Membeli kopi sebagai ganti es krim

1444 Kata
Zoya tidak banyak bicara saat sedang bersama rekan modelnya, dia paling muda dan dianggap baru dalam dunia modeling, tapi sudah terpilih untuk berpartisipasi dalam acara fashion show. Setelah para senior yang mem-bully dirinya di keluarkan oleh pelatihnya, masih saja ada pembullyan lain di sekitar. Tapi tentu itu tidak akan jadi masalah untuknya, karena tujuannya bukan menjadi yang terbaik di lingkungan kecil ini, tapi menjadi yang terbaik untuk pencapaian yang lebih tinggi. "Kamu sangat baik dalam pemotretan kemarin, tapi di runway kamu ancur. Sudah berapa lama kamu menjadi model? Ayolah, kamu sudah sering ikut runway, ada apa denganmu Jolie?" Pelatih sangat kesal, karena dari dua puluh model yang hadir untuk latihan hari ini, mereka tidak fokus. "Maaf, saya agak kelelahan!" jawab Jolie yang juga kecewa dengan penampilannya hari ini. "Jaga fisikmu dan jangan buat mentalmu turun. Kamu sangat mengecewakan saya hari ini!" Semua model juga lelah, bukan hanya Jolie saja. Mereka mengutuknya dalam hati. Jolie termasuk dalam model yang selalu bagus dalam pemotretan dan sering mendapatkan pujian. Tidak membiarkan model lain untuk bersinar bersama. Jadi mereka juga tidak menyukainya. Saat para model lain membenci Jolie, Zoya tidak terlalu peduli. Dia benar-benar tidak ingin terlalu terlibat dalam masalah. Atau mungkin dia bisa terjebak dalam drama persaingan yang pelik. "Zoya, maju ke sini!" Pelatihnya memangil. Zoya melangkah maju dengan langkah pasti dan mengakhiri dengan pose di hadapan pelatihnya. Tidak menyangka, pelatihnya akan menyeretnya dalam perhatian. "Lihat dia, meskipun masih sangat baru, dia tahu attitude sebagai model!" Pelatih menatap para model lain menunjukkan kemarahannya, dia sengaja memanggil Zoya untuk dijadikan contoh. Beberapa Minggu ini Zoya selalu menarik perhatiannya, karena memiliki aura model yang kuat. Namun, pelatih tiba-tiba menemukan hal yang mengganggu. "Zoya, sepertinya berat badanmu bertambah. Kamu akan tampil besok, apakah kamu memperhatikannya?" Zoya menelan ludah saat semua mata jadi memperhatikan badannya. Sebelumnya pelatihnya tidak terlalu peduli dengan berat badan modelnya, karena hampir semua model tahu untuk menjaga proporsi tubuhnya sendiri. Jadi saat berat badannya dibahas di hadapan banyak mata yang memperhatikan, Zoya agak malu. "Akhir-akhir ini saya selalu makan es krim setelah makan malam. Saya rasa itu membuat pipi saya agak bengkak dan lemak di bagian pinggang!" Zoya hampir selalu makan es krim lebih dari dua dalam sehari, dan sebenarnya dia juga makan agak banyak dari porsi seharusnya. Para model lain diam-diam menyembunyikan senyum. Mereka bahkan tidak sembarang makan-makanan manis atau dessert lainnya. Tapi gadis muda itu bahkan makan es krim di malam hari. "Tidak ada yang bisa turun dalam waktu cepat, usahakan hanya makan buah saja untuk makan malam ini, besok pagi hanya ada sebutir telur dan kentang rebus. Kamu terlalu ceroboh, kamu akan dalam masalah jika gaunmu tidak muat!" Pelatih memperingatkan. Model lain sangat puas mendengar hal tersebut. Zoya masih terlalu muda, mindsetnya juga belum terlalu matang. Dia bahkan makan-makanan manis tanpa mempertimbangkan resikonya. "Baik, saya akan menanganinya agar besok tidak ada masalah!" Zoya pikir dia tidak menambah berat badan terlalu banyak, hanya saja penambahan terlihat jelas pada bagian pipi. Maka seharusnya tidak akan ada masalah dengan gaunnya. Zoya pergi berganti pakaian di ruang ganti, setelah pelatihnya memperbolehkan semua model untuk pulang. Sebenarnya dia sangat lelah, hari ini dia pergi ke tempat les dan langsung pergi untuk kelas modeling. "Tidak boleh makan es krim, aku akan membeli kopi saja!" Zoya mengambil tasnya dan pulang. Tapi berencana untuk mampir ke cafe membeli secangkir kopi. Sama seperti sebelumnya, Zoya tidak terlalu membatasi diri dalam hal mengonsumsi makanan atau minuman. Karena badannya memiliki tipe bentuk tubuh Ectomorph. Bahu dan pinggul yang sempit, kaki dan lengan yang panjang dan ramping, lemak tubuh yang sedikit. Tipe ini mudah menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Zoya menyebut tubuhnya sebagai berkah. Karena dia model yang tidak memerlukan diet. Tidak memesan taksi lebih dulu, Zoya ingin berjalan kaki saja untuk membeli kopi. Sekalian untuk olahraga. Tas kecil di tangan kanan dan tas sekolah di punggung. Zoya benar-benar menikmati suasana sore di jalanan menuju cafe. Tidak terlalu jauh, dia hanya harus berjalan sekitar tiga ratus meter saja. "Wah, dia bersama siapa?" Zoya melihat Lander sedang bicara dengan seorang wanita di depan sebuah kedai makanan Korea. Zoya mencoba untuk berjalan lebih cepat, agar keberadaannya tidak diketahui oleh dua orang itu. Seharusnya tidak, karena mereka berdua ada di seberang jalan. Merogoh ponselnya, Zoya akan mengabari mamanya untuk tidak menyiapkan banyak makanan malam ini. Karena dia tidak akan ikut makan. Ada begitu banyak pesan masuk di ponselnya. Agak aneh, karena hampir semua teman dekatnya menyapanya di hari ini. Bahkan Ariel yang jarang mengiriminya pesan, juga menyapanya dan mengatakan akan datang bermain nanti malam. Ada apa dengan mereka? Memasuki cafe tujuannya, Zoya memasukkan kembali ponselnya. Dia memesan kopi Americano, padahal biasanya dia lebih suka cappuccino. Melihat di bagian depan lemari kaca yang memamerkan berbagai macam roti, Zoya sangat tergoda. Dia akan membeli satu yang seharga dua puluh ribuan. Roti dengan daging asap sebagai isiannya. "Berikan ini juga, tolong!" ucap Zoya pada mas-mas yang melayaninya. "Kami akan memberikan gratis, apakah kamu ingin yang lainnnya!" tanya laki-laki yang melayani pesanan Zoya. Dia memperhatikan gadis muda itu terlihat berpikir keras sebelum memesan roti. Menggemaskan hingga membuatnya ingin berbaik hati. Zoya manatap laki-laki yang baru saja bicara dengannya. Dia tidak tahu ada roti gratis. "Benarkah? Bukankah kalian akan bangkrut jika memberikan gratis? Dan kurasa bosmu akan marah! Aku tidak bisa menerimanya!" Tertawa, dua laki-laki itu dibuat tertawa oleh gadis muda tersebut. Mereka pikir gadis muda itu akan menolak atau menerima dengan malu-malu, atau merasa senang karena mendapatkan roti gratis. Bukannya memikirkan kebangkrutan mereka karena makanan gratis. "Tenang saja, dia adalah bos kami!" Tunjuk laki-laki yang terlihat lebih dewasa pada yang lebih muda. Zoya jadi ikut tersenyum kikuk. Dia ternyata bicara dengan bos pemilik cafe. "Kalau begitu aku akan menerimanya. Kapan-kapan aku akan mengajak teman-temanku datang ke sini!" "Terimakasih. Apakah kamu baru pulang kuliah?" tanya bos cafe. Zoya melihat pada dirinya sendiri, kemarin dia dimarahi Lander karena berkeliaran dengan rok sekolah. Tapi sekarang, dengan tidak memakai rok sekolah, dia dikira anak kuliahan. "Apakah aku terlihat tua? Padahal aku masih sekolah di tahun akhir SMA!" Zoya agak kecewa, dia agak kurang suka dengan hal tersebut. Dua laki-laki itu jadi akward. Mereka tersenyum aneh karena merasa tidak enak. Bos cafe juga memperbaiki kalimatnya untuk menghibur gadis muda itu. "Bukan seperti itu, kamu sudah sangat cantik di usiamu. Ah, maksudnya kamu terlalu kece untuk ukuran anak SMA. Bahkan teman-teman kuliahku tidak secantik dan sekeren dirimu!" "Sudahlah, itu tidak membantu. Aku akan membayar kopinya dengan kartu, Ini!" Zoya mengulurkan kartu miliknya, dia sudah tidak mood untuk berbincang. "Ah, gadis itu jadi kesal!" bisik laki-laki yang lebih dewasa pada laki-laki yang lebih muda. "Itulah kenapa laki-laki harus menjaga ucapannya jika bicara dengan gadis!" jawabnya lirih. Zoya mendapatkan kopi dan roti, dia langsung keluar dari cafe yang tidak terlalu ramai tersebut. Sambil memegang ponselnya, berniat memesan taksi online. Berjalan sebentar untuk mencapai tempat duduk yang tersedia di sekitar sana, Zoya akan menunggu taksinya di sana. "Ada apa? Wajahmu terlihat sedang kesal!" Seseorang bertanya. Zoya menoleh dengan agak terkejut, karena dia tidak sadar ada orang yang duduk di dekatnya. Tadi kursi itu kosong saat dia duduk di sana. Dan yang mengejutkan, orang yang duduk di sampingnya itu adalah Lander. "Apa Lo sekarang jadi penguntit?" Zoya menuduh, karena dia sangat heran, bisa terus bertemu dengan Lander dimana pun dia berada. "Apa laki-laki di cafe itu menggodamu?" Lander melihat dengan ekspresi buruk pada cafe yang tadi dimasuki Zoya. Zoya tidak mau bicara dengan Lander. Laki-laki itu sekarang jadi pengganggu. "Kenapa lo bisa ada di sini? Lo ikutin gue? Jangan bilang rumah lo disekitar sini, karena gue udah tahu apartment Lo jauh dari sini!" Lander menepuk puncak kepala Zoya. "Jangan terlalu percaya diri. Gue liat Lo masuk ke cafe, pas gue gak sengaja lewat. Gue ada latihan basket di lapangan depan sana!" Lander menunjukkan kakinya yang masih mengenakan sepatunya sebagai bukti. Memutar bola matanya, Zoya tidak peduli dengan penjelasan Lander. Jelas-jelas tadi dia melihat Lander sedang bicara dengan seorang wanita di depan kedai makanan Korea. Dia awalnya berpikir itu Luna, tapi ternyata hanya sedikit mirip pada gaya rambutnya. Karena dia tidak tahu pasti kapan Lander dan Luna akan mulai bertemu. Karena dia sendiri baru akan mengenal Luna dan berteman dengannya di masa kuliah. Agak sedikit kesal, karena dia jadi memikirkan tentang pertemuan mereka. "Melamun?" Lander mencubit pipi Zoya. Zoya menunjukkan reaksi kesal. Dia menggeser pantatnya untuk duduk sejauh mungkin dari Lander. Dia tidak tahu kenapa Lander bersikap berbeda dari Lander di ingatannya. "Tidak perlu menunggu taksi, ayo gue anterin!" Lander sudah bangkit dan menunggu Zoya menerima tawarannya. "Gak perlu, taksi gue bentar lagi sampai!" Zoya tidak bermaksud kekanakan, hanya saja dia tidak terbiasa dengan perhatian Lander. "Okay, gue temenin sampai taksinya sampai!" Lander kembali duduk, dia melihat Zoya juga kembali melanjutkan makan rotinya. _
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN