Sick

1020 Kata
Semilir angin pagi menerpa jendela kamar Justin hingga gordennya bergerak-gerak. Tamara membuka matanya saat gorden tersebut tepat mengenai mukanya. Ia bangkit dari ranjang, tapi baru saja ia berdiri tiba-tiba ada tangan yang menggenggam tangannya. "Kakak kenapa pegang tangan Tamara?" tanya Tamara. "Kamu mau ke mana, Tamara?" tanya Justin sambil melepaskan genggaman tangannya dan mendudukkan dirinya. "Aku mau siap-siap pergi ke sekolah, Kak," jawab Tamara. Justin beranjak dari ranjang lalu ia menempelkan tangannya ke kening Tamara. Ia merasa Tamara demamnya sudah turun tapi dirinya masih khawatir dengan keadaan Tamara. "Tamara hari ini enggak usah sekolah ya. Kamu baru sembuh dari sakit, jadi istirahat aja di rumah," kata Justin. "Kak, aku enggak mau bolos. Masa aku baru masuk beberapa hari udah bolos sih," balas Tamara sambil menundukkan kepalanya. "Baiklah, kamu boleh sekolah tapi kalau tidak kuat, kamu ijin aja sama guru untuk ke uks ya, istirahat," kata Justin. "Iya, Kak," balas Tamara. Tamara pergi mengambil seragamnya lalu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sedangkan Justin yang menunggu Tamara keluar dari kamar mandi mendudukkan dirinya di tepi ranjang sambil membereskan buku pelajarannya. Tidak lama Tamara keluar dari kamar mandi dan gantian Justin yang bersiap-siap. "Uhh, lama sekali Kakak keluarnya," kata Tamara sambil menatap jam yang menempel di dinding. Beberapa menit berlalu dan akhirnya pintu kamar mandi terbuka menampilkan Justin yang sudah memakai seragamnya sambil mengelap rambutnya yang masih basah. Justin melihat adiknya sedang menatap dirinya tersenyum lalu menghampiri adiknya. "Ayo jalan sekarang. Pasti Bi Lauren sudah menyiapkan sarapan untuk kita," kata Justin. "Iya, Kak," balas Tamara. Justin menggenggam tangan Tamara, lalu ereka berdua berjalan bersama keluar dari kamar menuju ruang makan. "Happy birthday, happy birthday, Tamara," terdengar suara orang menyanyi di hadapan mereka. Mereka berdua mendongakkan kepalanya menatap orang yang berada tepat di depan mereka saat mereka baru saja tiba di ruang tamu. Senyum mengembang terbit di wajah Justin saat ia melihat Romeo dan Renata sudah berada di rumah sedangkan Tamara berlari menghampiri Romeo dan Renata. "Mama kok bisa tahu kalau ulang tahun Tamara hari ini?" tanya Tamara sambil menatap kue ulang tahun yang berada di tangan Renata. "Kamu kan anak Mama, jadi mana mungkin mama melupakan ulang tahun kamu, Tamara," kata Renata. "Ayo Tamara, ditiup lilinnya," kata Romeo. Tamara berjalan mendekati kue tersebut lalu ia mulai meniup lilin yang berada di tengah kue tersebut. Huft huft huft Tamara meniup lilin tersebut berkali-kali tapi lilin tersebut tidak mati sama sekali. "Mama, lilinnya kok tidak mau mati sih," kata Tamara sambil mencebikkan bibirnya. "Sini Kakak bantu tiup lilinnya," kata Justin. Justin berjalan mendekati Tamara lalu mereka berdua meniup lilin tersebut hingga mati dalam sekali tiup. "Ma, Pa, kok pas sama Kak Justin tiupnya lilinnya bisa mati sih?" tanya Tamara. "Itu soalnya kita sudah ditakdirkan bersama Tamara. Kan kita kakak beradik jadi harus bersama-sama tiupnya," balas Justin. "Tapi kan yang ulang tahun aku, masa tiupnya berdua sih," kata Tamara. "Sudah, jangan ribut terus. Ayo kita sarapan dulu, kan kalian udah mau berangkat sekolah," kata Romeo melerai pertengkaran yang terjadi di hadapannya. Mereka semua akhirnya mendudukkan dirinya di kursi ruang makan. Renata mengambilkan makanan untuk suaminya dan kedua anaknya. Setelah itu ia memberikan piring berisi makanan tersebut ke masing-masing pemiliknya. "Ayo dimakan," kata Renata. Mereka semua mulai memakan makanan tersebut dengan lahap sambil sesekali mengobrol. "Tamara, Papa ada kejutan loh buat kamu," kata Romeo. "Kejutan? Kejutan apa, Pa?" tanya Tamara. Romeo mengeluarkan sebuah kotak kado dari samping kursinya lalu ia memberikannya ke Tamara. Tamara menerima kotak tersebut dan merasa penasaran dengan isi dari kotak kado itu. "Pa, ini apa isinya?" tanya Tamara. "Buka aja, Tamara. Semoga suka ya," jawab Romeo. Tamara dengan semangat melepaskan tali yang mengikat kotak tersebut lalu ia merobek kertas kadonya. Saat kotak tersebut sudah terbuka mata Tamara langsung berbinar. ia melihat sebuah kalung yang terbuat dari emas putih yang memiliki gantungan berbentuk namanya Tamara. "Ini indah sekali, Pa," kata Tamara. "Papa kok papa enggak bilang sama aku kalau Tamara ulang tahun? Kan aku jadinya tidak menyiapkan kado untuk Tamara," kata Justin mendengus kesal. Justin sangat kesal. Ia merasa dirinya sebagai seorang kakak dari Tamara malah ia tidak mengetahui ulang tahun Tamara yang hanya berbeda beberapa hari dari ulang tahunnya. "Sudah, Justin. Kamu kan nanti bisa memberikan kado di lain waktu," kata Romeo. "Hmm, Tamara, nanti kamu kasih undangan untuk acara ulang tahun kamu ke teman kamu ya. Mama sudah menyiapkan pesta ulang tahun untuk kamu," kata Renata sambil memberikan beberapa undangan ke Tamara. Hati Tamara terasa menghangat dan air mata menetes tanpa permisi membasahi pipinya. Ia sangat senang saat ini mendapatkan keluarga yang begitu mengharapkan dirinya. "Loh kok nangis? Apa kamu tidak suka dengan acara pesta yang akan Papa dan Mama adakan untuk kamu?" tanya Romeo lembut sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi Tamara. "Aku senang Pa. Aku hanya tidak menyangka akan mengadakan pesta ulang tahunku, Pa," kata Tamara sambil tetap menangis. "Sudah, jangan nangis, Tamara. Nanti diliatin teman kamu gimana? Masa mata kamu sembab begitu," kata Justin. "Iya, Kak. Aku hanya senang aja, akhirnya ulang tahunku akan diadakan," balas Tamara. "Sini Kakak pasangkan kalungnya ke leher kamu," kata justin. Justin mengambil kalung tersebut dari dalam kotaknya lalu ia menyuruh Tamara membalikkan badannya. Justin mulai memasangkan kalung tersebut. "Sudah selesai. Sangat indah sekali saat berada di leher kamu," kata Justin. "Terima kasih, Kak," balas Tamara. Mereka semua melanjutkan makannya kembali. Setelah selesai makan, mereka beranjak dari kursi berjalan menuju mobil Romeo. Ya, kali ini Romeo dan Renata mengantarkan kedua anaknya ke sekolah dan entunya membuat Justin tersenyum senang. "Sudah siap?" tanya Romeo. "Sudah, Pa. Ayo jalan," balas Justin. Perlahan mobil yang dikendarai Romeo mulai melaju dengan kecepatan sedang menuju sekolahan Justin dan juga Tamara. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Renata tidak henti-hentinya membelai rambut panjang Tamara tapi hal tersebut sama sekali tidak membuat Justin iri, justru ia merasa senang melihat adik kecilnya disayang oleh mamanya. "Tamara, kamu kemarin sakit, ya? Kenapa hari ini tidak mau istirahat di rumah aja?" tanya Renata. "Enggak, Ma. Tamara enggak mau bolos, kan Tamara baru aja masuk sekolah," jawab Tamara. "Tapi nanti kalau merasa sakit lagi kasih tahu guru kamu ya," kata Renata. "Iya, Ma. Mama tenang aja, Tamara kuat kok," balas Tamara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN