4. Pra-Audisi

1987 Kata
Memang benar apa kata orang, jangan membuat keputusan ketika sedang marah, dan jangan membuat janji ketika sedang gembira. Rhea melakukan yang pertama, dan ia benar-benar menyesal karena telah terbawa emosi sehingga main ambil keputusan secara spontan. Setelah semalam ia merasa sangat marah dan kesal dengan yang namanya Gajendra Luki Paramartha, si chef yang angkuh bukan main itu, keesokan paginya Rhea justru termenung seperti orang ling-lung. What the hell happened last night? Apa yang dilakukannya? Kenapa bisa-bisanya semalam ia setuju untuk ikut kompetisi Cooking Master dan satu Indonesia tahu soal itu?! Berbeda dengan semalam dimana semangatnya menggebu-gebu karena ingin mematahkan omongan pedas Jendra soal Rhea yang tidak bisa masak dan hanya modal aji mumpung hingga toko kuenya jadj terkenal, sekarang Rhea justru ketar-ketir sendiri. Masa iya ia betulan harus ikut Cooking Master yang merupakan kompetisi memasak paling bergengsi di negara ini? Jelas-jelas untuk menjadi peserta di sana sama sekali tidak mudah. Audisinya saja terkenal sulit. Ditambah lagi, Rhea yakin kalau Jendra yang merupakan juri tetap dalam kompetisi itu hanya akan memandangnya sebelah mata. Kemungkinannya kecil sekali untuk Rhea bisa lolos menjadi peserta di sana. Tapi, berani-beraninya semalam ia justru menerima tantangan chef sombong itu! Rhea benar-benar stress rasanya. Ia sampai tidak berani membuka media sosialnya sendiri yang sejak malam masih terus ramai oleh notifikasi yang terus masuk. Rhea benar-benar takut untuk membaca apa saja yang dibicarakan oleh orang-orang tentangnya. Terutama yang menyangkut soal Jendra dan Cooking Master. Tapi percuma saja. Mau ia menghindari membuka ponsel, pada akhirnya ia tetap mendengar orang-orang membahas soal itu secara langsung. Di rumah memang masih aman karena Rhea tinggal bersama ibunya dan Aiko, putrinya yang masih berusia tujuh tahun. Mereka berdua tidak main media sosial sehingga tidak tahu apa yang heboh di internet semalam. Namun, begitu Rhea tiba di Aiko’s Cakery pagi ini…boom! “Kak Rhea, semangat ya ikut Cooking Master-nya!” “Kak Rhea jago masak jadi pasti bisa deh lolos!” “Ayo, Kak, jangan takut sama chef songong itu! Dia emang nyebelin banget tau! Saya aja nggak suka sama dia.” “Kita sebagai penggemar Aiko’s Cakery akan selalu mendukung Kak Rhea!” “Kak Rhea pasti bisa jadi pemenang Cooking Master!” Rhea semakin stressssss. Yang bilang begitu adalah para pembeli Aiko’s Cakery yang sudah ada di toko ketika Rhea datang. Mereka semua tahu soal keributan semalam, dan sudah jelas yang tahu soal itu ada jauh lebih banyak lagi. Rasanya seperti ada beban besar yang baru saja diletakkan di pundak Rhea, dan itu adalah ekspektasi orang-orang yang kini tahunya Rhea akan ikut kompetisi memasak itu guna memenuhi tantangan chef Jendra! “Kak, ya ampun! Aku sebel banget loh semalem beneran deh!” Rhea meringis karena ia ternyata tetap tidak bisa menghindar dari percakapan ini. Ketika ia tiba di ruang kerja pribadinya yang ada di Aiko’s Cakery, Dinda datang menghampiri. Perempuan itu nampak sangat kesal, dan alasannya sudah jelas apa. “Gila banget ya itu chef, mulutnya beneran nggak ada adab!” Sungut Dinda. “Aku termasuk salah satu yang ngehujat dia semalem, soalnya aku kesel banget karena dia ngomongin kakak dan Aiko’s Cakery cuma aji mumpung. Padahal, dia nggak tau aja gimana perjuangan Kak Rhea selama ini.” Jika Dinda mengajak Rhea mengobrol semalam, mungkin Rhea akan ikut memaki-maki karena masih emosi. Tapi sekarang, emosi Rhea telah mereda sehingga ia sudah bisa berpikir dengan lebih tenang. Dan setelah dipikir-pikir lagi, Rhea rasa seharusnya semalam ia tidak perlu meladeni chef gila itu. “Aku juga jadinya kesel sama Nerissa Dilarai. Padahal kita udah endorse dia loh, kok malah dia live terus bawa temennya yang malah ngejelek-jelekin produk kita. Kalau begini jadinya kita rugi banget!” Sungut Dinda lagi. “Yaudah lah, Din. Mau gimana lagi juga? Udah terlanjur,” kata Rhea pasrah. “Lagian, kita juga kan nggak bisa ngatur semua orang untuk suka sama produk kita.” “Duh, Kak, tapi tetep aja harusnya nggak sejahat itu. Emang Kakak nggak marah apa?” “Marah banget lah. Makanya semalem aku gegabah banget pake segala terima tantangan orang itu untuk ikut Cooking Master. Sekarang aku jadi nyesel sendiri.” Dinda mendekat dan bertanya panik, “Jadi gimana? Kakak nggak jadi ikut Cooking Master?” Rhea menggelengkan kepala. “Nggak tau.” “Ih, Kak, pokoknya harus jadi! Kalau Kakak nggak jadi ikut, yang ada dia makin kesenengan. Dia tuh terkenal banget suka nge-roasting produk makanan orang lain yang nggak sesuai selera dia. Amit-amit, aku nggak mau banget Kak Rhea sama Aiko’s Cakery jadi bahan roasting chef songong itu.” “Diemin aja kali ya? Semalem aku juga ngeiyain cuma karena emosi sesaat. Dipikir-pikir lagi sekarang, mana mungkin aku bisa lolos?” “Kakak jangan pesimis dulu dong! Aku udah cari tau nih mekanisme audisi untuk ikut Cooking Master, dan aku bakal bantu semua yang Kakak perlu untuk ikut itu nanti. Pokoknya, Kak Rhea jangan nyerah. Demi nama baik Aiko’s Cakery!” “Tapi, Din—“ “Percaya deh, Kakak pasti bisa! Yang dukung Kakak juga banyak. Emang Kakak nggak buka i********:?” Rhea hanya menggelengkan kepala. Ia rasa ia tidak akan berani membuka semua jenis media sosialnya hingga beberapa hari ke depan. “Harusnya Kakak buka i********: untuk liat sebanyak apa support yang Kakak dapat. Mereka semua nggak sabar mau liat Kakak di Cooking Master.” Lalu, dengan tab yang selalu setia berada di tangannya, Dinda menekan-nekan layar tab tersebut beberapa kali, kemudian nyengir dan menunjukkan isi layar pada Rhea. “Aku juga udah dapat syarat apa aja yang harus dipenuhi untuk daftar Cooking Master. Kita mulai persiapan hari ini gimana, Kak? Pendaftarannya tutup tiga hari lagi.” Rhea rasanya mual sekali dan semakin pening. Pada online poster yang ditunjukkan oleh Dinda padanya, ada wajah chef yang bernama Jendra itu. Dalam hati, Rhea mengutukinya. Gara-gara orang itu…masalah hidup Rhea jadi bertambah. Benar-benar bikin sial. *** Nerissa marah besar pada Jendra. Setelah Jendra merecoki live i********:-nya dua hari lalu dan sukses membuat internet ramai karena komentar pedasnya terhadap Aiko’s Cakery, Nerissa mengusir Jendra pergi dari apartemennya. Perempuan itu menganggap Jendra keterlaluan. Dan karena Jendra, Nerissa jadi merasa bersalah, sekaligus berhutang permintaan maaf pada Rhea Aretina yang katanya merupakan pemilik dari toko kue bernama Aiko’s Cakery itu. Padahal, Jendra tidak merasa bersalah-bersalah amat. Oke, mungkin memang komentarnya terlampau pedas. Tapi menurutnya, semua orang yang punya usaha makanan harus siap dengan kritikan, sebab tidak semua orang satu selera, dan tidak semua orang akan suka makanan yang mereka jual. Jendra sendiri berkomentar jujur, sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan tentang memasak yang dimilikinya. Toh, di luar sana juga banyak para food vlogger yang juga jujur dan tidak selalu memberikan komentar bagus terhadap makanan-makanan yang cicip. Bahkan, restoran Jendra juga pernah dapat komentar yang tidak bagus. Dibilang overprice lah, tidak sesuai ekspektasi, dan sebagainya. Terus, Jendra salah dimananya? Dia punya hak untuk bebas menyampaikan pendapat di ruang publik. Ini kan negara demokrasi. Tapi gara-gara kejadian malam itu, Nerissa jadi menolak untuk bicara dengan Jendra. Semua pesan yang Jendra kirimkan tidak ada yang dibalas, begitu pun dengan telepon-teleponnya. Kalau Nerissa sudah ngambek, sembuhnya memang susah. Paling cepat minggu depan baru Nerissa mau bicara dengan Jendra lagi. Namun, Jendra tidak terlalu ambil pusing soal itu. Meski sudah dua hari berlalu, Jendra masih ramai dibicarakan di media sosial. Baik itu di i********:, sampai Twitter. Para warganet seprtinya bersemangat sekali karena tantangan yang diberikan Jendra pada Rhea Aretina. Mereka juga kian semangat karena Rhea menerima tantangannya. Yah, memang sih tidak sedikit yang menghujat Jendra denga kata-kata kasar karena menganggapnya sebagai seseorang yang buruk. Tapi Jendra sama sekali tidak peduli. Sejak muncul di musim pertama Cooking Master dan terkenal sebagai chef yang galak dan tanpa ampun, Jendra sudah kenyang makan hujatan netizen. Saat ini Jendra sedang berada di gedung stasiun televisi yang memproduksi acara Cooking Master. Hari ini ada jadwal penilaian pra-audisi dari juri untuk para peserta. Sebelum audisi, memang mereka -mereka yang mendaftar masih harus disaring lagi. Dan yang menentukan apakah mereka akan lolos atau tidak ke tahap audisi nantinya adalah profil mereka, serta video perkenalan singkat serta unjuk skill yang memang harus dilampirkan pada saat mendaftar. Berhubung Jendra datang yang paling pertama dan masih harus menunggu juri yang lain, ia duduk diam di ruang tunggunya. Dan sejak beberapa menit lalu, Jendra tertawa sendiri membaca beberapa komentar para netizen soal dirinya, Rhea, dan Cooking Master. Gue sumpahin Kak Rhea bisa menang Cooking Master biar itu chef gila dapet karma! Chef Jendra kalau ternyata Rhea menang, bakal malu gak ya? Salah nantang orang soalnya wkwkwk Eh kalo Rhea Aretina beneran ikut Cooking Master, pasti bakal kena roasting habis-habisan sih sama chef Jendra. Kasian :( Rasanya kocak saja membaca pendapat mereka yang beragam. Jendra jadi tidak sabar sendiri untuk bertemu dengan perempuan bernama Rhea Aretina itu di kompetisi memasak Cooking Master. Yah, itu pun kalau memang Rhea betulan akan mendaftarkan diri. Bukannya bermaksud meremehkan, tapi sampai sekarang Jendra masih sangsi kalau perempuan itu memang jago masak, seperti yang dielu-elukan oleh netizen yang mendukungnya. “Dia beneran daftar, Jen.” Jendra mengalihkan perhatian dari ponselnya begitu mendengar seseorang yang baru menghampirinya bicara. Ia pun mendapati Dodit, yang merupakan produser dari acara Cooking Master, yang datang menghampirinya di ruang tunggu ini. Sebelah alis Jendra terangkat. “Siapa?” Tanyanya. “Itu, si Rhea Aretina, yang kemarin lo tantangin.” Jendra yang semula duduk bersandar dengan santai di kursinya pun jadi menegakkan tubuh, tertarik mendengar apa yang disampaikan oleh Dodit. “Seriusan lo?” Dodit mengangguk. “Data pendaftaran online-nya baru aja masuk semalam, jadi dia bakal masuk penilaian kalian untuk pra-audisi hari ini.” Dari senyum lebar yang terukir di bibir Dodit, Jendra tahu kalau pria itu senang dengan informasi yang dia sampaikan sendiri. Dan sama seperti Dodit, entah kenapa Jendra juga merasa senang dan bersemangat. He is so ready to mess with her. “Bisa nggak dia langsung dilolosin aja buat audisi tanpa perlu dinilai sama juri yang lain? Setelah kemarin rame, orang-orang udah nungguin dia untuk muncul di Cooking Master.” “Bisa.” Jendra menyahut cepat. “Lolosin aja. Gue juga mau liat dia di audisi nanti.” “Jadi gue udah dapat persetujuan dari lo nih ya selaku perwakilan dari juri?” Jendra mengacungkan ibu jari. “Mumpung yang lain juga belum pada dateng.” “Yah, tapi video perkenalan dan unjuk skill yang dia kirim buat pra-audisi ini juga bagus sih, Jen. Ada kemungkinan kalau kalian liat juga pasti bakal ngelolosin dia. Cuma gue jaga-jaga aja, makanya ngomong sama lo, takutnya lo juga ada dendam gimana gitu jadi lo nggak niat buat lolosin dia ke audisi.” “Enggak lah,” tukas Jendra. “Gue juga mau ketemu dia di audisi nanti. Pasti seru kan ya? Makanya lo sampe nemuin gue gini. Nyari bahan buat naikin rating.” Dodit hanya bisa terkekeh karena jalan pikirannya berhasil terbaca oleh Jendra. Sementara Jendra sendiri sudah tidak heran. Namanya juga orang-orang stasiun televisi, harus pintar memanfaatkan momen agar program mereka mendapatkan rating yang bagus. Dan harus diakui, ributnya Jendra dan Rhea tempo hari benar-benar jadi bahan yang pas untuk membuat acara Cooking Master musim terbaru nanti jadi lebih ramai dibicarakan dari biasanya. “Pokoknya deal ya, dia langsung dilolosin? Entar gue sounding juga deh ke juri yang lain, misal mereka nggak setuju.” Jendra mengangguk. “Oh ya satu lagi, Jen. Gue boleh minta tolong nggak?” Jendra kembali menaikkan alis curiga “Minta tolong apaan?” Sang produser cengengesan ketika ia menjawab, “Bisa nggak lo posting sesuatu menyangkut Rhea yang sekiranya bisa bikin rame lagi? Kan lumayan buat engagement Cooking Master musim ini.” “Yaelah.” Jendra tertawa. Ia mengibaskan tangan santai. “Gampang itu.” Santainya Jendra justru membuat Dodit geleng-geleng kepala. “Lo tuh emang suka keributan atau problematik sih sebenernya?” “Dua-duanya.” Lalu, Jendra kembali memusatkan perhatian pada layar ponselnya. Dengan senyum miring yang terpasang di bibir, ia pun melakukan apa yang diinstruksikan oleh Dodit tadi. Mengunggah sesuatu yang sekiranya bisa membuat khalayak kembali ramai membicarakannya, Rhea, dan juga Cooking Master.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN