Menjenguk

700 Kata
Melihat bagaimana teman-temannya mengunjunginya dan mengungkapkan kebahagiaan mereka atas pencapaiannya sebagai model, sungguh Zoya merasa sangat senang. Dia hampir melupakan apa yang terjadi sesaat setelah selesai runway. Tisa membawakan beberapa buku tugas miliknya, agar dia bisa menyalin dan mengumpulkan tugas selama cuti kemarin. Padahal meskipun cuti, dia juga tetap ikut kelas online dari beberapa gurunya yang baik. "Hei, minta makanan pada mamaku!" pinta Zoya pada Tisa. Karena dia sendiri masih lemas untuk hanya berjalan-jalan. "Ya, baiklah!" Tisa langsung keluar dari kamar Zoya. "Zoya, apakah kamu gugup saat runway? Kenapa kamu jadi sakit setelah pulang?" tanya teman sekelas Zoya yang memiliki rambut panjang dan ikal. Zoya melihat yang lainnya juga menatapnya penasaran. Dia hanya bisa tersenyum kecil, karena sangat sulit menjelaskannya. "Aku kelelahan!" Saat itu bertepatan dengan seseorang yang baru saja masuk ke kamar tersebut. Semua melihat ke arah kedatangannya. Seolah-olah sudah menantikan bagaimana reaksinya. "Lander, Lo dari mana aja?" tanya anak laki-laki dengan seringaian. Karena tadi mereka memang sengaja tidak menunggunya pergi bersama. Meninggalkannya tanpa pemberitahuan, dan ternyata malah masih saja menyusul. Lander mengabaikan anak-anak di sana. Matanya melihat pada sosok Zoya yang terlihat agak berbeda dengan rambut pendeknya, dan juga saat ini Zoya tidak mengenakan kacamata. Terlihat seperti masih anak-anak. "Ini!" Lander mengulurkan bungkusan plastik pada Zoya. Semua orang melihat dengan rasa penasaran, apa yang sebenarnya dibawa oleh Lander. Memperhatikan sampai Zoya mengeluarkan bungkusan plastik kemasan roti dari sana. "Makasih!" Zoya mengatakan dengan tulus, tapi senyumnya tidak berbalas. Lander mengalihkan pandangannya begitu saja. Zoya tidak mengerti, kenapa Lander terlihat seperti sedang marah. Bukankah terakhir kali mereka tidak bertengkar, kenapa juga dengan sikapnya itu? Lander remaja memang selalu bersikap seperti itu padanya. Tapi jika dipikir-pikir, sikapnya terhadap Luna waktu itu juga tidak berubah. Sungguh laki-laki aneh, suka seenaknya sendiri. Bahkan setelah dewasa, laki-laki itu juga masih menyebalkan. Membatalkan pernikahan di acara akad, seolah-olah semua bisa terjadi sesuai keinginannya sendiri. "Sudah, abaikan saja!" bisik teman Zoya yang duduk tidak terlalu jauh darinya, dan melihat sikap dingin Lander. Tersenyum, Zoya mengangguk setuju. Dia juga tidak mau terlalu memikirkannya. Meskipun tanpa bisa dikendalikan, dia sesekali akan melihat ke arah Lander. Laki-laki itu duduk di karpet paling ujung, tidak diajak bicara oleh teman-temannya. Atau mungkin juga memang Lander yang tidak mau bicara dengan mereka. Karena anak pintar kedua di kelas tidak ikut menjenguk Zoya. Lander biasanya cukup akrab dengannya. "Teman-teman, mamanya Zoya udah pesenin Pizza. Kita tinggal nunggu kurirnya dateng!" Tisa datang dengan wajah ceria, karena dia salah satu penggemar pizza. Membicarakan tentang pengalamannya selama di London, Zoya seperti sedang mendongeng, dan anak-anak mendengarkannya. Pada dasarnya Zoya melihat teman-temannya seperti melihat anak-anak remaja, sedangkan dia adalah orang dewasa yang terjebak dalam dirinya yang masih remaja. Agak curang, karena dia juga sudah tahu apa yang belum mereka ketahui. Mereka akhirnya pamit pulang, Zoya melihat satu-persatu temannya pergi, tapi masih tersisa satu orang. Dan orang itu saat ini sedang menatapnya dengan aneh. "Apa Lo ngomong sesuatu?" Zoya pikir Lander ingin bicara, tapi laki-laki itu berjalan pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaannya. "Aneh, apakah gue melakukan kesalahan?" Zoya pikir dia tidak bertengkar dengan siapapun sebelum pergi. Saat Zoya membuka laptopnya hendak mengerjakan tugas, ada pesan masuk di ponselnya. Zoya pikir itu mungkin Mia, karena Mia bilang akan datang sepulang sekolah bersama Ariel dan Gerald. Tapi bukan salah satu dari mereka, itu adalah pesan dari Lander. "Gue benci Lo!" Zoya melebarkan matanya, kemudian mengerutkan keningnya. Apa maksudnya? Akhirnya dia memutuskan untuk menjawab. Bibirnya tersenyum, karena dia merasa lucu, Lander dalam kehidupan ini agak sedikit berbeda dari sebelumnya. "Kenapa?" Zoya pikir Lander tidak akan memberitahukannya, tapi dia salah, karena Lander membalas pesannya. "Karena Lo ganggu ketenangan gue!" Zoya juga langsung membalas. "Gue?" "Hm!" Balasan singkat dari Lander. "Oke, maaf kalau begitu!" Zoya sudah mengirimkan pesan, tapi kemudian dia agak menyesal. Kenapa dia meminta maaf? Lander selalu bisa membuatnya dalam posisi salah, padahal dia tidak melakukan apapun. Meskipun begitu, Zoya tetap menertawakan dirinya sendiri. Jika dia masih dirinya yang dulu, pasti akan bingung dan panik mendapatkan pesan seperti itu dari Lander. Tidak akan sesantai ini. — Di sisi lain, Lander masih di depan rumah Zoya. Dia merasa kesal, karena pikirannya yang terus terganggu dengan nama Zoya. Gadis itu membuatnya merasa kesal. Dan setelah melihatnya, dia masih sangat kesal tanpa alasan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN