Lalu di hari kedua Jolly bertemu dengan Elma, salah satu anggota FBI yang akan menjadi patner kerja ayahnya. Pertemuan pertama Jolly dan Elma tidak begitu bagus, karena Jolly menangis histeris ketakutan. Ternyata Jolly masih belum bisa menerima kehadiran orang asing. Jolly ketakutan dan menangis histeris, hingga Elma bingung. James pun terlihat khawatir melihat Jolly. Lalu James dengan kasar mengusir Elma keluar dari apartemennya.
“Keluar dari sini sekarang juga” bentak James dengan nada dingin.
“James, tunggu-“ belum Elma sempat berbicara James sudah menutup pintu apartemennya dengan kencang.
Blam
Di depan pintu Elma hanya bisa menarik nafas panjang dan menggelengkan kepalanya. Lalu dia pun segera pergi meninggalkan apartemen James.
James menghampiri Jolly yang histeris. James pun langsung memeluk Jolly dan mengusap punggungnya agar Jolly merasa nyaman dan tenang. Itu semua pun terbukti Jolly perlahan menghentikan tangisannya.
“Sayang kalau kamu ingin kita kembali, Papa akan mengurusnya saat ini juga” ucap James dengan lembut.
“Ti dak Pa” ucap Jolly dengan suara yang masih serak.
“Kenapa tidak? Papa tidak ingin kamu merasa tidak nyaman ditempat ini. Tidak apa sayang, Papa tidak akan marah” ucap James lagi dengan lembut.
Jolly pun berpikir, kenapa dia selalu seperti ini. Tidak bisakah dia hidup normal seperti anak-anak pada umumnya. Kalau dia seperti ini terus Jolly akan selalu menyusahkan James. Jolly tidak mau seperti itu, Jolly sudah besar sekarang. Jolly ingin bisa pergi keluar dan bermain bersama teman-teman. Jolly tidak ingin sendirian terus dirumah menunggu James pulang kerja.
Yang memutuskan untuk ke Inggris adalah Jolly, seharusnya Jolly sudah mulai berusaha bisa mengontrol dirinya. Jolly pun memejamkan matanya, dia berdoa kepada Tuhan agar bisa membantunya hidup seperti anak-anak lainnya.
“Tuhan, tolong bantu Jolly. Jolly ingin bisa bermain bersama teman-teman. Jolly tidak ingin membuat Papa sedih” doa Jolly di dalam hatinya.
Jolly membuka matanya lalu menghapus air matanya dan tersenyum kepada James. Jolly yakin dia bisa.
“Pa, Jolly sudah tidak apa-apa. Papa tidak perlu cemas” ucap Jolly dengan mencoba tersenyum.
James tahu perasaan takut Jolly itu masih ada. Terbukti saat James masih memegang telapak tangan Jolly masih terasa dingin dan lembab. Tetapi James akui, Jolly sudah semakin besar, dia tidak ingin menyusahkan James. Jolly sedang berusaha melawan kekurangannya itu. James pun harus membantu Jolly.
“Baik sayang. Tapi ingat jika Jolly merasa tidak nyaman langsung bilang ke Papa” ucap James dengan tersenyum.
“Siap Pa” ucap Jolly menganggukkan kepalanya.
James mengira Jolly benar-benar sudah merasa nyaman. Malam ini James tanpa sengaja melihat Jolly yang sudah tertidur di dalam kamarnya. James membuka pintu kamar Jolly, lampunya memang sengaja tidak dimatikan karena Jolly belum terbiasa tinggal disini.
“Hiks hiks hiks” terdengar suara isak Jolly.
James pun terkejut lalu membuka pintu kamar Jolly dengan lebar. James pun segera berlari masuk dan menghampiri Jolly di dalam kamarnya.
“Sayang apa yang terjadi?” Tanya James cemas.
“Pa pa” ucap Jolly terkejut.
“Ada apa?” Tanya James lagi yang kini sudah duduk di atas ranjang Jolly.
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya bermimpi buruk saja” jawab Jolly.
“Syukurlah. Papa kira terjadi sesuatu kepadamu sayang” ucap James merasa lega.
“Tidurlah, Papa akan menemanimu sampai kamu terlelap” ucap James.
“Terima kasih Papa” ucap Jolly.
James pun melihat Jolly sudah kembali membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Setelah kurang lebih ima belas menit James memastikan Jolly sudah terlelap. James pun mengecup kening Jolly, setelah itu dia pergi ke luar dari kamar Jolly.
Ternyata malam-malam selanjutnya James kembali mengecek kamar Jolly. Lagi-lagi James mendengar Jolly menangis dengan amat pelan. James pun sengaja tidak masuk ke kamar Jolly. James hanya menunggu di depan kamar Jolly sampai Jolly kembali terlelap. Dan setiap pagi James selalu bertanya kepada Jolly apakah malam ini tidurnya nyenyak, Jolly selalu menjawab tidunya nyenyak.
James tahu Jolly berbohong kepadanya. Jolly sepertinya sengaja menutupinya agar James tidak mencemaskannya. Tetapi tetap saja James merasa tidak nyaman jika harus selalu melihat Jolly menngis tiap malam.
Akhirnya James memutuskan untuk kembali ke Amerika. Seharusnya dia tidak menyetujui permintaan David itu. Untuk saat ini prioritas utama James adalah Jolly. James tidak ingin Jolly mengalami kehidupan yang tertekan jika harus seperti ini.
James tidak akan mengulang kesalahannya kepada istrinya. Jolly adalah satu-satunya peninggalan istrinya. James sudah berjanji akan menjaga Jolly seumur hidupnya. Dia yang akan membesarkan Jolly, bagaimanapun caranya James yakin dia pasti bisa walau hanya sebagai single parent.
Padahal Ibunya selalu meminta James untuk mencarikan Ibu baru bagi Jolly. Tetapi James tidak pernah menanggapi ucapan Ibunya. James memilih untuk sendiri. Dia tidak ingin jatuh cinta kepada wanita laian. James tidak ingin ada yang menggantikan mendiang istrinya.
Sudah satu minggu James dan Jolly berada di apartemen. James sengaja selama satu minggu ini juga belum mulai untuk menjalankan pekerjaannya. James masih menemani Jolly di apartemen. Memang ada sedikit kemajuan, Jolly setidaknya sudah terbiasa oleh maid yang biasa datang ke rumahnya.
Tetapi tekad James sudah bulat, dia akan kembali ke Amerika. Dan rencananya hari ini dia akan menghubungi David untuk membatalkan semua kerja samanya. Maid sudah menyiapkan semangkuk sereal dan segelas s**u putih untuk Jolly, tidak lupa sepotong sandwich daging asap dan secangkir kopi pahit untuk James.
Ting Tong
Ting Tong
“Ibu tolong bukakan pintunya ya” ucap James kepada Maid yang biasa dia panggil Ibu.
“Baik Pak” ucap maid itu menganggukkan kepalanya.
Ceklek
“Hallo, apa James dan Jolly ada di dalam?” Tanya seorang wanita.
“Sebentar Nona. Saya akan tanya Pak James apa anda boleh masuk” ucap maid itu.
“Baiklah aku akan menunggunya di sini” ucap wanita itu.
Maid itu pun menutup pintunya, dan segera melangkah menghampiri James dan Jolly yang sedang sarapan. Tanpa maid itu ketahui, wanita yang ternyata Elma itu mengganjal pintu dengan kunci agar tidak tertutup rapat.
Elma pun tersenyum ketika dia berhasil membuka pintu dan masuk ke dalam apartemen James. Elma tahu pasti pagi ini James dan Jolly sedang sarapan. Dan Elma melangkahkan kakinya menuju ruang makan.
“Pak di depan ada-“ belum sempat maid itu selesai bicara, Elma sudah datang dan mengagetkan mereka semua.
“Selamat pagi” ucap Elma dengan nada yang sangat ceria.
Semua mata pun langsung tertuju kepada sumber suara itu. Maid terkejut dia merasa sudah menutup pintunya dengan rapat, Jolly langsung berubah pucat, sedangkan James langsung menatap dingin kepada Elma yang masuk tanpa seizinnnya.
“Hai, Jolly” sapa Elma dengan wajah riangnya menatap Jolly dan menghiraukan tatapan mata dingin James.
Jolly yang mulai ketakutan langsung menunduk. James pun yang sudah tidak tahan dan takut Jolly histeris lagi segera berdiri. Lalu tanpa aba-aba James menarik tangan Elma dan mengusirnya dari apartemen.
“James, tolong berikan aku kesempatan” ucap Elma memohon.
James hanya diam dan tidak mengubris ucapan Elma. Elma pun tak mau kalah, saat James mencoba menutup pintunya Elma sengaja menahan dengan kakinya.
“Kakimu akan putus kalau masih disana” ucap James dingin kepada Elma.
“Tidak apa. Kalau itu membuatmu akhirnya mengizinkanku masuk” ucap Elma.
James pun membuka pintunya lebar, lalu Elma tersenyum dengan penuh kemenangan. Saat Elma menyingkirkan kakinya dan mencoba masuk, dengan cepat James mendorong Elma keluar lalu menutup pintunya.
Blam
“Auuuuuuw” teriak Elma.
Ceklek
James terkejut mendengar teriakan Elma langsung membuka pintunya kembali. James mengira Elma terjepit pintu. Ternyata saat James membuka pintunya Elma dengan sengaja tersenyum lebar kepadanya.
“Crazy” desis James yang siap menutup pintunya.
“Ups, kali ini kalau kamu masih menutup pintunya tanganku akan terjepit” ucap Elma dengan sengaja menggoda James.
“Auuw” Elma kembali berteriak karena James dengan sengaja menyentil punggung tangannya yang berada di pintu.
Tetapi Elma tidak mau kalah. Dia tetap berpegangan kepada pintu agar Jame tidak bisa menutup pintunya.
“Apa maumu?” Tanya James dingin.
“Berikan aku kesempatan satu kali untuk mendekati putri kecilmu” jawab Elma.
“Jika tidak berhasil” ucap James.
“Baiklah, aku akan mengaku kalah dan tidak akan lagi datang kesini” ucap Elma.
“David” ucap James.
Elma pun repleks berbalik kebelakang, lalu dengan cepat James segera menutup pintunya.
“Jangan pernah berharap” ucap James.
Blam.
“Ish, sial. Dasar pria ini” ucap Elma kesal karena merasa tertipu.
Ternyata James sengaja mengucapkan David agar Elma mengira David juga datang kesana. Ternyata itu semua hanya untuk mengelabui Elma dan David sama sekali tidak ada disana.
“Papa tadi siapa?” Tanya Jolly yang mulai tenang.
“Bukan siapa-siapa. Dia hanya seorang sales” ucap James berbohong.
“Bukankah dia wanita yang waktu itu pernah datang kesini juga?” Tanya Jolly.
“Iya, dia ingin menawarkan asuransi kepada Papa. Tetapi Papa tidak membutuhkan itu” ucap James.
Tok
Tok
Terdengar suara orang mengetuk, tetapi kali ini bukan jendela yang diketuk melainkan kaca. Maid yang sedang berada di dapur pun melangkah menuju balkon yang berada di ruang tv. Maid membuka tirainya, alangkah terkejutnya maid itu ketika melihat Elma sudah berdiri di balkon.
Maid itu memastikan jendela terkunci rapat. Lalu dia segera pergi ke ruang makan untuk menemui James. Maid itu pun berkata pelan kepada James.
“Pak maaf , wanita yang tadi ada di balkon” ucap maid itu dengan pelan.
“Dasar crazy” umpat James.
“Tolong jaga Jolly” ucap James.
“Baik Pak” ucap maid itu.
“Pa mau kemana?” Tanya Jolly yang belum menghabiskan serealnya.
“Mengusir kucing nakal di balkon” ucap James.
“Jangan diusir Pa. Biar Jolly pelihara saja” ucap Jolly.
“Tidak sayang, kucing ini sangat nakal dan galak. Dia akan mencakar kulitmu” ucap James berbohong.
“Kalau kamu mau memelihara kucing. Akan Papa berikan anak kucing yang sama manisnya denganmu” ucap James dengan tersenyum. Jolly pun menganggukkan kepalanya.
James pun segera melangkah menuju balkon. James membuka tirainya dan benar sekali Elama tersenyum sambil melambaikan tangannya.
James pun menutuk kembali tirainya. Lagi-lagi Elma tidak kehilangan akal.
Tok
Tok
“James, buka jendelanya dan biarkan aku masuk” teriak Elma.
James pun sengaja tidak menjawab, tetapi dia masih berada di balik tirai untuk memastikan Elma pergi.
Tok
Tok
“James, aku hitung sampai tiga kalau kamu tidak membiarkan aku masuk, aku akan melompat dan kamu yang akan menjadi tersangka utamanya karena aku melompat dari balkon apartemenmu” teriak Elma lagi.