Home sweet home

1070 Kata
Setelah para tamu sudah pulang semua, Romeo mengajak istri dan anaknya pulang ke rumah. Mereka semua berjalan bersama menuju mobil mereka yang sudah ada di lobby hotel. Sesampainya di depan mobil, mereka semua langsung masuk ke dalam. Romeo menyalakan mesin mobilnya lalu perlahan mobil tersebut mulai berjalan menuju rumah mereka. "Tamara, sini dekat sama Kakak. Masa kita jauh-jauhan seperti ini," kata Justin melihat Tamara posisi duduknya berjarak dengannya. "Iya, Kak," balas Tamara. "Apa-apaan sih Kak Justin, Pengen banget aku duduk dekat-dekat dia terus. Sabar sabar," gumam Tamara dalam hati. Tamara menggeser tubuhnya mendekat dengan Justin. Tiba-tiba Justin menarik tubuh Tamara hingga masuk ke dalam dekapan Justin membuat Tamara tersentak kaget. Sedangkan Renata dan Romeo melihat interaksi Tamara dan Justin tersenyum senang karena Justin begitu menyukai Tamara. "Justin, apa kamu menyukai adik baru kamu?" tanya Renata. "Tentu saja aku menyukainya, apalagi saat melihat pipi Tamara seperti kucing yang gembul, rasanya aku ingin meremas pipinya," jawab Justin. "Bagus, kamu harus ingat ya, Justin, kamu harus menjaga Tamara. Apa pun yang terjadi kalian harus tetap bersama, karena kamu sebagai kakak berfungsi sebagai pelindung adik kamu," kata Renata. Justin menganggukkan kepalanya. Tamara yang merasa sangat mengantuk apalagi dia kemarin baru keluar dari rumah sakit menyandarkan kepalanya ke bahu Justin dan matanya menutup. Justin mengusap lembut kepala Tamara lalu mengecup puncaknya. Sepanjang perjalanan Tamara terus tidur dan entah mengapa ia merasa sangat nyaman berada di dekat kakak barunya. Tidak terasa mobil yang dikendarai Romeo sampai di depan halaman rumah mereka. Justin melihat Tamara masih tertidur tidak tega membangunkannya. "Papa bawa Tamara ke kamarku ya, aku ingin tidur bareng dengannya," pinta Justin dengan mata bulatnya. Romeo memandang Renata meminta jawaban. Renata menganggukkan kepalanya menyuruh Romeo menerima permintaan Justin, toh Justin dan Tamara masih kecil jadi tidak masalah kalau mereka berdua tidur bersama di satu ranjang. "Baiklah, Papa akan menggendong Tamara ke kamar kamu," kata Romeo. Mereka semua keluar dari mobil kecuali Tamara dan Justin. Romeo membuka pintu mobil sisi Justin lalu dengan perlahan ia menggendong tubuh mungil Tamara ke dalam dekapannya. Dengan pelan Romeo berjalan sambil menggendong Tamara diikuti Justin dan Renata di sampingnya menuju kamar Justin. Sesampainya di kamar, Romeo meletakkan tubuh mungil Tamara di ranjang lalu Romeo dan Renata mengecup kening Tamara. "Justin, jaga Tamara ya, dan kalau dia sudah bangun ajak dia untuk makan malam," kata Romeo sambil mengacak-ngacak rambut Justin. "Iya, Pa," balas Justin. Romeo dan Renata lalu keluar dari kamar meninggalkan Justin bersama Tamara. Justin menatap lembut adik kecilnya yang ada di sampingnya. Justin yang juga sudah mulai mengantuk membaringkan tubuhnya di samping Tamara lalu ia menarik tubuh mungil Tamara ke dalam dekapannya dan perlahan matanya terpejam. Tidak terasa waktu berjalan begitu dan sinar rembulan mulai bersinar di langit. Tok Tok Tok Terdengar suara ketukan pintu membuat mereka berdua terbangun. Tamara yang baru menyadari sedari tadi ia tertidur di atas tubuh kakaknya tersentak kaget dan langsung mendudukkan dirinya. Justin melihat tingkah adiknya terkekeh lalu ia berdiri kemudian berjalan menuju pintu, ia memutar knop pintu. Cklekk "Bi Lauren. Ada apa, Bibi ? oh iya, Bi, benar kan kata aku kalau Justin bakal punya adik. Lihat Bi, dia sekarang lagi di kamarku dong," kata Justin dengan senyuman yang lebar. Bi Lauren melihat sesosok gadis kecil sedang duduk di tepi ranjang melambaikan tangannya dan dibalas Tamara. "Hmm, namanya siapa, Tuan?" tanya Bi Lauren. "Namanya Tamara, Bi. Mulai sekarang dia akan menjadi adikku," jawab Justin dengan nada bangga. "Tuan dan Nona diminta oleh mama dan papa Tuan untuk makan malam bersama," kata Bi Lauren. "Baik, Bi," kata Justin. Setelah itu Bi Lauren pergi meninggalkan Justin. Pintu ditutup oleh Justin lalu ia mengajak Tamara untuk makan malam. Tamara tersenyum senang, lalu ia mengikuti Justin keluar dari kamar berjalan menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan, mereka berdua mendudukkan dirinya di kursi. "Tamara, Justin, gimana tidurnya?" tanya Renata sambil mengambilkan makanan untuk suaminya, Justin, Tamara dan dirinya juga. "Baik, Ma," balas Justin dan Tamara berbarengan. "Widih, balas aja bisa berbarengan. Kalian sudah seperti adik dan kakak," kata Renata. Tamara memalingkan wajahnya kesal. Dia sangat tahu bahwa kedua orang tua angkatnya hanya mementingkan kebahagiaan Justin yang merupakan putra kandung mereka. Setelah selesai mengambilkan makanan untuk suaminya dan anaknya serta dirinya juga, Renata duduk di samping Romeo. Lalu mereka semua mulai memakan makanan mereka dengan lahap. Tanpa sadar Tamara yang begitu menikmati makanan yang dimasakkan Renata, air matanya mulai mengalir di wajahnya. "Tamara sayang, apa makanannya tidak enak?" tanya Renata. "Makanan ini sangat enak, Ma," jawab Tamara. "Tapi kenapa kamu menangis, Sayang?" tanya Renata. "Aku tidak pernah merasakan makanan seenak ini, Ma. Ini sangat enak melebihi makanan yang biasa aku makan di panti," jawab Tamara. "Mulai sekarang kamu dapat menikmati makanan ini semua, Sayang, dan jangan sungkan kepada kami karena kita mulai sekarang adalah keluarga," kata Renata tersenyum lembut. Tamara tersenyum lalu ia kembali memakan makanan di hadapannya dengan lahap. Tidak terasa makanan yang di piring mereka sudah kosong dan mereka mulai mengobrol mengenai rencana mereka kepada Tamara. "Tamara, mulai besok kamu bersekolah ditempat Kak Justin, mau ya?" tanya Renata. "Mau!" teriak Tamara antusias. "Ya sudah, besok kita pergi bersama ke sekolah untuk mendaftarkan kamu ya," balas Renata. "Apa itu tidak terlalu cepat, Sayang? Tamara kan usianya belum cocok masuk sekolah," tanya Romeo. "Tentu saja tidak, Sayang. Kan dia bisa masuk playgroup dulu. Mumpung masih muda, dia sudah harus berinteraksi dengan anak-anak lain juga," jawab Renata. "Ya sudah, kalau kamu maunya begitu," balas Romeo. Setelah pembicaraan tersebut selesai Renata mengantarkan Justin dan Tamara ke kamar, sedangkan Romeo pergi ke ruang kerjanya. Sesampainya di kamar, Justin dan Tamara membaringkan tubuhnya di atas ranjang lalu Renata menyelimuti mereka berdua. Renata mengambil buku dongeng kemudian ia duduk di tepi ranjang. "Anak-anak, kalian mau didongengi tentang apa?" tanya Renata sambil menunjukkan buku dongeng. "Cinderella aja, Ma," pinta Tamara. "Terserah Mama, Justin ikut aja," balas Justin. Renata mengambil buku dongeng berjudul cinderella lalu ia mulai membacakan cerita mengenai cinderella yang bertemu dengan pangeran tampan ke anak-anaknya. Renata melihat anak-anaknya sudah terlelap mengecup mereka berdua bergantian lalu ia meletakkan kembali buku cerita di tangannya ke rak buku. Setelah itu Renata berjalan keluar dari kamar anaknya menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, ia melihat Romeo belum berada di kamar memutuskan untuk tidur duluan karena matanya sudah terasa berat. Tidak lama Romeo masuk ke dalam kamarnya melihat Renata sudah tertidur mengecup kening istrinya lalu ia membaringkan dirinya di samping Renata. "Selamat malam, Sayang. Mimpi indah," kata Romeo lalu menarik tubuh Renata ke dalam pelukannya kemudian ia menutup matanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN