Berbanding Terbalik

1179 Kata
Selamat membaca! Setelah mengusap air mata yang membahasi wajahnya hingga kering, kini Karen mulai melangkah dengan tegar untuk menghampiri ketiganya saat suara Abraham terdengar memanggilnya. Namun, Denis masih saja acuh kepada Karen hingga menimbulkan rasa simpati di hati Abraham. "Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan pernikahan mereka. Aku melihat Karen tidak bahagia dengan Denis. Bahkan di saat mereka pergi untuk honeymoon sekalipun," batin Abraham sembari menatap Karen yang sedang melangkah ke arahnya. Sementara Denis sudah pergi menjauh menuju ke arah pintu lift terlebih dahulu. Sedangkan Valeri terus bergelayut manja pada lengan suaminya itu, seolah tak ingin meninggalkan Abraham hanya berdua saja bersama Karen. "Karen, kamu kenapa sih? Kok suamimu sepertinya acuh sekali padamu?" Valeri bertanya dengan berpura-pura tidak tahu tentang apa yang tengah terjadi pada keduanya. Padahal dirinya adalah dalang dari balik pertengkaran yang terjadi antara Denis dan Karen setibanya mereka di Bali. Ia pun bertanya dengan nada yang terdengar mengejek. "Sayang, kamu tidak boleh seperti itu ya! Kasihan Karen yang sedang mengkhawatirkan keadaan adiknya yang masih koma di rumah sakit!" tegur Abraham kepada istrinya sambil melepaskan jemari Valeri dari lengannya dengan raut wajah tak suka. Valeri semakin sinis menatap Karen karena suaminya kini mulai berani membela dan menegurnya di hadapan wanita yang dibencinya. "Kurang ajar sekali kamu, Karen. Berani-beraninya kamu mencari perhatian dari suamiku. Awas saja ya kamu!" gerutu Valeri berdecak kesal di dalam hati. Abraham pun mulai melangkah untuk mendekat ke arah Karen yang terlihat begitu tak bertenaga. "Apa kamu baik-baik saja, Karen? Ada masalah apa sih sebenarnya yang terjadi pada kamu dan Denis sampai dia mengacuhkan kamu seperti itu?" tanya Abraham sambil mengernyitkan dahinya saat menunggu jawaban dari Karen yang masih diam tanpa sepatah kata pun untuk menjawab. "Ya Tuhan, pria ini begitu baik dan peduli terhadap orang lain, berbeda sekali dengan Denis. Valeri sangat bodoh jika sampai menyia-nyiakan suami sebaik dia," batin Karen menatap Abraham dengan penuh decak kagum di dalam hatinya. Lamunan Karen buyar seketika, saat Valeri tiba-tiba menghampirinya dan menyentuh pundaknya dengan begitu lembut, sok bersikap manis untuk mencuri perhatian di hadapan Abraham. "Kamu baik-baik saja 'kan Karen, sepertinya kamu sedang kurang sehat ya?" tanya Valeri berakting di depan suaminya agar terlihat begitu memperdulikan Karen. Karen menatap ragu wajah Valeri. Namun, tiba-tiba saja dahinya mengernyit hebat saat sebuah cubitan diberikan oleh Valeri pada punggungnya tanpa sepengetahuan Abraham. Karen mengaduh sambil meringis kesakitan hingga membuat Abraham semakin cemas terhadapnya. "Kamu kenapa, Karen? Apa ada sakit yang kamu rasakan?" tanya Abraham dengan melangkah lebih dekat lagi ke arah Karen. "Iya kamu kenapa, Karen? Jangan bikin cemas dong, ini 'kan kita lagi liburan lho!" Valeri membulatkan kedua matanya, menatap penuh ancaman ke arah Karen, dengan merunduk untuk menutupi wajahnya dari sorot mata Abraham. "Aku baik-baik saja kok. Kalian tidak perlu mencemaskan soal aku!" jawab Karen sambil menampik tangan Valeri yang masih melingkar di punggungnya. Ia mulai menerbitkan sebuah senyuman di wajahnya, untuk menyudahi kecemasan Abraham saat ini. Ia tidak mau kembali mendapat perlakuan kasar dari Valeri yang terlihat sangat membencinya, ketika Abraham memberikan perhatian padanya. Akhirnya ketiganya pun menyusul langkah Denis yang sudah sejak tadi menunggu di depan pintu lift. "Ya Tuhan, aku mohon kuatkan hatiku dengan apa yang aku jalani saat ini. Walau ini terasa begitu berat tapi aku mencoba untuk kuat, ini semua aku lakukan demi Raina," batin Karen menatap punggung Abraham dan Valeri yang kini melangkah lebih dulu di depannya. Di dalam lift, Denis sama sekali tak menghiraukan keberadaan istrinya. Ia semakin geram saat melihat Valeri bergelayut manja pada lengan Abraham tanpa memikirkan perasaannya saat ini. "Kurang ajar sekali kamu, Valeri. Kamu pasti sengaja membuatku cemburu! Apa sebaiknya aku membalasnya saja ya? Kalau aku bersikap baik dan perhatian pada Karen, pastinya dia akan terbakar api cemburu sama seperti yang aku rasakan!" gumam Denis sambil sesekali melirik ke arah Valeri yang semakin mesra dengan Abraham. Setelah menimang-nimang segala sesuatu yang ada dipikirannya. Akhirnya Denis mulai berinisiatif untuk menjalankan rencananya. Pria itu mulai mendekat ke arah Karen yang berdiri di sudut lift. "Karen, aku minta maaf ya." Denis melingkarkan tangannya melewati punggung Karen, lalu mengusap lengan istrinya itu dengan lembut. Perkataan Denis, bak sebuah petir yang terdengar di kala siang yang terik, tanpa hujan atau awan mendung di langit. Karen menautkan kedua alisnya, menatap wajah Denis dengan penuh tanda tanya besar. "Lho, apa-apaan ini? Kenapa sikap Denis berubah jadi baik dan pakai minta maaf segala padaku?" batin Karen sangat penasaran dengan perubahan sikap Denis kepadanya saat ini. Setelah menerka-nerka cukup lama, akhirnya Karen mulai mengerti mengenai sandiwara yang tengah Denis lakukan saat ini. "Aku tahu apa yang menjadi alasan Denis sampai mau bersikap manis padaku saat ini. Pasti karena dia sangat cemburu melihat kemesraan Valeri dan Abraham di depan matanya, maka dari itu dia melakukan ini untuk membalas dendam pada Valeri!" batin Karen setelah mencerna apa yang dilihatnya saat ini. Karen masih terdiam tak menjawab permintaan maaf dari Denis. Hingga Abraham yang baru pertama kali melihat kedekatan mereka turut merasa bahagia dengan kemesraan yang mulai terjalin di antara keduanya, ia mencoba membantu Denis untuk mencairkan suasana di antara keduanya yang masih terasa canggung. "Ayo dong Karen, itu Denis sudah minta maaf lho. Lagipula enggak baik juga kalau kamu terus cemberut seperti itu, nanti cantik di wajah kamu hilang lho!" goda Abraham yang membuat Valeri mencubit perutnya dengan kasar, karena ia merasa tidak suka atas perkataan suaminya yang secara tidak langsung memuji kecantikan wanita yang sangat dibencinya. Abraham mengaduh kesakitan sekaligus kaget atas cubitan Valeri, hingga membuat kulit di perutnya terasa perih. "Apa sih, sayang! Kamu cemburu ya aku memuji Karen?" Valeri mengerucutkan bibir sambil memalingkan wajahnya. Kecemburuan Valeri membuat Abraham dengan cekatan berusaha kembali meluluhkan hati istrinya itu. Abraham segera menangkup kedua sisi wajah Valeri yang saat ini terlihat marah padanya. "Sayang dengarkan aku ya, walau wajah Karen cantik, tapi bagiku kamu masih jauh lebih cantik dan lebih segala-galanya. Kamu itu seperti bidadari di dalam hidup aku sayang, yang membawa kebahagiaan untukku." Abraham mendekatkan wajahnya dengan wajah sang istri, hingga membuat embusan napasnya yang hangat menyapu wajah Valeri yang seketika mengulas senyuman di wajahnya. Hidung lancip keduanya saling beradu, hingga akhirnya sebuah kecupan singkat mendarat mulus di bibir merah Valeri. Keromantisan yang terjadi di antara keduanya, membuat Karen dan Denis yang menyaksikannya menjadi begitu iri dengan apa yang saat ini dipertontonkan oleh keduanya di hadapan mata mereka. "Kurang ajar sekali kau, Abraham. Berani-beraninya kau mencium bibir Valeri di depan mataku! Argh, aku sudah tidak tahan lagi dengan semua ini!" batin Denis yang begitu tersiksa atas apa yang dilihatnya. Kedua tangan Denis mengepal dengan erat, sorot matanya begitu tajam melihat wajah keduanya yang telah menyalakan api cemburu di dalam hatinya. Saat ini perasaan Denis dan Karen sangat berbanding terbalik, Karen begitu iba kepada Abraham. Ia tak membayangkan bila suatu hari nanti, Abraham mengetahui pengkhianatan yang dilakukan istrinya, itu pasti akan sangat menyakitkan. Apalagi jika Abraham tahu bahwa alasan Valeri menikah dengannya, bukanlah karena cinta, melainkan karena harta. "Kasihan sekali Abraham, jika terus menjalani pernikahan berselimut dusta seperti ini. Apa sebaiknya aku memberitahukannya secepat mungkin ya?" batin Karen merasa sangat kasihan. Namun, hatinya masih bimbang untuk menyampaikan kepada Abraham tentang apa yang diketahuinya. ()()()()() Bersambung✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN