⭐️Part 6⭐️

1842 Kata
Yang membuka kan pintu Ibu nya Putri, "Put, Putri." teriak Ibu Putri di dalam rumah nya setelah menyuruh Afra masuk. "Hoam, apaan sih Bu. Aku tuh baru tidur sejam yang lalu, masih ngantuk." Afra memang menghabiskan tiga jam di taman untuk menormal kan emosi nya kembali. Jadi wajar jika memang sekarang sudah memasuki tengah malam. "Coba liat ini siapa." Putri tadi hanya membuka celah pintu sedikit untuk menyauti Ibu nya. "Innalillahi, ini Afra Bu,?" tanya Putri. Keadaan Afra memang sangat mengenaskan, mata sembab, pipi basah sisa air mata, seluruh badan dingin. "Ya udah, Ibu bikinin teh anget dulu ya." Putri langsung menggantikan sang Ibu di samping Afra, "Ya Allah Fra, lu kenapa sih." Afra ketika mendengar suara Putri, langsung memeluk nya dengan erat. Pasal nya dia dari tadi ketika di sambut di depan rumah oleh Ibu nya Putri tidak mendongak kan kepala sama sekali. "Shuutt, udah yaa nangis nya. Ke kamar yuk." Putri membantu Afra melangkah kan kaki menuju kamar nya. "Fra, di minum dulu ya sayang teh nya. Mumpung masih anget." Ibu Putri masuk ke kamar anak nya dengan membawa segelas teh hangat. Putri juga membantu Afra meminum minuman nya. Selesai minum, Putri membantu Afra merebahkan tubuh nya di atas ranjang. "Udah ya, lu tidur aja." Tidak lama setelah itu, mata Afra langsung terpejam. Saking mengantuk diri nya sehabis menangis. "Dia kenapa Kak?" tanya Ibu Putri kepada anak nya. "Aku juga ngga tau Bu, tadi pagi dia selama di kampus ngga cerita apa apa." "Bukan masalah keluarga kan,?" "Aku kurang tau juga Bu, bentar deh aku telfon Bang Bobby dulu." Setelah melihat Afra sudah terlelap, Ibu Putri pergi meninggalkan kamar sang anak. Akhir nya, Putri memutuskan untuk menghubungi Bobby guna mengabari keberadaan Afra. Belum sempat Putri menekan icon telfon di ponsel nya, Bobby sudah menelfon nya terlebih dahulu. Bang Bobby is calling "Halo assalamu'alaikum Put." "Wa'alaikumsalam Bang," "Put, maaf nih saya malem malem ganggu. Afra ada di rumah kamu? Mami sama Papi panik jam segini dia belom pulang." Di sebrang sana sangat kentara jika Bobby sangat mengkhawatirkan keadaan Adik nya. "Iya Bang, Afra baru aja sampe di rumah aku. Dateng dateng udah nangis aja, aku juga ngga tau." "Syukur alhamdulillah dia di rumah kamu, ngga apa apa kan kalo malem ini dia di rumah kamu?" "Iya Bang ngga apa apa. Mungkin dia lagi ada masalah, nanti kalo udah tenang aku tanyain." "Ya udah, makasih banyak yaa Put. Salam buat Ibu kamu, maaf udah ngerepotin." "Iya Bang nanti aku sampein ke Ibu." "Nite Put. Wassalamu'alaikum." Tut, Putri belum sempat menjawab salam tetapi orang di ujung sana sudah mematikan nya. Dan hanya ucapan tidur menurut nya, bisa membuat jantung nya malam malam bekerja ekstra. "Gila ih, cuman ucapan doang njir bisa bikin jantung gue salto." gumam nya seraya memegangi jantung nya. Akhir nya Putri sudah tidak tahan menahan kantuk super nya, dia baru tidur hanya sejam untuk menuntaskan tulisan nya supaya besok bisa dia kirim langsung ke penerbit. _ _ _ "Hoam, jam berapa sih." ujar nya sambil meregangkan otot otot di badan nya. "Masih jam 5 ternyata." Setelah melihat jam beker nya di atas nakas, Putri menyenderkan tubuh nya sejenak di kepala ranjang guna mengumpulkan nyawa nya sehabis bangun tidur. Dia melirik ke samping nya, Afra sedang berusaha menarik selimut nya untuk menutupi seluruh tubuh nya karena suhu kamar yang sangat dingin. Dengan ke bingungan nya, Putri memeriksa suhu tubuh Afra. "Astaghfirullah, panas amat badan lu. Bisa ini ngerebus telor." tanpa basa basi lebih lama, dia bergegas keluar kamar menuruni tangga untuk mencari Ibu nya. "Bu, Ibu." teriak Putri di tengah rumah nya. "Apaan sih lu Kak berisik banget pagi pagi." seseorang menoyor kepala nya dari belakang, dia adalah Aldo Adik Putri. "Sakit ege." "Kak ngomong nya." peringat Ayah Putri ketika mendengar anak nya berbicara kasar. Tidak ingin memperpanjang debat nya, dia menanyakan di mana Ibu nya kepada sang Ayah. "Tuh di belakang lagi masak air." Putri langsung lari menuju dapur, "Bu, badan Afra panas Bu. Tinggi banget suhu tubuh nya." "Ya ampun, ac udah kamu matiin,?" tanya Ibu nya tak kalah kaget. "Udah aku gedein tadi suhu ac." "Matiin aja ac nya, nyalain kipas aja buat udara di kamar. Atau buka jendela, sehat udara pagi. Nanti Ibu ke kamar kamu bawain air kompresan buat Afra." Tanpa menunggu lama, Putri langsung menaiki undakan tangga dengan langkah terburu buru. Ketika diri nya membuka pintu kamar, dia melihat Afra tambah mengeratkan selimut nya dan gigi nya bergemelutuk menahan hawa dingin. "Aduh, udah tau ngga tahan ama suhu dingin. Ngapain juga semalem dingin dinginan di luar." omel Putri tak henti walaupun orang yang di omeli sangat tidak perduli. "Nih Kak, kompresan nya." Putri mengambil alih baskom air yang di pegang Ibu nya untuk mengompres dahi Afra. "Mami..sshh..hheee.. Di.. Dingin Mi.." gumam Afra seraya mengeratkan selimut nya. "Bu, di telfon aja kali yaa keluarga nya Afra? Kesian aku liat nya." "Yaudah, coba kamu telfon Abang nya." Putro dengan sigap mengambil ponsel nya yang tertindih bantal. Tut.. Tut.. Tut.. Tut.. Tut.. Tut.. Entah panggilan nada ke berapa orang di ujung sana baru mengangkat nya. "Ha..hoam.. Hallo." ujar nya sambil terkantuk kantuk mengangkat telfon, Bobby tidak melihat id caller nya. "Hallo assalamu'alaikum Bang." Orang di ujung sana ketika mendengar suara penelfon, langsung duduk tegak. Dan membaca id caller nya. Ya ampun malu banget sumpah, ujar nya dalam hati setelah menyadari siapa yang menelfon nya. "Bang, Bang Bobby." panggil Putri karena tidak mendengar sahutan orang yang di telfon nya. "E-eh iya Put, kenapa kamu telfon pagi pagi." Dia senang, Putri menelfon diri nya lagi. Fikir nya mungkin Putri membangunkan untuk solat subuh. Senyum pun sudah mengembang di bibir nya. "Ini Bang, si Afra badan nya panas tinggi." "Astaghfirullah, iya iya. Abang abis solat langsung otw ke sana." Tut, "Kebiasaan banget ih, langsung matiin sepihak. Gimana kalo ngebangun hubungan coba, entar belom apa apa gue udah di putusin." dumel Putri sambil berjalan ke arah Ibu nya. "Gimana Kak,?"  "Iya Bu, nanti abis solat subuh langsung pada mau ke sini." Putri dan Ibu nya bergantian untuk solat subuh guna menjaga keadaan Afra. Tok.. Tok.. "Bukain gih pintu nya, Ayah sama Aldo belom pulang dari masjid kayak nya." Putri menuruni tangga untuk membuka kan pintu, dia tahu pasti itu orang tua Afra dan Abang nya. Tok.. Tok.. "Assalamu'alaikum." sapa orang di sebrang pintu yang di yakini Putri suara Mami Gina, orang tua Afra. "Wa'alaikumsalam, iya sebentar Mi." Ceklek, "Gimana keadaan Afra sayang." tanya Mami Gina dengan nada sangat khawatir. "Udah lumayan turun dikit Mi, dari tadi manggil nama Mami terus." ujar Putri seraya menyelimi Mami Gina. Mereka melangkah bersamaan menuju kamar Putri,  "Dia kalo sakit emang gitu, ngga bisa jauh dari Mami." "Bu, ini Mami Gina udah dateng." "Ya ampun jeng, maaf loh aku ngerepotin keluarga kamu." ujar Mami Gina seraya memeluk ala Ibu-ibu. "Kayak sama siapa aja sih jeng Gina ini." Selain mereka yang bersahabat sejak SMA, orang tua mereka juga mempunyai grup arisan yang sering di adakan setiap bulan nya. "Panas banget." gumam Mami Gina setelah memegang dahi anak nya. "Dari jam berapa Bu dia sakit,?" tanya orang yang berada di belakang Putri, dia tidak menyadari jika ada orang tersebut. "Dari jam 5 tadi udah gigil badan nya." jawab Ibu Putri. Mereka semua memperhatikan bagaimana interaksi Afra dengan Mami nya,  "Alhamdulillah udah lumayan ngga panas lagi. Afra emang kalau udah panas badan nya, harus di peluk dulu sama saya kalau ngga Papi nya." ucap Mami Gina menjelaskan tentang Afra. "Mau di bawa ke dokter Mi,?" tanya Putri. "Liat nanti siang aja, kalo emang panas dia masih atau tambah naik, kita bawa ke rumah sakit." "Tuh kan aku sampe lupa bikinin minum loh." ujar Ibu Putri mengingat mereka belum menyuguhkan minuman untuk sang tamu. "Aku aja Bu, Ibu nemenin Mami aja di sini." Putri yang akhir nya membuat kan minum. Dia tidak menyadari Bobby mengikuti nya sampai ke dapur. "Kamu bisa masak Put?" tanya Bobby ketika sudah berada di dapur. "Eh Abang, ya lumayan lah kalo cuman masak air mah." gurau nya kepada Bobby. "Bisa lah tahun depan mah." gumam nya yang di tunjukan kepada Putri tapi dengan suara yang sangat lirih. "Apa Bang,?"  "Engga, ngga papa. Bikinin aku kopi ya Put, gula nya satu sendok aja." "Iya Bang." Setelah menyelesaikan pekerjaan nya bikin minuman untuk sang tamu, Putri pamit izin untuk persiapan pergi kuliah. "Bu, aku berangkat ya. Mi, Putri berangkat dulu." ujar Putri sambil menyalimi tangan Ibu nya dan Mami Gina. "Naik apa Put,?" tanya Ibu nya. "Bawa si ming aja Bu." "Ming?? Siapa itu Put,?" tanya Mami Gina heran mendengar nama tersebut. "Oh itu, mobil Putri Mi." "Maklum jeng, dia mah semua barang barang nya di namain." timpal Ibu nya sendiri. "Haha sama aja kayak si Afra, di anter sama Bobby aja tuh." "Ih ngga usah Mi, nanti ngerepotin. Bang Bobby kan juga mau kerja." "Gak papa kok Put, aku anterin." ujar Bobby meyakini Putri, bagi nya ini kesempatan diri nya bisa mendekati sahabat Adik nya. Malas nya ada perdebatan, Putri menyetujui pulang di antar oleh Bobby. "Put, nanti chat aja kalo udah pulang. Nanti aku jemput." Tidak tau saja si Bobby, jantung Putri rasa nya ingin keluar dari tempat nya. Karena satu mobil degan diri nya. "Iya Bang," _ _ _ Akhir nya Putri sudah duduk di dalam kelas nya dengan tenang, "Put, mana si bawel?" tanya Syifa melihat Putri tidak bersama Afra. Semalam Putri memberi tahu mereka di dalam grup pasal Afra bermalam di rumah nya. "Demam dia." "Di rumah lu apa di rumah dia,?"  "Kayak nya sih udah di bawa pulang sama Mami, tadi masih di rumah gue." "Siapa yang demam Put,?" tanya Adit yang dari tadi menyimak perbincangan mereka. "Itu si Afra Dit, demam. Jenguk in gih." "Gara gara apa dia demam,?" "Semalem keluyuran, dia mah kan ngga tahan dingin orang nya." "Oke, share loc rumah nya dia." Seisi kelas langsung men cie cie kan Adit, karena ingin menjenguk pujaan hati nya. _ _ _ "Mi," panggil Afra lirih karena masih merasakan kepala nya berdenyut. "Iya sayang ini Mami," saut Mami Gina seraya mengelus kepala anak bungsu nya. "Pusing." "Bang, pijitin nih Adek nya." Bobby memang bisa memijit, dia sengaja izin tidak masuk kepada Papi nya untuk mengurus Afra. Karena sang Papi tidak bisa meminta izin di karena kan ada meeting besar dengan Perusahaan Luar Negeri. "Ini di sini Bang." ucap nya dengan suara manja sambil menunjuk kepala nya yang berdenyut. Keluarga nya memang sangat memaklumi jika Afra sakit manja, karena memang mereka semua memanjakan Afra dari dulu. Tapi berganti hari ke manjaan nya di imbangi dengan sikap dewasa mya. Dia manja hanya keada orang tertentu. "Udah kuat bangun kan,? Pulang yuk." ajak Bobby seraya mengelus kepala Afra. Afra menjawab dengan anggukan kepala, tapi Mami Gina tidak tega anak nya berjalan untuk menuruni tangga. Akhir nya Bobby lah yang menggendong ala bridal style menuju mobil. Di dalam mobil, mereka menunggu Mami nya yang sedang berpamitan. _ _ _ "Aduh, gue keterlaluan ngga ya ngomong gitu." gumam Yuda sambil berjalan mondar mandir di dalm ruangan nya. Ketika sedang memikirkan kalimat yang semalam di lontatkan nya, pintu ruangan nya di buka secara kasar oleh seseorang. Brak,
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN