Selesai makan, ayah mulai membuka percakapan. Menanyakan kabar saya.
“Bagaimana keadaan kamu sekarang?”
“Baik, ayah”.
“Apakah kamu sudah berpikir baik-baik dengan keputusan kamu sekarang?” Ayah sepertinya sedang in dept. Kegagalan sebaiknya tidak terjadi dua kali.
”Saya rasa demikian”.
“Ayah khawatir dengan keadaan kamu. Soal menikah memang agak sulit, jika sudah diawali cinta”.
“Cinta bisa membuat kamu kuat. Bisa juga mengahancurkan. Semoga kamu lebih bijak mengambl keputusan setelah ini”.
“Terima kasih, ayah”.
Ayah bangkit dari tempat duduknya. Meninggalkan kami berdua. Tidak ada lagi percakapan diantara kami. Kami masih ingin menikmati beberapa makanan penutup, kerupuk yang kriuk.
Dan hidangan adalah
Sebuah penerjemah dari
Manisnya perkumpulan
Dengan sedikit rasa
Yang semakin bergelora
Kutinggalkan apa saja
Yang bukan menjadi milikku
“apa rencan kamu setelah ini?”
“Belum ada. Saya masih ingin dirumah. Menenangkan diri. Membiasakan dengan keadaan yang ada”.
“Iya. Itu bagus. Setelah semua lebih baik. Kamu bisa mulai berpikir lagi dengan lebih baik. Berbuat yang lebih baik. Dan mengerjakan hal-hal yang baik. Apakah kamu membutuhkan terapi?”
“saya rasa, ya. Saya butuh terapi”.
“kalau tidak cocok dengan seorang terapi. Pindahlah ke terapi yang lain. Sampai kamu benar-benar menjadi lebih baik. Sayangi diri kamu”.
“Saya ingin kamu bahagia, nak”. Mama bangkit dari tempat duduknya. Membersihkan meja makan. Makanan tampak habis. Terlalu sayang untuk disisakan.
Mendengar kalimat mama terakhir, membuat saya mematung. Mama hanya ingin saya bahagia. Saya selama ini membuat diri saya terpuruk.
Kulihat bagus, makan. Mencoba untuk memasukkan makanan kedalam mulutnya.
“saya juga ingin melihat kamu bahagia, nak Bagus”. Kataku pelan.
Kebahagian adalah sumber kejayaan.
Mengapa sulit bagi saya bahagia. Semua serba, menurutku salah.
Oke saya akan bahagia setelah ini. Tugas saya membuat diri saya bahagia.
Manisan pun mengambil bagus. Membersihkan makanan yang melekat pada badan dan wajahnya. Membersihkan juga tempat makannya.
Setelah bersih semua. Manisan membawanya ke kamar. Meletakan diatas kasur. Untuk beristirahat.
Mengganti pakaiannya dan memberikan mainan.
Berat menjadi orang tua tunggal, namun ini lebih baik dari pada dalam hubungan yang beracun. Hanya memberikan penderitaan dan kesedihan saja. Masalh timbul terus menerus tanpa ada solusi yang memadai. Dicoba diselesaikan, malah menimbulkan masalah yang lebih buruk. Itu sanagt tidak bagus untuk semua orang. Apalagi anak-anak.
Sekarang seperti ini, berpisah.
Sembari menjaga Bagus, Manisan mulai merapikan kamarnya. Terlihat masih bersih, meskipun tidak ditempati, ibu selalu membersihkan kamarnya dengan baik.
Beberapa barang mulai diatur ulang agar memudahkan dan mengawali hidup baru. Menyusun ulang baju-baju bagus.
Sepertinya masih ada barang-barang yang tertinggal yang harus diambil di apartemen. Barag disana tidak ada yang memakainya, lebih baik diambil dan digunakan.
Dibuka lemarinya, disana terdapat baju-baju kesukaanya. Baju-baju itu yang membuat dirinya sangat cantik, mempesona, salah satunya adalah Paku yang telah terpesona.
Ah, Paku lelaki itu masih saja bertengger diingatan Manisan.
Masih ada bebrapa pakaian yang masih dipakai sebagai seorang ibu muda. Semua masih terlihat bagus dan harum.
Dipilah dan dipilih beberapa pakaian yang sebaiknya tidak dipakainaya. Beberapa lembar pakaian telah dieliminasi dan dimasukkan keranjang pakaian.
Pakaian itu akan dibawa ke rumah baju (rumah yang menampung baju-baju bekas untuk dijual dan disumbangkan kepada yang membutuhkan).
Sebaiknya baju ini disumbangkan kepada yang membutuhkan. Saat ini Manisan belum menginginkan uang. Hanya ketenang saja yang diinginkan. Memulai semua dengan lembaran baru.
Beberapa pakaiannya juga terlihat kekecilan dibadanya yang telah melar. Sangat bagus diberikan kepada orang lain.
Lumayan banyak pakaian yang terkumpul. Hanya menyisakan beberapa potong baju yang masih bisa dipakaianya. Manisan ingin meninggalkan kenangan yang bisa membuat dia merasa tidak bahagi lagi.
Semua akan diganti dengan yang lebih baik.
Setelah selesai dengan bajunya. Manisan memeriksa meja rias. Banyak barang disana. Album. Album kenangan, perjalanan kisah yang dikira abadi. Sebaiknya dia menyimpan ditempat yang lain, tidak disini.
Hadiah-hadiah manis dari Paku masih bertengger disana. Ada sesak, cinta yang dulu sumber bahagia, menjadi kandas.
Kandas karena demikianlah perjalanan. Bukan manusia yang menentukan. Semua berjalan sesuai hukum alam. Sebab dan akibat berlaku. Inilah yang terjadi, tidak pernah diminta.
Semua menjadi seperti ini, menjadi bagian dari perjalanan hidup. Hidup harus tetap berjalan sesuai dengan waktu. Tidak ada yang salah. Tidak ada yang perlu disesali setelah ini. Diterima saja sebagai takdir.
katakanlah kepada matahari
bahwa rasa malu
ini lebih panas dibanding sinarnya
katakan pada bulan
bahwa rasa sesal
lebih indah dibanding sinarnya
ini adalah jalannya waktu
yang telah diatur agar kamu bisa
berjalan
dan menikmati waktu
yang telah diberikan.
Tok-tok-tok
Ibu masuk. Melihatku membersihkan kamar. Ibu tidak berkomentar. Ibu memilih menuju Bagus. Menemani cucunya bermaian. Mengejakan rasa dan bahasa. Bahasa sayang dari seorang nenek kepada cucunya.
Terlihat sang nenek bahagia bermain dengan cucunya. Meskipun hanya ditanggapi oleh bahasa bayi. Bahasa yang hanya dimengerti oleh ibu-ibu.
Bahasa penuh cinta. Bahasa yang datang dari hati. Bahasa yang membuat kamu bahgai sebagai seorang wanita. Bahasa yang membuat kamu berharga sebagai diri kamu sendiri. Bahasa yang membuat kamu jatuh cinta pada diri sendiri.
Bahasa itu tidak diajarkan dimanapun. Bahasa itu terlahir dari diri sendiri yang ingin merilis rasa cinta kepada buah hati, bahasa kalbu.
jika naluri adalah benar
maka bersaksilah disana
ada kebenaran yang diajar oleh alam
kepada manusia yang membuatnya pintar
dan berpikir
untuk menjadi manusia
disana ada perlindungan dan keamanan
yang dijaga dan diberikan oleh para
manusia. yang benar-benar menggunakannya.
tidak perlu ragu apalagi malu
karena itulah sebuah kecerdasan saja
“kemana kamu akan membawa pakaian bekas itu?”
“Ke rumah baju”.
“Sebaiknya kamu menawarkan dulu ke sepupu kamu, mungkin mereka menyukai beberap barang. Kamu bisa memberikan kepada mereka”.
“Iya, itu ide bagus. Saya akan menawarkan kepada mereka setelah selesai merapikan ini”.
Keluarga saya, terutama sepupu saya yang perempuan hampir seusia saya, atau mendekati usia saya. Tentu saja mereka akan senang mendapatkan barang-barang yang pas buat mereka. Beberapa barang memang hanya beberapa kali saya pakai dan masih terlihat bagus. Jika cocok untuk mereka akan lebih baik mereka mengambilnya. Selebihnya akan di bawa ke Rumah Baju yang menerima barang bekas.
jika ada yang menginginkan yang terbaik, akan lebih baik kamu memberikan yang terbaik. Dan kamu juga mampu memberikan yang terbaik sesuai dengan kapasitas kamu.
Barang bekas bukan berarti buruk, barang ini pernah dipakai dan diambil manfaatnya karena barang ini adalah barang baik. Setelah merasa cukup dinikmati, barang-barang ini berpindah tempat kepada pemilik barunya. agar tetap digunakan dan diambil manfaatnya. Begitu seterusnya agar tidak hilang tanpa memberi manfaat.
Bagi yang menyukai barang bekas, itu bagus.
apakah kamu melihat bekas malam
hanya karena malam berlalu
apakah kamu melihat bekas matahari
hanya karena matahari tenggelam
apakah kamu melihat bekas bulan
hanya karena bulan berubah bentuk
apakah kamu melihat bekas
saat tertinggal jeda-jeda yang bisa mengingati kamu
akan waktu-waktu yang lalu
itulah, waktu yang berputar dan kamu
jangan juga ikut berputar
"kamu juga bisa sekalian mengirimkan langsung kepada mereka, sekaligus berlibur. Sudah lama kamu tidak bergabung dengan keluarga kamu. berkunjunglah kesana".
"Itu ide bagus ibu. Saya akan mengatur waktu. Saya akan memberitahu mereka rencana kunjungan saya. Mereka juga bisa datang mengambil baju ini sekaligus menjemput saya berlibur".
"Berliburlah untuk beberapa hari, biarkan bagus bersama saya dulu".
Bagus sudah menjadi permata saya, rasanya sulit meninggalkan bersama sang nenek sendirian tanpa saya
"Saya akan membawanya. Saya akan baik-baik saja dengan Bagus"
"Baiklah, kalau memang itu pilihan kamu".
"Segeralah pulang, jika tidak nyaman disana".
"Iya, Ibu".
Kamar telah rapi. malam beranjak. Bagus mulai mengantuk. Ibupun demikian.
Saya menyelsaikan dengan membawa keranjang berisi barang bekas ke luar. Biarkan mereka yang memilih sendiri.
Ibu beranjak meninggalkan kamar.
"Cuci dengan bersih wajah kamu. gosok gigi kamu".
Ibu masih saja mengingakan hal-hal seperti ini meskipun anaknya telah beranak juga.
Saya hanya tersenyum dan menghadiahi sebuah kecupan manis di pipinya.
kelak saya akan melakukan hal yang sama seperti Ibu kepada anak-anakku. Sayapun memandang bagus, lalu memastikan anak itu baik baik saja. Matanya telah sayu, mengantuk.
Saya mengendongnya dan memindahkan diranjang bayi. Terlihat snagat manis, mengingatkan aku kepada ayahnya.
Lelaki itu, selalu saja bertengger disana. Dalam ingatan, saya akan memaafkannya dan meninggalakan semuannya. Biarlah aak ini sebagai permata hati saya.
tidurlah saat malam
tidurlah
beristirahatlah
biarkan mimpimu bekerja
membangunkankamu pada
dunia lain
duania yang kamu kenali sebagai
peraduan saat lelah
peraduaan saat semua diabiarkan sesuai
dengan hukum alam
dibiarkan agar menjadi seperti yang dicitakan
tidurlah
malam mendekapmu
membiarkan kamu hanyut dalam khayal
yang membuat kamu tersandung lalu
melintasi alam ang kamu impikan
tidurlah
sang raja akan menyanyikan
lagu-lagu melayang dalam
dimensi yang ada dibawah sadar
yah, sang raja akan menyanyikan untuk sang ratunya yang terlelap
Manisan mulai membersihkan dirinya. seperti biasa mencuci mukanya, mengosok giginya. membalurkan beberap krim diwajahnya. memijatnya dengan lembut. Memberika ekspresi yang bahagia.
setelah itu, Manisan mulai mengingat hal-hal baik. Apa yang telah diselesaikan hari ini. Semua akan lebih baik untuk besok.
Semua akan bertemu kebahagiaan.
malam
kuberjumpa denganmu
biarkan aku dalam dekapanmu
biarlah aku lagu pengantar yag indah
membuat mimpiku
semakin indah
agar harikupun menyenangkan
malam terimalah hariku
yang akan aku tutup dengan doa-doa pengharapan
tetaplah seperti malam yang menenangkan