Hertigan Graventos merupakan mafia besar di Milan, dia pimpinan organisasi terlarang yang memiliki banyak koneksi gangster seluruh dunia. Sangat sulit menemukan sosok aslinya, bahkan identitas yang dipakai pun dianggap palsu oleh CIA. Intelijen dunia harus mengakui kehalusan sepak terjang sang leader, bahkan jarang atau sama sekali belum ada yang mampu bertemu dengan sosok penguasa dunia hitam tersebut.
CIA belum bisa menangkap Hertigan Graventos, sosok kuat dengan keganasan super brutal tersebut cukup tangkas dalam berkelit setiap kali hukum mencoba menemukan jejaknya. Banyaknya koneksi, dari aparat hingga jajaran pemerintah di berbagai belahan dunia membuat ketua Klan Hyena disegani. Bahkan, agen khusus pun sulit untuk membedakan antara pihak lawan atau kawan.
Pria berusia sekitar 50 tahun tersebut masih menjaga kondisi tubuh dengan baik, menyukai olahraga seperti yang sering dilakukan si bungsu. Putra pertamanya, Leon Hertigan memang terlahir dalam kondisi cacat sehingga demi keselamatan atas incaran musuh-musuh berbahaya, sengaja disembunyikan bersama pengasuh yang sudah dipotong lidahnya atas nama loyalitas. Namun, sekeras apa pun mengupayakan keselamatan keluarga, tetap terenggut oleh maut saat si bungsu diperdaya wanita.
Axel Hertigan, sengaja ditempatkan bersama salah satu orang kepercayaan sejak masih kecil. Dilatih bersama hewan buas, mulai dari tinggal bersama piton hingga berburu dengan kawanan Hyena. Namun, sesuai dengan kelemahan spesies ini, si bungsu justru dikalahkan oleh wanita.
Betina yang menjebaknya bukan sembarang anak gadis biasa, dia dari Klan Lion. Putri dari salah satu gembong obat terlarang yang menguasai pasar gelap Rusia, Yuan Gravila menyamar sebagai mahasiswi lugu untuk bisa mendekat pada sosok bernama Axel Hertigan. Rupanya lawan sudah mencurigai sosok tampan tersebut sejak lama sehingga untuk memastikan kebenaran tersebut, dikirim kelemahan terberat untuk dilawan.
“King,” panggil Dante dengan nada lembut saat mendorong pintu kamar inap yang masih ia tempati, mengubur semua kenangan dalam benak. Pria itu menoleh, lantas memerhatikan kedua tangan sang kakek tua yang dipenuhi kertas-kertas yang menumpuk.
“Sebanyak itu, apa kalian tak bisa menemukan kawanan sampah?” King hanya bisa memberikan protes tanpa peduli dengan usaha Dante bersama yang lain menemukan komplotan penjahat dengan ciri yang disebutkan, bagaimana mereka bisa mendapat informasi terkait kelompok brutal tanpa melakukan pendekatan lebih spesifik?
“Ini yang tersisa, lainnya sudah kami keluarkan dari daftar.” Dante meletakkan tumpukan kertas yang berisi beberapa kasus dari kepolisian setempat, ditambah dengan dokumen rahasia dari para agen yang bekerja di bawah kendali ayahnya. Terdapat 107 kasus yang mirip dengan penjelasan perawat, mengenai beberapa penjahat yang menghabisi dengan racun kuno. Hampir semua melumuri senjata dengan zat berbahaya guna menyiksa korban lebih lama, tak hanya Hemlock, masih banyak jenis racun lain yang digunakan.
“Sepuluh nama dengan jenis racun berbeda telah kami pisahkan dari kasus-kasus yang kamu minta, mereka merupakan putra-putra kalangan atas dari berbagai Negara. Beberapa orang berasal dari Negara ini, bahkan dua lainnya tinggal di pulau yang sama dengan kita.” Penjelasan Dante ini langsung membuat tangan King mengambil tumpukan kertas berisi identitas para putra orang kaya yang dimaksud, memeriksa data yang didapat secara ilegal.
Dia menuju jenis racun yang dipakai untuk menyerang Belva semalam, Hemlock pernah digunakan oleh salah seorang pemuda Australia dalam menghabisi nyawa seorang pekerja malam di klub yang ada di negara tersebut. Namun, dia dibebaskan karena seseorang muncul menguatkan alibi, mengatakan pada polisi jika mereka menghabiskan malam bersama di saat kejahatan berlangsung. Sayangnya, wanita yang memberikan kesaksian pun menghilang hingga saat ini.
Alberto Colin, lelaki berusia 25 tahun tercatat dua kali tertangkap tangan menggunakan obat terlarang. Atlet tarung bebas ini dikenal dengan gerakan tendangan kaki yang cepat dan terarah, King tersenyum. Benar, dia Alligator!
“Atur pertemuan dengannya, akan kupastikan kakinya menjadi santapan kucing-kucing liar di pasar.” King mengatakannya dengan seringai tipis, dia sudah tak sabar untuk melemaskan otot-otot yang mulai kaku karena terlalu lama beristirahat.
Dante terlihat ragu, bagaimana King akan menghadapi Alligator? Pemuda itu merupakan putra dari salah satu petinggi di Australia, meski mendukung bisnis Hertigan. Tetap saja, tak akan bagus jika keduanya bertemu di pertarungan tunggal.
“King!” Panggilan dari arah luar ini terdengar tergesa, tampaknya Dokter Hans membawa kabar penting. Pintu terbuka, lalu muka pria yang terlihat tenang mendadak pucat.
“Kamu benar, Belva bukan bagian dari pembunuhan berantai.” Dokter Hans mengatakannya dengan tersengal-sengal, dia mendapatkan informasi jika hari ini rumah sakit mendapat kiriman mayat busuk yang diperkirakan telah tewas akhir Mei. Sekalipun sudah membusuk, terdapat luka di perut. Persis seperti milik Belva. Seperti yang King katakan, ada kemungkinan bukan karena logam berkarat. Namun, bakteri yang membuat tetanus dimasukkan melalui luka, entah injeksi atau cara lain.
“Kita harus menemukan Alligtor segera, dia akan membawa pada pemburu sesungguhnya.” King mengatakan sambil berdiri, dia sudah tak mengenakan infus karena kondisi fisik membaik.
Namun, suara derap langkah terdengar mendekat, ketajaman pendengaran membuatnya memastikan dengan tepat kedatangan tiga orang laki-laki berbadan tegap. King langsung melompat, berbaring cepat sambil meletakkan tangan di atas wajah. Berpura-pura tidur.
Benar saja, Adrian datang bersama dua orang rekannya. Mereka menyapu pandangan, tak kaget ketika dokter sekelas Hans selalu menjaga Kacung yang hanya cucu kakek pemilik toko pernak-pernik. Mau apa lagi mereka?
“Maaf, kami mengganggu. Namun, Kacung harus memberikan keterangan terkait para preman yang memukulinya. Sesuai keterangan dari Flo, bukankah kelompok Baron yang menyerang dia dan Belva?” Adrian tak mau berbasa-basi setelah mendapatkan laporan kematian baru dari serangan Pemburu Seratus Hari, “kami butuh kerja sama pria itu, apa dia sudah bisa diajak berbicara?”
“Maaf, Pak Polisi. Cucu saya memiliki mental yang sangat sulit dipahami oleh manusia normal, dia akan ketakutan jika membahas tentang pemukulan itu. Tidak bisakah hanya mendengarkan keterangan dari Flo?” Dante mencoba melindungi sang majikan, bagaimana pun akan sangat berbahaya jika polisi sekaliber Adrian masih berotasi di sekitar King.
“Belva mengatakan jika Kacung menghajar Baron, bahkan mematahkan tangannya. Keterangan serupa juga dikatakan oleh Florist yang kami interogasi secara terpisah, apa cucu Kakek memiliki kepribadian ganda atau sengaja membuat karakter aslinya tak terlihat dengan berpura-pura sebagai penderita difabel?” Sang polisi masih mengatakan hal yang memojokkan dengan ekor mata mengawasi pria di atas bangsal, terlihat mendengkur halus tanpa terusik oleh kehadirannya.
“Benar, dia akan menggila saat kesakitan. Jika Bapak tak percaya dengan cacat mental yang diderita cucu saya, silakan periksa surat keterangan ini.” Dante kembali mengeluarkan sesuatu dari tas usang yang berisi banyak berkas palsu guna mendukung identitas Kacung selama ini, dia memang memberikan catatan resmi dari salah satu rumah sakit kejiwaan terbaik. Di sana tertera kondisi King setelah tersadar dari koma.Sindrom Asperger tertulis jelas di surat resmi tersebut, ditandatangani oleh dokter jiwa di salah satu rumah sakit kenamaan di Italia. Adrian tertegun sejenak, pria itu bukan berasal dari keluarga miskin. Namun, kenapa hidup seperti gelandangan?
Untuk bisa menjadi pasien di rumah sakit bagus di Luar Negeri, tentu membutuhkan biaya tak sedikit, dan hanya kalangan tertentu yang bisa mendapatkan perawatan tenaga medis dengan jenis serti yang ditunjukkan Dante. Siapa Kacung? Adrian hanya bisa memandang laki-laki yang sedang berperan lugu tersebut sembari menahan diri lebih kuat.
“Hubungi kami jika ada yang ingin disampaikan karena kemungkinan Belva sedang diincar pelaku pembunuhan berantai. Meskipun saat ini ingatannya terganggu, kemungkinan itu hanya sementara. Mereka akan mengawasi dari dekat karena pemburu itu berasal dari kalangan tak tersentuh, tapi aku akan menangkapnya … apa pun yang terjadi.”
Mendengar kalimat terakhir Adrian, kedua kelopak mata King terangkat kompak. Polisi itu mengetahui sesuatu tentang si Pemburu, apa dia harus mengejarnya? Namun, tangan Dokter Hans sudah menahan tubuh yang hendak bangkit.
“Jangan membuatnya curiga, mereka sedang mengujimu. Tetap tenang sebagai Kacung atau kamu akan menjadi pelaku utama pembunuhan berantai.” Bisikan Dokter Hans begitu pelan, tetapi cukup membuat King terpasung di tempat.
Polisi itu … dia akan menemuinya secara pribadi!
***