Sketsa yang menarik perhatian

1223 Kata
Setelah kejadian waktu itu, Raksa mendengar banyak hal tentang dokter Luna. Selain memiliki kemampuan sebagai dokter bedah, ternyata dokter Luna dulu pernah sekolah bisnis, meskipun tidak diselesaikan. Sebagai dokter, sebenarnya dokter Luna termasuk yang memiliki privilege atau hak istimewa.  Dia juga mendengar banyak hal tentang batalnya pernikahan dokter Luna. Dari cerita itu, Raksa juga tahu kalau calon suami yang membatalkan pernikahan adalah Lander. Tidak mengejutkan, karena dari mimpinya, Lander begitu anti terhadap wanita. Meskipun tidak pernah mengenal dokter Luna, para perawat atau staf yang mengenalnya mengatakan wanita itu berasal dari keluarga pengusaha yang cukup berpengaruh. Tidak ada yang tahu bagaimana karakternya, karena dokter Luna hanya datang ke rumah sakit ini saat dia dibutuhkan.  Suatu waktu, Raksa melihat dokter Luna sedang berjalan menuju sebuah mobil. Dari lantai dua, Raksa hanya bisa mengawasinya. Sekitar lima menit, dokter Luna keluar dari mobil tersebut. Tapi raut wajah wanita itu terlihat sedih.  Raksa buru-buru mencari kemana perginya dokter Luna. Dia hanya menebak, karena sudah hapal dengan kawasan rumah sakit, Raksa hanya mencari ke tempat yang menurutnya memungkinkan. Dan benar saja, Raksa berhasil menemukan keberadaannya.  Wanita itu pergi ke area belakang, di sana cukup sepi. Sehingga memungkinkan seseorang untuk menenangkan diri. Begitulah analisis Raksa.  "Dokter, jariku terluka!"  Luna terkejut mendengar ada orang lain di sana. Dia melihat seorang remaja dengan pakaian pasien sedang berjalan mendekat. Terlihat ada darah dari ujung jarinya. Berbalik untuk lebih dulu menghapus jejak air matanya, dia juga mengambil napas panjang, baru kembali memperlihatkan wajahnya pada remaja itu.  "Sejak kapan kamu ada di sini? Dan kenapa kamu malah pergi ke area ini, bukannya mencari perawat untuk membantu?" Luna mengenali remaja laki-laki itu, yah, pasien yang beberapa hari lalu melihatnya bertengkar dengan Lander.  Raksa mengangkat bahunya, dia membiarkan dokter Luna membungkus luka di jarinya dengan sapu tangan miliknya. Sebenarnya luka itu tidak sakit, karena tadi dia sengaja menusukkan pena ke jarinya. Lukanya juga sangat kecil.  "Apakah ini perlu dijahit?" Raksa menyuarakan dengan nada khawatir, tapi ekspresi wajahnya terlihat biasa saja.  Luna tertawa, karena dia tahu pasien itu hanya menggodanya. Tidak tahu apa maksud dari tindakannya, tapi Luna berharap pasien itu tidak sedang mengasihaninya.  "Apakah laki-laki waktu itu yang membuatmu sedih tadi?" Raksa bisa melihat tatapan tidak nyaman dari dokter Luna. Dia pun buru-buru memperbaiki ucapannya. "Jangan biarkan dia memarahimu lagi!"  "Jadi, kamu benar-benar mendengar semuanya?" Dokter Luna tidak menyangka pasien itu akan mengatakannya, dia pikir pada umumnya orang yang mendengar sebuah pertengkaran akan berpura-pura tidak mendengarnya.  "Aku tidak sengaja mendengarnya. Lagi pula, kalian seharusnya tidak bertengkar di sana. Aku hampir jantungan, saat mendengar laki-laki itu berteriak!" Raksa memperhatikan ketidaknyamanan dokter Luna, karena dia membahas kejadian waktu itu. Tapi dia memang harus, demi tujuannya.  Luna tidak menunjukkan respon, dia selesai membalut jari pasien itu, dan akan langsung pergi. Tidak berniat juga untuk melanjutkan pembahasan.  "Sebenarnya aku mengenalnya!" Raksa buru-buru mengatakannya, saat melihat dokter Luna akan meninggalkannya.  "Dokter mungkin tidak percaya, tapi aku melihatnya di mimpiku saat aku koma!" Raksa tidak pernah mengatakan ini pada dokternya ataupun orang lain di sekitarnya, tapi dia mengatakannya pada dokter Luna.  "Wah, kamu sepertinya harus banyak istirahat. Kembali lah ke ruanganmu!" Dokter Luna berusaha untuk tidak terpancing, dia tahu remaja laki-laki itu hanya menggodanya. Ucapannya saja tidak masuk akal.  "Mau lihat buktinya?" Raksa berjalan lebih dulu menuju kursi tidak jauh dari sana, mencari gambar sketsa Lander yang pernah dia buat.  Dokter Luna awalnya tidak tertarik. Tapi karena remaja laki-laki itu terlihat begitu percaya diri, dia mengikuti permainannya. Jika remaja itu mempermainkannya, dia akan memukulnya nanti.  "Semua itu isinya gambaranmu sendiri?" Luna bisa melihat ada banyak lembaran yang sudah terisi gambar.  "Tentu saja, tapi dokter hanya bisa melihat satu gambar. Duduk lah, dok!" Raksa tidak mungkin menunjukkan semua gambarannya, karena di sana ada beberapa gambar yang dia buat Berdasarkan ingatan dalam mimpinya.  "Ini Lander?" Luna memperhatikan sketsa yang begitu mirip dengan Lander, tapi versi yang lebih muda. Dan dalam gambar itu Lander sedang mengenakan headband. Cukup asing, tapi familiar. Karena wajahnya benar-benar wajah Lander.  Mengangguk, Raksa melihat tatapan dokter Luna begitu dalam. Menunjukkan sebuah respon kekaguman. Tidak tahu kagum pada gambarannya yang bagus, atau pada sosok tampan yang dia gambar.  "Aku belum pernah melihat Lander dengan penampilan ini. Tapi katakan, kamu baru menggambarnya setelah melihatnya kemarin, bukan?" Luna tentu tidak akan percaya, jika Raksa mengatakan pernah melihat dari mimpi.  Tersenyum, Raksa tahu dokter Luna tidak akan mempercayainya. Itulah kenapa dia tidak pernah mengatakan tentang mimpinya selama koma pada orang lain. Jika bukan karena ingin menemukan Zoya melalui Lander, mana mungkin dia akan menunjukkan gambarannya ini pada dokter Luna. "Ada tanggalnya pada setiap gambar yang aku buat. Jika membuka halaman setelahnya, dokter akan melihat gambar lain di tanggal yang lebih baru dari tanggal aku menggambar sketsa itu!" Raksa menunjukkan halaman setelahnya, tapi hanya menunjukkan tanggalnya saja.  "Kamu sedang bergurau?" Luna hampir percaya, tapi raut wajahnya kembali santai saat berpikir pasien itu hanya sedang bermain-main.  "Dokter boleh tidak percaya!" Raksa tidak sedang ingin membuat dokter Luna percaya. Tapi dia ingin mendapatkan kesempatan. "Baiklah, jadi apa yang terjadi pada gambar ini? Dia terlihat agak berbeda dari Lander yang kukenal!" Luna cukup tertarik dengan pasien tersebut, jadi dia mengikuti permainannya.  Raksa mengambil buku sketsanya, dan menatap gambar itu. Tersenyum, dia melihat pada dokter Luna. "Dokter pasti akan terkejut, dalam gambar ini dia sedang bermain basket. Dia kapten sebuah tim!"  Luna tidak bisa menahan senyum, hanya dengan membayangkannya saja, dia cukup tertarik untuk melihat sosok itu dalam dunia nyata. "Sayangnya, Lander yang kukenal tidak mungkin bermain basket. Dia laki-laki ambisius yang sangat pekerja keras!"  "Benarkah? Dia terlihat seperti laki-laki menyebalkan!" celetuk Raksa, dia ingat dengan penilaian teman-teman Lander di sekolah. Dia juga ingat bagaimana Zoya selalu mengatakan Lander laki-laki menyebalkan, tapi masih mau dekat dengannya.  Luna tidak mengelak, karena sebenarnya Lander memang menyebalkan. "Aku rasa bisa dikatakan seperti itu!"  "Dokter, aku ingin mengirimkan gambar ini pada Lander. Bolehkah aku meminta nomornya, karena kupikir akan tidak nyaman jika aku meminta dokter mengirimkannya untukku. Kalian sedang bertengkar bukan?" Raksa tahu dia benar-benar tidak berperasaan, tapi ini satu-satunya jalan untuk menarik perhatian Lander.  Luna tampak sedang berpikir. Dia tidak pernah berkirim pesan dengan Lander. Jika ada kepentingan, dia akan datang menemuinya atau sebaliknya.  "Baiklah, aku akan mengirimkannya. Tapi aku tidak bisa janji, laki-laki itu akan merespon!" Luna agak berat untuk melakukannya, tapi dia melakukannya hanya karena pasien itu terlihat begitu ingin menunjukkan gambarannya.  Raksa tampak menghela napas lega. Akhirnya, dia yakin Lander akan merespon. "Tidak masalah jika dia tidak merespon, nanti saat dia datang lagi ke rumah sakit ini, aku akan menunjukkan lagi gambarnya!"  Luna hanya tersenyum, karena sebenarnya lebih tidak mungkin untuk Lander datang lagi ke rumah sakit. Kemarin juga pertama kalinya Lander datang ke sini, dan itu pun untuk memarahinya dan menyalahkannya.  "Baiklah, aku akan pergi. Tanganku sangat sakit, aku harus beristirahat!" Raksa melambaikan tangannya yang dibalut sapu tangan. Dia merasa sangat senang, pertama dia melihat dokter Luna tidak lagi sedih. Kedua, dia mungkin saja memiliki kesempatan bertemu dengan Zoya nanti.  Luna melihat pasien itu tersenyum, dan baru dia sadari remaja laki-laki itu begitu tampan. Sikapnya sangat blak-blakan, naif dan begitu polos.  Belum juga selesai dengan penilaiannya, Luna melihat ada pesan masuk di ponselnya. Dan itu adalah balasan pesan dari Lander. Jantungnya berdegup kencang, karena tidak menyangka Lander akan merespon begitu cepat.  Dalam pesannya, Lander menanyakan dari mana dia mendapatkan gambaran itu. Luna agak kaget, karena Lander ternyata tertarik pada gambarnya. Padahal, awalnya dia pikir Lander akan bersikap tidak peduli. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN