Dengan telaten Jimin mengaduk s**u hamil rasa vanila dalam gelas. Tak ingin yang tumpah atau tercecer agar dirinya tak kena marah Naira. Sesaat netranya melirik Kaori yang melintas dan mengambil minuman dingin dari dalam kulkas yang bertengger manis jarak beberapa meter dari tempatnya berdiri. "Apa yang kau lakukan? Pagi-pagi minum-minuman seperti itu. Sudah minum susumu?" tanya Jimin dingin. Netranya masih tak bisa lepas pada minuman bersoda di tangan Kaori. "Kau menyuruhku minum s**u hamil, tapi apa kau ada niat membuatkannya juga? Aku juga istrimu, dan tengah mengandung anakmu!" Suara Kaori meninggi. Jimin menggeram. Rahang mengetat dengan napas memburu yang coba ia tahan. Tangan yang semula mengaduk s**u pun berhenti. Rasa ingin menjambak wanita pembohong itu jauh lebih besar ketimb