"Itu ayahku. Kau mungkin pernah melihatnya di televisi." Zul bersedekap sambil tersenyum. "Ayah terobsesi dengan hotel. Tidak heran cabang usahanya tersebar di beberapa tempat, bahkan sampai ke luar kota. Rumah ini saja disulapnya menjadi penginapan karena kecintaannya itu." Dia tertawa kecil saat melihat foto ayahnya. "Kau sangat menyayanginya, ya?" "Hemm. Sangat. Aku tidak akan hidup jika bukan karenanya. Ayah melakukan segalanya untukku. Ayah adalah panutanku." Tersenyum, aku berkata, "Semua orangtua seperti itu." Yah, semua, kecuali kedua orangtuaku. ⁂⁂⁂ "Jadi, Bapak harap kalian mau bekerja sama." Aku menguap untuk yang kesekian kalinya mendengar ocehan si Doraemon. Persis seperti kata Ero, dia meminta kami menutup mulut. Dia berjanji akan memberi pesangon kepada keluarga Wulan.