Bella mengembuskan napasnya, ibunya sudah di rawat selama seminggu dan belum juga sembuh sampai sekarang. Uang Bella juga sudah tidak ada, namun, Bella tidak ingin kehilangan ibunya dengan membawa ibunya pulang dan belum sembuh.
Bella menghapus air matanya, kenapa hidupnya selalu dalam kesulitan seperti ini. Ia ingin seperti gadis-gadis yang lain, tidak memikirkan kesusahan hidup dan mereka bisa bersenang-senang dengan uang yang diberikan oleh orangtua mereka. Tapi, Bella bukanlah gadis-gadis itu, ia harus memikirkan bagaimana ibunya bisa cepat sembuh dan pulang ke rumah mereka lagi.
“Bella, ibu kamu harus segera di operasi. Melihat bagaimana keadaannya semakin memburuk dan tidak ada kemajuan sama sekali dengan perawatan selama seminggu ini.”
Bella menatap Dokter di depannya dan mengangguk. Ke mana dirinya mendapatkan uang untuk operasi ibunya. Bella hanya seorang pelayan di restoran dan klub malam. Bella tidak akan mau menempuh jalan dengan—menjual diri. Walaupun beberapa temannya di klub malam, sudah menyuruhnya untuk menjadi pelajur dan akan mendapatkan uang yang banyak.
Bella menggeleng, ia tidak akan mau menyerahkan keperawanannya kepada pria yang bukan suaminya. Bella tidak mau menjadi wanita hina dengan menjual diri hanya demi uang. Bella akan berusaha meminta pinjaman pada bossnya di restoran atau di klub malam.
Ya. Dirinya akan meminta pinjaman, mudahan saja mereka mau memberikannya dan membantu Bella saat kesulitan seperti ini.
“Saya akan mencari uang untuk biaya operasi ibu saya,” ucap Bella pada Dokter bernama Deva tersebut.
Dokter Deva mengangguk dan merasa kasihan pada Bella. Ia tahu kalau Bella adalah gadis yang sangat mandiri dan sayang pada ibunya. Deva ingin sekali membantu Bella, namun, dirinya tidak bisa. Keluarganya juga sedang membutuhkan uang sekarang.
“Saya harap ibu kamu segera di operasi, saya tidak bisa menjamin ibu kamu akan bertahan lebih lama lagi,” ucap Dokter Deva.
Bella semakin menangis mendengar ucapan Dokter Deva, ia harus segera mendapatkan pinjaman uang secepat mungkin. Bella tidak mau kehilangan ibunya, wanita yang sangat disayanginya dan hanya ibunya yang Bella punya sekarang.
“Saya akan segera mendapatkan uangnya.” Bella keluar dari ruangan Dokter Deva dengan pemikiran yang sudah bercabang dalam kepalanya.
Ibunya harus selamat. Bella akan sangat sedih, bila ibunya pergi dan meninggalkan dirinya sendirian. Bella tidak mau sendirian. Bella ingin bersama dengan ibunya.
*olc*
Jello yang memerhatikan Bella dari jauh menyeringai. Ia tahu kalau gadis itu sekarang sedang membutuhkan uang untuk biaya operasi ibunya. Jello akan memanfaatkan kelemahan gadis itu, dan kemudian akan menjeratnya dalam pernikahan kontrak.
Jello sudah tidak sabar menikmati tubuh Bella dan memasuki Bella dengan kasar dan penuh gairah. Membayangkannya saja sudah membuat kejantanan Jello menegang.
“Kau ikuti terus dia. Segera beritahu aku kalau dia tidak mendapatkan pinjaman dari bossnya di restoran dan klub malam,” ucap Jello pada anak buahnya yang diperintahkan untuk mengikuti kemanapun Bella pergi.
Pria yang memakai baju serba hitam itu mengangguk, dan beranjak dari hadapan Jello untuk mengikuti Bella yang sedang menunggu taxi.
“Kau yakin akan memainkannya? Dia sudah hidup kesusahan, dan kau akan membuat hidupnya semakin susah nantinya,” ucap Gavin tepat berada di samping Jello.
Jello mendengkus mendengar ucapan Gavin. Kenapa sahabatnya ini tidak mendukungnya dan malah mengatakan kalau Jello aka membuat hidup Bella tambah susah. Jello tidak membuat hidup Bella tambah susah dan malahan akan membuat hidup gadis itu nantinya serba berkecukupan. Asalkan Bella mau mengikuti semua keinginannya.
“Kau seolah mengatakan aku sangat jahat. Aku pria yang sangat baik, mau membantu Bella nantinya, asalkan Bella mau menjadi istri kontrakku. Kehidupan Bella juga nantinya akan serba berkecupan, dan letak kesusahannya di mana?” tanya Jello sinis.
Gavin mengembuskan napasnya, kenapa punya sahabat sangat bodoh seperti sekarang dan malah menanyakan di mana letak kesusahannya. Letak kesusahannya adalah di hati. Gavin sangat yakin pernikahan Bella dan Jello nantinya akan melibatkan sebuah perasaan. Ntah Bella yang mencintai Jello lebih dulu, ntah Jello yang mencintai Bella terlebih dahulu.
Kalau Jello yang mencintai Bella terlebih dahulu, itu bukan sebuah masalah. Karena Jello akan memperbaiki kesalahannya. Tapi, kalau Bella yang mencintai Jello terlebih dahulu. Di sinilah letak kesalahannya, akan membuat Bella tertekan batin dan merasa sangat sedih dengan perbuatan Jello nantinya.
“Letak kesusahannya ada di hati. Aku tidak menjamin kalau kau dan Bella nantinya tidak melibatkan hati di dalamnya,” ucap Gavin menatap Jello sinis.
Jello tertawa mendengar ucapan Gavin, lagi dan lagi pria itu membahas tentang hati. Mana mungkin Jello mau melibatkan hati dalam pernikahan kontrak yang akan diakhirinya ketika dirinya bosan nantinya. Jello akan mengakhirinya, bila Jello sudah bosan dengan tubuh Bella dan menemukan wanita yang lebih baik dari Bella nantinya.
“Kau sangat bodoh sekali. Atau kau mudah dibawa perasaan. Mana mungkin aku mau melibatkan sebuah perasaan dalam pernikahan ini nantinya, aku juga akan mengatakan pada Bella untuk tidak melibatkan sebuah perasaan. Bagiku perasaan cinta yang sering kau katakana itu hanya sebuah sampah. Sampah yang tidak berguna dan tidak layak untuk di agungkan. Sampah tetaplah sampah.”
Gavin menghela napasnya, tidak pernah berhasil menasihati Jello tentang pernikahan dan perasaan yang ada dalam sebuah pernikahan nantinya. Gavin tidak mau sahabatnya akan menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri nantinya.
“Aku sudah memperingatimu berulang kali, jangan bermain api kalau kau tidak siap terbakar di dalamnya. Jangan bermain di tengah sungai yang deras kalau kau tidak ingin hanyut nantinya. Jangan bermain tentang pernikahan kalau kau tidak ingin menyesal nantinya. Menyesal datang dikemudian hari itu sangat menyakitkan. Tapi, kau sudah mendaftarkan diri untuk merasakan sebuah penyesalan itu.”
Jello mengibaskan tangannya, tidak mau mendengar ucapan Gavin lagi. Kalau bukan karena Gavin memaksa ikut bersamanya. Jello tidak akan membawa Gavin dan akan memberikan Gavin kerjaan yang sangat banyak sekali. Mulut Gavin sekarang seperti mulut wanita saja suka banyak bicara dan membuat kuping Jello merasa sakit mendengarnya.
Lebih baik Jello mendengar suara desahan wanita yang berada di bawahnya dari pada mendengarkan suara Gavin yang sangat cempreng. Seperti suara malaikat maut saja.
“Kau akhir-akhir ini sangat berisik sekali. Sebaiknya kau diam dan menerima undangan pernikahanku nantinya dengan Bella,” ucap Jello menatap tajam sahabatnya.
Gavin mengangguk, kalau Gavin sudah menatapnya dengan tajam. Pria itu sudah tidak suka dikomentari atau dinasehati. Lebih baik Gavin diam dan seperti saran Jello tadi, untuk menunggu undangan pernikahan Jello dengan Bella.
“Aku akan menunggu undangan pernikahanmu dengan Bella. Tenang saja, aku tidak akan mengatakan apa pun lagi. Selain kata selamat. Selamat kau telah memperbudak Bella dan mendapatkan Bella.” Gavin menepuk pundak Jello dengan senyuman paksaannya.
Jello mengangguk, “itu lebih baik.”
*olc*