Part 42

1892 Kata

Bergandengan tangan menyusuri jalanan di kota Melbourne, Jimin dan Naira menatap lampu-lampu jalan yang berdampingan dengan etalase toko-toko yang menghiasi indahnya kota. Deru mobil yang melintas menjadi pengiring kesunyian malam pertama mereka di sana. "Jika suatu saat aku memindahkan kantor pusat kemari dan kita tinggal di sini apa kau setuju?" Jimin menoleh pada sosok Naira yang kini menatapnya. Wanita itu tersenyum. "Selama itu artinya aku tetap bersamamu, tak akan ada masalah." "Tentu saja." Jimin menarik hidung wanitanya. "Bagaimana mungkin aku pindah tanpa memboyongmu. Aku tak bisa hidup tanpamu, Naira." "Uh, so sweet ...," goda Naira merebahkan dirinya di lengan sang suami. Jimin melepaskan tautan jemarinya lalu merangkul istrinya dan mencium kening Naira sejenak. "Kalau saj

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN