Sudah beberapa hari Tayra di rumah sakit. Baru kali ini Erika datang. Sepertinya hubungan Ibu dan anak ini memang tidak baik. Melihat Erika datang saja ekspresi Tayra seperti tak berminat. Erika tidak sendiri. Ia datang bersama Cenilaa. “Gimana kondisi kamu hari ini?” tanya Cenilaa. Tayra menatap kakak perempuannya itu lama. “Sangat baik,” jawab Tayra datar. Cenilaa manggut-manggut. “Syukurlah.” “Daripada kita buang-buang waktu dengan basa-basi, sebaiknya kita langsung ke intinya saja.” Erika buka suara setelah mereka diterpa keheningan selama beberapa menit. Mata Tayra menyipit. Erika membuang napas pelan. “Kami sudah ambil keputusan terbaik. Kamu akan berangkat ke Amerika setelah keluar dari rumah sakit.” Seperti disambar petir rasanya Tayra mendengar penuturan Erika. Tubuhn