Permintaan Dimas

1228 Kata
“ Tadinya abah ingin Samsiah pergi agar si Anin tidak ada yang membela lagi, dan kita bisa dengan leluasa menekat si Dimas agar mau menjatuhkan talak pada Anin. Abah tidak tahu kalau akhirnya jadi seperti ini,” jawab Haji Sanusi kebingungan. “ Terus sekarang kita harus bagaimana, bah. Apa tidak sebaiknya kita panggil kembali Samsiah? Karena kalau Samsiah kembali kemari, maka dia pasti akan bisa membujuk Anin untuk datang. Karena Anin tidak akan membiarkan Samsiah mengerjakan sendiri masakan ini,” ucap Zaini meyakinkan Haji Sanusi agar mau memanggil kembali Samsiah. Mendengar perkataan Zaini seprti itu, Haji Sanusi terdiam untuk beberapa saat. Mencoba mencerna semua perkataan Zaini, agar dia bisa mengambil keputusan secepatnya. “ Ya sudah, sebaiknya kamu sekarang pergi ke rumah Samsiah, dan bilang pada dia untuk kembali kemari karena abah memanggilnya. Dan jangan lupa bilang juga untuk mengajak Anin biar den Romi ada temen ngobrol. Karena den Romi datang kemari tujuannya untuk bertemu dengan Anin dan ingin mengajaknya jalan – jalan. Jadi pastikan kalau si Dimas gak usah ikut, karena akan memperuk suasana hati den Romi,” ucap Haji Sanusi begitu tegas. Namun tetap prinsipnya tidak berubah dan masih ingin menjodohkan Anin dengan Romi. Mendengar dukungan dari haji Sanusi seperti itu, Romi semakin bersemangat dan yakin kalau tujuannya untuk membuat Anin bercerai dengan Dimas pasti akan terwujud, dan kini hanya tinggal menunggu waktu saja. Walau pun pada dasarnya Romi sudah tidak sabar untuk segera mendapatkan Anin dan menjadikannya istri, tapi situasi saat ini Romi harus tetap sabar dan tidak terburu – buru atau menggunakan cara yang justru akan merugikan dirinya sendiri. Tidak menunggu lama, Zaini pun pergi ke rumah Samsiah untuk memintanya kembali dan menyelesaikan pekerjaanya, mengingat sebentar lagi Sugara akan segera datang. Walau sebenarnya, istrinya Zaini dan juga Hamdan bisa memasak, tapi rasanya tidak bisa diterima oleh Sugara dan keluarganya, mereka lebih menyukai masakan Anin. Tapi untuk bisa meminta Anin kembali memasak, tentu saja hanya Samsiah. Karena Anin akan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Samsiah dan juga Sugara. Makanya untuk itu Zaini pun terpaksa harus membujuk Samsiah agar mau kembali datang ke Rumah Haji Sanusi, dengan demikian maka Anin pun akan datang tanpa diminta. Namu dalam hal ini ada tugas dari Haji Sanusi yang sangat berat untuk di lasanakan oleh Zaini. Ini menyangkut tentang Dimas yang dilarang oleh Haji Sanusi untuk datang, karena Haji Sanusi menginginkan kalau Romi bisa leluasa mendekati Anin nantinya sebelum Sugara tiba. Karena kalau Sugara datang, maka urusannya akan semakin berat. ***** Sementara itu, di rumah Samsiah, tampak Anin pun ada disana Bersama dengan Dimas. Mereka berdua sengaja tidak pulang kerumah, karena mereka memiliki keyakinan kalau Haji Sanusi akan memanggilnya kembali, mengingat persiapan untuk menyambut Sugara dan keluarganya beserta calon menantunya belum selesai. Dan tentu saja hal itu membuat Haji Sanusi mau tidak mau harus meminta Samsiah dan Anin kembali. “ Apa bibi akan kesana lagi kalau abah memanggil dan meminta kita kembali?” tanya Anin sambil menyeruput teh buatan Nindy yang kini kembali mengajak Saffa bermain. “ Tergantung cara mereka menghargai bibi, dan abah harus berhenti untuk menjodohkan kamu dengan si Romi itu,” jawab Samsiah yang terdengar seperti masih kesal karena pengusiran Haji Sanusi tadi. “ Tapi bi, sebaiknya kita kesana lagi dan menyelesaikan pekerjaan kita. Ini kita lakukan bukan karena abah memanggil, tapi kita melakukannya demi mang Sugara. Karena Anin yakin kalau mang Sugara hanya akan memakan masakan buatan kita,” pinta Anin. Samsiah hanya tersenyum saat mendengar apa yang dikatakan Anin barusan. Samsiah pun memiliki pemikiran yang sama dengan Anin, kalau Sugara sudah pasti tidak akan memakan masakan buatan orang lain terkeculai masakan hasil karya Anin. Makanya sejak awal Sugara meminta pada Samsiah agar belanja dan mengajak Anin untuk memasak. “ Baiklah, kita tunggu saja siapa yang akan datang kemari. Namun sebelum itu, bibi mau tanya sama kamu Dimas?” ucap Samsiah sambil mengalihkan pandangannya kearah Dimas yang duduk disebelah Anin. “ Bibi mau tanya apa? Kalau ada yang bisa Dimas bantu, katakana saja bi, Dimas akan lakukan apa pun buat bibi semampu Dimas,” jawab Dimas begitu tenang. “ Bibi baru tahu kalau kamu juga bisa marah, lantas apa yang membuat kamu begitu marah pada Romi tadi? Padahal biasanya kamu hanya akan diam saat mendapat hinaan dari abah dan juga yang lainnya?” tanya Samsiah penasaran. Sejak kejadian tadi, Samsiah memang menyimpan banyak pertanyaan tentang perubahan sifat Dimas yang terlihat terpancing emosinya. Saat melihat Romi mendekati Anin tadi. “ Bi, saya akan diam kalau saya yang mendapatkan hinaan dari siapa pun. Dan saya akan diam saat abah terus – terusan memaksa Anin untuk menikah dengan Romi, karena saya tahu kalau Anin tidak akan pernah mau. Tapi cerita tadi itu berbeda, Romi secara terang – terangan menggoda istri saya dan ingin mengambilnya dengan dukungan dari abah.” “…Jadi, sebagai suami, saya berhak mempertahankannya karena dia adalah istri saya. Siapa pun orangnya yang mencoba untuk menyakiti dan membawanya secara paksa, maka saat itu juga saya akan melawan untuk membelanya dan mempertahankan dengan cara apa pun. Dan saya tahu kalau sebenarnya si Romi itu sengaja memancing emosi saya, agar saya berbuat anarkis padanya. Sehingga dia akan sangat mudah melaporkan saya ke Polisi dengan tuduhan penganiayaan.” Samsiah tersenyum kagum dengan penjelasan Dimas yang memang sangat masuk akal kalau seorang suami mempertahankan dan membela istrinya. “ Namun ada yang masih mengganjal dalam hati bibi, Dimas, dan ini sudah lama sebenarnya ingin bibi tanyakan pada kamu, bahkan kang Sugara juga pernah berkata pada bibi agar bibi mencari tahu langsung dari kamu,” ucap Samsiah “ Tentang apa, bi?” tanya Anin dia sambil mengkerutkan kedua alisnya. “ Ini tentang keluarga Dimas, yang sampai saat ini semua keluarga besar belum pernah tahu, siapa keluarga Dimas? Apakah kedua orang tuanya masih hidup? Karena hal yang tidak mungkin kalau Dimas hidup sebatang kara. Tentu saja Dimas pasti masih memiliki keluarga,” tanya Samsiah yang disambut dengan tatapan mata Anin yang begitu lekat menatap wajah suaminya yang tampak tersenyum. “ Tentu saja bi, dan memang kedua orang tua saya masih hidup. Bahkan saya juga memiliki dua orang adik laki – laki sama perempuan, tapi dalam hal ini saya mohon maaf, karena saya masih ingin merahasiakannya, nanti bila tiba waktunya, maka kedua orang tua saya akan datang kemari dan menjemput kami. Dan Ketika hal itu tiba, maka saya dan Anin serta Saffa sudah dipastikan harus pindah dan tinggal Bersama kedua orang tua saya,” jawab Dimas sambil melirik kearah Anin. “ Kenapa abang melihatku seperti itu?” tanya Anin sedikit heran saat Dimas memandanginya dengan begitu lekat, seperti ada keraguan dalam sorot matanya. “ Apakah kamu mau ikut kalau nanti kedua orang tua abang datang menjemput kita?” tanya Dimas ingin meyakinkan. “ Bang, aku ini istri kamu, tentu saja aku akan ikut kemana pun kamu membawaku, dan aku akan diam kalau kamu melarangku untuk ikut. Apalagi ini menyangkut orang tua abang, tentu saja aku akan begitu senang kalau sampai kedua orang tua abang datang menjemput kita,” jawab Anin dibalas senyuman dari Dimas. Obrolan mereka pun harus berheti, karena Zaini datang sesuai perintah Haji Sanusi untuk meminta Samsiah dan Anin kembali kerumah Haji Sanusi. “ Assalammualaikum Samsiah,” sapa Zaini sambil mengetuk pintu. “ Waalaikum Salam, masuk wak,” sahut Nindy yang kebetulan berada dekat pintu sehingga langsung membukakan pintu buat Zaini. “ Mana emak kamu, Nin?” tanya Zaini “ Ada didalam lagi ngobrol sama kak Anin dan bang Dimas,” jawab Nindy jujur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN