti setuju Azura menikah dengan Melvin karena saat ini Azura hamil anak Melvin. Dia takut jika Rangga tidak bisa menerima kehamilan Azura yang bahkan tidak hamil anaknya. Setiap orang tidak pernah tahu siapa jodoh yang Tuhan siapkan untuknya, Prasasti akan berdoa pada Tuhan agar kehamilan anaknya diberkati dan pernikahan anaknya akan berjalan lancar tanpa ada orang yang berusaha untuk menghentikannya. "Azura pamit," ucap Azura lalu keluar dari rumah ini. Prasasti melambaikan tangannya, dia menangis karena akan di tinggal Azura. Setelah ini dia harus siap menerima kemarahan dari Linda karena uang yang dia inginkan di bawa oleh Azura, Prasasti tidak akan rela jika Linda yang menikmati uang yang seharusnya Azura dapatkan. "Mana uang itu?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN