Gerald melepaskan helmnya, dia turun dari motornya tanpa menutupi ketidaksukaan di wajahnya.
"Gue tadi jemput lo, tapi kata penjaga lo udah balik!" Gerald mengulurkan tangannya, menggapai tangan Zoya dan menyuruhnya berdiri.
Zoya tidak tahu Gerald akan menjemput. Dia bahkan belum membalas pesannya dan pesan temannya yang lain. Jadi agak terkejut melihat laki-laki itu berhasil menemukannya.
"Gue tadi beli kopi di sana, sekalian deh nunggu taksi sambil makan roti di sini. Mama yang nyuruh Lo jemput?" Zoya memang hanya baru sempat membalas pesan mamanya saja. Dia pikir mamanya yang menyuruh Gerald.
Menggeleng, Gerald mengambil tas kecil Zoya untuk dibawanya. Kemudian melihat pada Lander yang masih duduk diam membuang wajah ke arah lain. "Lo udah kehilangan kesempatan, sejak menolaknya. Tapi kali ini, lo benar-benar gak boleh deketin dia! Semuanya sudah berakhir!"
Lander membalas tatapan Gerald. Dia tidak menjawab, tapi dari ekspresinya, dia sedang menahan diri. Diantara banyaknya laki-laki di sekitar Zoya, Lander paling tidak suka Gerald.
"Lo lagi ngaco?" Zoya mendorong Gerald setelah melepaskan pegangan tangannya. Dia terkejut dengan ucapan Gerald barusan. Tidak peduli apa niatnya mengatakan kalimat seperti itu pada Lander, Zoya tetap tidak bisa menerimanya. Karena meskipun mereka teman dekat, Zoya tidak mau hidupnya diputuskan orang lain.
"Mau jadi jagoan, tapi Lo salah cari lawan!" Lander mengatakannya dengan seringaian. Dia sangat percaya diri kalau Zoya memang akan pro terhadapnya. Karena Zoya menyukainya. Jelas, kalimat yang diucapkan Gerald membuat gadis itu marah.
"Bangke! Lo b******n!" Gerald mengepalkan tangannya dan sudah mengangkat tangannya, dia sangat ingin memukul wajah sombong laki-laki itu. Tapi tidak mau jika tindakannya membuat Zoya jadi kesal.
Zoya memukul lengan Gerald. "Jangan buat gue malu!"
"Lo kenapa sih masih mau dekat-dekat dia. Buka mata Lo Zoya, dia gak pantas untuk ini!" Gerald biasanya tidak menyuarakan secara langsung pemikirannya tentang rasa suka Zoya pada Lander. Karena menghargai perasaan gadis itu, tapi kini dia tidak bisa diam lagi.
"Gak usah berlebihan. Orang kami gak sengaja ketemu. Dan jangan campuri urusan gue!" Zoya memperingatkan. Kemudian berbalik untuk melihat pada Lander. Dia tidak tahan untuk tidak menamparnya. Yah, satu hal yang paling ingin dia lakukan adalah menamparnya.
"Gue pikir lo spesial. Tapi ternyata enggak! Jadi jangan merasa spesial lagi, Lo gak worth it untuk hidup gue!" Zoya memikirkan tentang tusukan Luna, ditambah dengan dia yang mengejar Lander hanya akan jadi kesia-siaan, maka hanya ada kerugian.
Zoya meninggalkan kedua laki-laki yang masih mematung di tempatnya. Berjalan dengan langkah cepat, tersenyum puas dengan penuh kelegaan di wajahnya.
—
Gerald langsung naik motornya untuk segera menyusul Zoya. Apa yang di dengarnya tadi sangat hebat. Dia merasa bodoh, karena terlalu khawatir dengan gadis itu. Ternyata dia memang konyol telah berpikir Zoya sedang bersedih. Gadis itu bahkan masih bisa marah dan menangani Lander sendiri.
Di sisi lain, Lander diam menatap lalu lalang kendaraan sambil masih terngiang ucapan Zoya. Dia tidak menyangka dengan tamparan itu. "Dia sedang cemburu?"
—
Zoya kembali dengan naik taksi, dan di belakang taksi itu adalah motor Gerald. Yang mengejutkan dirinya adalah, ada Ariel dan juga Mia menunggunya di teras.
"Kenapa kalian jam segini ada di rumah gue?" Zoya memperhatikan kedua temannya itu. Mereka ada di rumahnya saat hari hampir petang.
"Jangan pura-pura kuat di depan kami. Nangis aja juga gak papa kok, Zo!" Mia pertama kali merangkul Zoya, kemudian Ariel mengusap puncak kepalanya dan memeluknya erat.
"Apa sih? Kalian semua aneh banget. Kenapa juga gue nangis?" Zoya sekarang sadar ada yang aneh sejak di sekolah tadi.
Mia tidak bisa mengatakannya, begitu juga dengan Ariel. Keduanya melemparkan tatapan pada sosok Gerald yang baru turun dari motornya sambil membawa tas kecil milik Zoya.
Gerald menggeleng, memberikan tanda untuk tidak membicarakannya. Tapi dia telah salah membuat Mia dan Ariel berpikir lain. Dia gadis itu menghela napas bersamaan dan memeluk Zoya lagi.
"Lander emang b******n. Dia pikir dia hebat!" Ariel mengatakannya dengan menahan kemarahan.
"Hah?" Zoya kali ini tidak lagi bisa menunggu. Pasti ada yang terjadi, karena mereka bereaksi aneh mengatakan kata-kata u*****n untuk Lander.
Gerald tidak membiarkan Mia dan Ariel membakar Zoya. Karena sekarang dia yakin akan sesuatu, Zoya tidak tahu tentang apa yang terjadi. Sangat aneh, karena seharusnya Zoya sudah tahu.
Dia menunjukkan rekaman Video yang dia dapatkan dari anak-anak di kelas Zoya. Dalam video menunjukkan ada seorang gadis menyatakan perasaannya pada Lander, tapi bukannya menjawab, Lander malah menarik gadis itu keluar dan tak kunjung kembali lagi ke kelas. Karena itulah berita ini sangat gempar. Karena ada dua kemungkinan, Lander menolaknya, tapi tidak ingin gadis itu malu. Atau mungkin juga menerimanya. Sekarang Gerald kembali khawatir Zoya akan bersedih setelah melihat video tersebut.
Zoya melihatnya, dan dia masih terus mendapatkan usapan di pundaknya juga kepalanya dari Mia dan Ariel. Meskipun terkejut dengan Video itu, dia tidak bereaksi. Teman-temannya saja terlalu berlebihan.
"Jadi karena ini anak-anak di sekolah gue liatin gue!" Zoya memperhatikan Video itu berkali-kali. Karena dia merasa pernah melihat gadis yang menyatakan perasaannya pada Lander. Itu adalah gadis yang juga dia lihat bersama dengan Lander di depan kedai makanan Korea. "Oh, mereka tadi sedang kencan!"
"Siapa? Lander dan cewek ini?" Mia langsung bertanya heboh.
"Tadi gue Liat mereka di depan kedai makanan Korea, pas gue jalan pulang mau ke cafe beli kopi!" Zoya mengingatnya lagi.
"b******n, jadi tadi dia baru balik kencan dan setelahnya deketin Lo?" Gerald mencoba memahami kejadian sebenarnya. Dia sangat tahu Lander adalah laki-laki sombong. Apa niatnya mendekati Zoya?
Zoya memukul Gerald kencang. "Dan dengan seenaknya Lo ngomong kayak tadi tanpa ngasih tahu dulu ke gue yang terjadi!" Zoya kemudian memberikan ponsel pada Gerald dengan kasar. Dia kesal karena baru tahu apa yang sedang terjadi.
Mengingat lagi bagaimana dia menamparnya, membuatnya malu. Lander mungkin berpikir dia cemburu. Padahal dia bahkan belum tahu, dan alasan sebenarnya dia menamparnya hanya untuk menegaskan dia tidak akan mengejarnya lagi.
"Gue terlalu marah liat laki-laki itu duduk di samping lo. Dan, bisa-bisanya Lo gak tahu tentang ini!" Gerald memperhatikan ekspresi Zoya, mencari apakah Zoya sedang menyembunyikan kesedihannya.
"Gue capek banget!" Zoya menyentuh keningnya. Dia benar-benar merasa bodoh.
Meskipun Zoya tidak merasa patah hati saat melihat Video yang ditunjukkan Gerald, entah kenapa dia merasa gelisah. Dia bukan orang yang akan peduli dengan pikiran orang lain, tapi dia agak khawatir tentang satu hal, kini mungkin Lander akan menganggapnya cemburu dan masih sangat menyukainya.
_