Bad planning

1218 Kata
Deg Teman-teman Tamara terkejut mendengar ucapan Tamara. "Aku bakal bantu kamu terbebas dari keluarga angkatmu, Tamara, tapi jangan sekarang, kita masih sekolah," kata Tina. "Benar kata Tina, kamu masih membutuhkan mereka buat masa depan kamu," kata Theo. "Baiklah, aku pikir kalian bisa membantuku sekarang," balas Tamara lesuh. "Aku janji, Tamara, aku akan membebaskan kamu dari keluarga angkatmu," kata Tina. sedangkan Theo menganggukkan kepalanya. Tak lama kemudian guru mereka masuk kekelas semua mulai fokus ke pelajaran walaupun pikiran Tamara masih merasa terganggu mendengar pernyataan teman-temannya yang tidak bisa membantu saat ini. *** Jam istirahat pun tiba. Semua murid keluar dari kelas berjalan menuju kantin. Tamara bersama temanztemannya sudah duduk di kantin. "Tina, Tamara, kalian mau pesan apa? kali ini aku mau traktir kalian berdua," kata Theo. "Wah, tumben Theo berbaik hati, biasanya pelit nih atau ada udang di balik bakwan nih," kata Tina dengan nada mengejek. "Tamara, Tina sepertinya perlu dicuci otaknya, masa giliran aku mau traktir malah dibilang kalau aku ada maksud," kata Theo. "Idih, ngadu, payah," ejek Tina sambil Tina menunjukkan jempol ke bawah. "Sudah, Tina. Mumpung Theo sedang berbaik hati mending kita terima aja tawarannya," kata Tamara dengan cengirannya. "Ya udah, aku pesan ayam goreng, burger, spaghetti bolognese dan minumnya es jeruk aja," kata Tina. "Tina, itu perut kamu tempat pembuangan makanan atau apaan, kok banyak banget mesannya?" balas Theo. "Ck, tadi katanya mau traktir, sekarang malah ngomel," kata Tina ketus. "Tina, jangan rakus, kalau enggak habis sayang loh," kata Tamara lembut. "Aku pesan cheese burger dan es jeruk aja deh, dasar pelit" kata Tina. "Aku pesan spaghetti carbonara dan es teh aja, Theo. Terima kasih," kata Tamara. "Siap, Nona-nona, pangeran tampan kalian ini akan memesankan pesanan kalian. Jangan ngambek dong nanti jelek loh," balas Theo sambil terbahak. brak Tina memukul meja. "Ganteng? Dilihat dari sedotan baru kelihatan. Aku tuh udah cantik dari lahir," ejek Tina sambil menjulurkan lidahnya. "Ck, kamu enggak bisa apa sehari aja bikin aku senang, berisik tau enggak," balas Theo. "Sudah, sana pesenin, nanti keburu masuk kelas," kata Tina sambil memutar bola matanya. Theo mendengus kesal lalu ia langsung berjalan menuju kantin untuk memesan makanan mereka. Setelah semua pesanan mereka sudah kelar, dia membawa nampan berisi pesanan mereka ke tempat duduknya lalu ia meletakkannya satu per satu ke hadapanan Tina dan Tamara. "Ayo, semuanya dimakan. Udah lapar banget nih," kata Theo. "Met makan, Theo," kata Tina lalu menyuapkan makanannya. "Terima kasih, Theo, atas traktirannya. Selamat makan juga," balas Tamara dengan binar di matanya "Sama-sama, Princess aku," kata Theo terkekeh geli. Mereka semua mulai memakan makanannya dengan lahap. "Woi Triple T!" teriak seseorang sambil menggebrak meja di hadapannya. Seketika Tina, Theo dan Tamara menghentikan makananya lalu mereka menatap kedua orang yang ada di hadapan mereka. "Maksud kamu triple T, siapa?" tanya Tina. "Tentu saja kalian. Semua orang memanggil geng kalian Triple T, tahu," jawab Gilah yang merupakan murid paling populer di Trinity School. "Oh," balas Tina. "Maksud kalian ke sini apaan, ya?" tanya Theo penasaran. "Kita berdua boleh gabung bareng kalian enggak?" tanya Dilah. "Tentu saja boleh," jawab Theo. Gilah dan Dilah mendudukkan diri di kursi lalu mereka tersenyum kecil. "Kalian berdua pacaran ya?" tanya Tamara. "Enggak, kita berdua ini satu geng makanya kalau ke mana-mana pasti barengan," jawab Dilah. "Terus kenapa kalian berdua ke sini dan mana anggota geng kalian yang lain, kok cuma berdua?" tanya Tina. "Lagi malas gue sama geng gue sendiri soalnya mereka lebih mentingin lihatin handphone daripada ngobrol, sepertinya geng gw enggak sepopuler geng kalian," jawab Dilah. "ups, masa sih?" kata Tamara terkikik. "Iya, geng kita udah luntur kepopulerannya dikalahkan geng kalian," balas Dilah. "Oh iya, kalian kok kelihat akrab banget ya padahal geng kalian kayaknya baru terdengar belakangan ini?" tanya Gilah. "Kita mah enggak main geng-gengan, kita bertiga ini adalah teman dari tk dan semua orang yang bilang kita Triple T itu. Mereka yang memberikan julukan, bukan kita yang mau," kata Theo sambil kembali menyuap makannya ke mulut. "Oh," balas Gilah. "Tina, Tamara, Theo, nanti malam ke club yuk, mau enggak?" tanya Dilah. "Club? Manaa mungkin kita bisa ke sana kan umur kita belum cukup," jawab Tamara. "Hahaha, tenang aja Tamara. Club itu punyanya temannya Gilah jadi tanpa memberikan tanda pengenal, kita bisa masuk kok," balas Dilah. "Wah! Boleh tuh, bakal seru nih. Ikut ya, guys" kata Tina semangat. "Tamara, gimana? Ikut enggak?" kata Theo. "Nanti aku pikirkan ya tapi aku pasti datang," jawab Tamara dengan senyum kaku. "Oke, sip. Datang ya ke Xander Club dan kalau sudah sampai sana bilang aja kalau kalian temannya Gilah," kata Dilah. "Siap," balas Tina semangat. Mereka semua mulai melanjutkan makannya kembali. Setelah selesai makan bertepatan dengan bel yang berbunyi membuat mereka semua langsung berjalan masuk ke dalam kelas. *** Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu dan semua murid sudah keluar dari kelas setelah bel tanda pulang sekolah berbunyi dan guru yang mengajar sudah keluar. Tina, Theo dan Tamara saat ini sedang duduk di kursi depan kelas mereka. "Tina, kamu yakin hari ini mau ke club?" tanya Tamara. "Yakin lah. Tamara, kita tuh sesekali harus mencoba hal baru supaya enggak penasaran pas tua," jawab Tina. "Theo, kamu malam ini ikut kan?" tanya Tamara. "Tentu saja aku ikut kalau kalian pergi. Aku kan mau menjaga kalian berdua," jawab Theo dengan senyumannya. "Tamara, ke mall yuk buat belanja pakaian untuk pergi ke club sekalian ke salon," kata Tina. "Emang harus banget ya kita beli baju baru?" tanya Tamara. "Harus dong, tempat baru pakaian baru," jawab Tina. "Kita mau ke mall kapan?" tanya Tamara. "Sekarang aja," jawab Tina. "Theo, kamu mau ikut ke mall atau enggak?" tanya Tamara. "Aku pulang aja deh. Kalian bersenang-senang ya di mall," jawab Theo. "Tina, kamu mau ke mall satu mobil sama aku atau naik mobil masing-masing?" tanya Tamara. "Naik mobil kamu aja deh, lagian supirku lagi dipakai sama mamaku jadinya tidak ada yang menjemputku," jawab Tina. "Sip. Oh iya, Theo, kamu sudah dijemput belum?" tanya Tamara. "Belum nih, kalian kalau pergi duluan, pergi aja soalnya supirku sepertinya masih lama," kata Theo. "Oke deh. Theo, kita duluan ya soalnya Mang Ujang ternyata sudah menungguku di lobby," pamit Tamara. Setelah pembicaraan itu selesai, Tamara dan Tina berjalan menuju ke lobby sekolah. Saat sudah di lobby, mereka melihat mobil yang dikendarai Mang Ujang sudah ada langsung masuk ke dalam mobil. "Non, anterin Non Tina pulang dulu ya?" tanya Mang Ujang. "Mang Ujang ke mall terdekat aja," jawab Tamara. "Nona Tamara udah ijin sama orang tua Nona atau kakak Nona belum?" tanya Mang Ujang. "Sudah kok, Mang. Anterin ya, sekarang," jawab Tamara dengan senyumnya. "Baik, Non," balas Mang Ujang. Perlahan mobil yang dikendarai Mang Ujang mulai melaju menuju mall terdekat. Sepanjang perjalanan mereka berdua mengobrol. "Eh, kamu tumben enggak izin dulu sama orang tua kamu atau kakak kamu?" tanya Tina berbisik di telinga Tamara. "Malas. Lagian kita ke mall doang ngapain izin segala," jawab Tamara berbisik di telinga Tina. "Hahaha, sepertinya ada yang masih kesel nih," ejek Tina. "Gimana enggak kesel, Tina, Kak Justin itu selalu pengen tahu urusan aku, Tina, tapi untungnya orang tuaku enggak kayak kakakku," kata Tamara. "Itu namanya peduli, Tamara. Kamu itu kan adik kesayangannya jadi wajar kalau dia selalu memantau gerak-gerik kamu," balas Tina. "Terserah kamu deh. Semua orang selalu bilang begitu tapi bagiku Kak Justin itu terlalu mengekangku," kata Tamara. "Hahaha, kamu lucu sekali tapi apa pun itu aku akan mendukungmu, Tamara," balas Tina. Tring tring
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN