Pactum | 9

1247 Kata
"Sudah kamu kirimkan yang saya perintahkan tadi?" Sehabis rapat, Kenan kembali ke ruang kerjanya. Dia duduk menyandarkan punggung di kursi kebesarannya, menghela napas panjang melepas lelah beberapa saat lalu. Ini sudah hampir jam makan siang, setelah ini dia akan lanjut ke kediaman Almeer lagi. Damian mengangguk cepat. "Sudah, Pak. Sekitar jam setengah sembilan pagi tadi sudah tiba kiriman pakaian baru untuk Nona Tasya." Pakaiam baru? Benar. Natasya menghubungi Kenan--saat pria itu baru tiba di kantor, sedang bersiap akan memulai rapat. Natasya memberitahu jika bajunya tak sengaja kotor karena kena tumpahan sup di dapur, mau tidak mau Natasya hanya bisa mengadu kepada Kenan untuk dikirimkan pakaian baru. Natasya tidak enak jika harus meminta pada Violet, meski sebenarnya di rumah itu ada pakaian Senja. "Baguslah. Kamu siapkan mobil, saya akan kembali berangkat menuju kediaman Almeer." Sejak tadi Papanya sudah mengirimkan pesan, mengingatkan Kenan perihal acara mereka agar Kenan ingat dan tidak terlambat datang ke sana. Damian mengangguk, dia permisi untuk menuju area parkir. Menyiapkan mobil setelah beberapa menit memastikan keadaan mobil baik-baik saja. Damian orang yang sangat teliti, dia selalu mengamati terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, seperti pada mobil ini misalnya. Damian akan membawa Kenan, tentu saja keadaan mobil keseluruhan harus baik--agar tidak terjadi sesuatu di tengah perjalanan. Damian mengirimkan pesan kepada Kenan bahwa mobil sudah siap pakai, mereka akan segera melaju meninggalkan kantor Almeer's group. *** Beberapa jam yang lalu, di tempat yang berbeda ... Natasya kini tengah berada di ruang santai bersama para asisten rumah tangga dan Violet juga untuk merangkai bunga-bunga ke dalam sebuah vas yang akan diletakkan di tengah atau sudut ruangan untuk menambah kesan indah. Bunga-bunga dengan banyak warna ini begitu segar, keluarga Almeer memiliki kebun sendiri untuk menanamnya. Kata salah satu asisten rumah tangga di kediaman Almeer akan mengalami pergantian bunga seperti ini dalam dua atau tiga hari sekali. Tergantung ketahanan bunga itu cepat atau lebih lambat layu. Natasya pikir dia akan merasa amat bosan, nyatanya tidak. Mengunjungi kebun yang isinya penuh dengan berbagai macam jenis bunga-bunga begitu memanjakan mata, Natasya yang sejatinya sangat menyukai bunga pun nampak semringah, berasa berat beranjak pulang dari sana saat Violet mengatakan selesai kegiatan mereka di kebun. Soal merangkai bunga, Natasya jagonya. Dia mengkombinasikan dua sampai tiga jenis bunga dalam satu vas. Jika vasnya besar, maka lebih banyak juga bunganya. Selama perangkaian bunga-bunga, Natasya bercerita kepada Violet jika dia juga memiliki toko bunga, Violet tahu itu. Dia senang bersama menantunya satu ini, sangat baik hati dan ramah. Dia membicarakan banyak hal, ramai sekali rumah. "Jika Senja berada di sini, kalian pasti cocok sekali. Anak itu juga pandai bergaul. Dia akan bercerita banyak hal kepadamu." Violet tertawa kecil. Semoga Senja cepat kembali, dia dan Natasya harus memiliki banyak waktu luang untuk jalan-jalan dan saling mengobrol sembari mendekatkan diri antara seorang adik dan kakak iparnya. Natasya menganggu. Dia sempat bertemu Senja, saat acara pernikahannya waktu itu. Cuman sayangnya, hari esok Senja sudah melakukan keberangkatan lagi. Dia tidak bisa meninggalkan pekerjaan di sana, pasalnya sudah terikat janji sebelumnya--dari jauh-jauh hari. Oleh karena itu, Natasya dan Senja belum saling mengenal secara dekat sekali. Biasanya Senja sering memberikan komentar pada story yang Natasya posting di aplikasi hijau. Hanya sebuah obrolan singkat pada umumnya, saling menanyakan kabar, atau obrolan panjang misal mengenai kegiatan keseharian mereka. "Senja makin sukses di sana, Ma. Aku ikut senang melihat setiap perkembangan bisnisnya." "Iya, dia memang pekerja keras. Mama bangga punya dia." Dari tatapan mata Violet, Natasya tahu jika wanita itu sosok yang begitu penyayang. Keluarga adalah hal paling berharga di hidupnya, sangat. "Sayang, masih ada waktu untuk mengobrol di ruang keluarga utama, ayo ke sana." Selesai merangkai bunga, Violet mengajak Natasya meninggalkan ruang santai--biarkan para asisten rumah tangga saja yang menyelesaikan sisanya. Violet meminta kepada asisten lain untuk membuatkan minuman dan menyiapkan camilan kecil teman sambil mengobrol ringan bersama menantu kesayangan Violet. Natasya tersenyum senang, dia merasa mendapatkan pelukan dari orang terkasihnya--sosok seorang ibu. Violet mempersilakan Natasya dengan lembut sekali, kehangatan yang dia berikan membuat Natasya nyaman. "Bagaimana keadaan rumah tangga kalian di sana, Sayang? Apa Kenan memperlakukanmu dengan baik?" tanya Violet sebagai pembuka. Natasya terdiam sebentar, dia bingung harus menjawabnya seperti apa. Haruskah Natasya kasih tau jika setiap hari dia dan Kenan bertengkar? Bahkan sampai ingin mengadu kekuatan otot masing-masing? Sungguh, selalu ada saja permasalahan yang diperdebatkan. "Baik-baik aja kok, Ma." Natasya menyunggingkan senyum. Hellow, baik dari mananya? Natasya ingin muntah jika berbohong soal yang satu ini. Violet mengangguk. Kemudian asisten rumah tangga datang dengan membawa nampan berisikan minuman dan makanan untuk Natasya dan Violet sendiri. "Silakan sambil diminum dan dimakan, Sayang." "Iya, Ma. Makasih sudah mau direpotin banyak sama aku." Natasya tertawa kecil, dia menyeruput minumannya. "Hem, enak. Manisnya pas." Rupanya Violet tahu minuman kesukaan Natasya, buktinya asisten rumah tangga itu menyiapkan cokelat dingin di tengah cuaca panas kali ini. Violet mengangguk. "Apa rencana kalian ke depannya, Sayang?" Natasya hampir saja tersedak, dia kaget mendengar pertanyaan itu dilemparkan untuknya. Masa depan? Astaga ... bahkan Natasya tak memikirkan hal sejauh itu. Dia tidak tahu mau apa bersama Kenan, keduanya tidak memiliki kesamaan yang membuat kompak--selalu berselisih. "Belum terencana dengan begitu baik, Ma. Kami masih menjalani apa yang ada kini, mungkin secepatnya akan kubicarakan bersama Kenan." Bohong, Natasya pandai sekali berakting. Sudah cocok rupanya main sinetron. Sinetron azab contohnya, cocok Natasya menjadi pemeran wanita yang durhaka pada suaminya. "Baiklah, Sayang. Semoga keluarga kecil kalian hidup bahagia selalu." Natasya mengangguk canggung. Kerongkongannya menjadi kering terus, takut jika masih ada banyak pertanyaan yang Violet berikan. Kalau jawabannya gampang sih tidak apa, lah ini? Menguras otaknya. Salah dikit saja, Kenan akan menghajarnya. Pasti! "Gimana, Sayang, udah isi apa belum?" Dengan santai tanpa merasa memiliki beban sedikit pun, Violet menanyakan hal itu sambil menyeruput teh hangatnya. Bagaimana bisa hamil, saling bersentuhan saja tidak! Natasya ingin menenggelamkan dirinya sekarang juga. Sungguh! Ini pertanyaan sangat gila. Isi apa, isi pulsa? Natasya bahkan tak pernah berpikir sekali pun untuk hamil anak Kenan. Tidak akan! Bisa besar kepada pria itu mendapatkan semua yang ada pada diri Natasya. Huh, Natasya tidak sudi. "Aaa-mungkin nanti, Ma. Aku juga baru saja selesai kuliah, ingin mengurus toko bunga dengan baik dulu. Mungkin Kenan juga lagi fokus dengan kerjaannya." Natasya mengulas senyum terpaksa. Bibirnya bergetar, seakan sudah tidak sabar ingin menangis sambil gulung-gulung di lantai. Natasya kesal diberi pertanyaan demikian. Sekali-kali tanyakan apakah Natasya ingin berlian atau emas batangan? Baru jawabannya gampang. "Lebih cepat, lebih baik, Sayang. Apalagi mengingat usia kamu masih muda, gampang untuk menjalani masa kehamilan. Mama rasa Kenan tak akan keberatan dengan hal ini, dia juga sudah cukup bahkan lebih dari mampu untuk menghidupi keluarga kalian kelak. Tidak akan merasa kurang dalam segi keuangan jika itu yang kamu takutkan." Bukan, bukan keuangan. Natasya tahu sebarapa banyak kekayaan keluarga Almeer. Tapi Natasya belum siap memiliki anak. Masa depan dan masa muda Natasya akan lenyap, dia tidak siap untuk itu. Dia masih ingin bersenang-senang dengan teman-temannya, nongkrong sana sini tanpa ribet harus membawa anak kecil. Bagaimana bisa? "Ah, ya ... Ma. Nanti aku coba bicarakan juga sama Kenan untuk itu." Violet mengangguk senang. "Mama tunggu kabar baiknya segera, Sayang. Mama dan Papa sudah tidak sabar menimang cucu." Mati saja. Apa Natasya boleh menghabisi nyawanya sekarang juga? Cukup sudah, pembahasan ini harus di hentikan dengan segera. "Selamat siang, Ma ...!" Itu suara Kenan. Pria itu datang di waktu yang tepat, menyelematkan Natasya dari ledakan bom yang kapan saja bisa mematikan dirinya. Natasya bersorak dalam hati. Ya Tuhan ... makasih sudah menyelamagkanku, jiwa batin Natasya berteriak girang. *** Siapa yang mau jadi temennya Natasya? Sesat bersama mengarungi lautan dan daratan wkwk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN