Hukuman (bagian 7)

1491 Kata
"Ayo, semangat Aarumi, dikit lagi nih," gumam Aarumi. Buru-buru mengambil kertas selanjutnya. "Artikel lagi," gumam Aarumi. "Metode dalam Sosiologi." "—Sosiologi memiliki beberapa perspektif yang ada yaitu, perspektif evolusionis, interaksionisme simbolis, fungsional, dan konflik. Sosiologi juga dapat kita dekati dari sisi paradigmatik. Paradigma adalah unit konsensus terluas dalam suatu ilmu pengetahuan dan berfungsi untuk membedakan komunitas ilmiah dari komunitas ilmiah lainnya. Ia menggolongkan, mendefinisikan, dan menginterelasikan teladan-teladan, teori-teori, metode-metode, dan instrumen-instrumen yang terdapat di dalamnya—" "Oke, jadi ini intinya ...." Aarumi spontan memicingkan mata, berpikir keras. "Oke not bad. Lumayanlah ...." Aarumi tersenyum kecil, otaknya hari ini sangat berkerja keras. Setelah hukuman ini selesai, Aarumi berjanji akan memanjakan otaknya. "Sinopsis n****+ lagi," gumam Aarumi begitu mengambil kertas selanjutnya. "Judulnya Blues .... menarik," komen Aarumi sebelum mulai membaca. "Cerita di awali dengan adegan di rumah duka, Naila sedang hamil besar. Dia menangis di dalam kamar karena ibunya meninggal, menyusul ayahnya yang meninggal satu tahun yang lalu. Saat menangis tiba-tiba dadanya terasa sesak, dan perutnya mulas. Naila berteriak, kencang menarik perhatian semua pelayat, mereka berlari ke kamar Naila, mengira Naila kesurupan. Suami Naila—Abam, langsung membawa istrinya ke rumah sakit. Naira melahirkan di hari itu. Perasaan Naila campur aduk, sedih, senang secara bersamaan membuat dia bingung." "Perasaan itu terus ada sampai genap satu pekan, Naila kadang tiba-tiba bengong saat menggendong anaknya, merasa tidak terikat dengan bayinya sendiri, merasa sedih, cemas, gelisah, sulit tidur, mudah terbawa perasaan, mudah marah dan sulit fokus, beruntung Abam sebagai suami senantiasa menjaga Naila, meski dia pun sibuk sebagai pengusaha yang perusahaannya sedang meroket." "Untung suaminya pulang tepat waktu, kalo gak bisa meninggal anaknya gak dikasih ASI seharian," gumam Aaarumi gerget dengan si ibu yang bisa-bisanya mengabaikan anaknya. "Abam mengantar Naila ke rumah sakit, menemui psikolog dan harus menerima kenyataan kalo istrinya terkena baby bules, dia disarankan untuk menjaga jarak dengan anaknya untuk sementara waktu." "Oalah, ternyata baby blus bisa separah itu ya ...." Aarumi bergumam pelan, entah kenapa tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Aarumi memaksa untuk terus melanjutkan bacaannya. "Baby sister itu bernama Kamala, ia menjaga Zafar—anak Naila, dengan sangat baik. Kehadiran Kamala juga menjadi teman bagi Naila, dia memiliki orang untuk curhat dan bercerita. Naila dan Kamala menjadi sangat dekat dalam hitungan hari, mereka layaknya sahabat lama yang bertemu kembali. Ada banyak persamaan di antar mereka. Abam pikir semuanya telah membaik, tapi ternyata tidak." "Saat malam-malam, Naila bermimpi buruk, ia terbangun dan langsung berlari ke kamar anaknya, Naila memeluk erat anaknya, ia bermimpi anaknya di ambil orang lain. Anaknya menangis karena pelukan Naila yang terlalu kencang, Abam datang dan menenangkan Naila. Naila menangis saat meminta istrinya untuk kembali ke kamar, Naila tidak mau kembali ke kamarnya dan ingin tidur di kamar Zafra saja. Abam menuruti permintaan Naila, disaat sayup hendak tidur, Naila melihat bayang manusia dari balik jendela dan juga derap langkah kaki, Naila langsung berteriak histeris. Abam datang, dan di susul Kamala. Naila menceritakan apa yang dia liat, tapi saat Abam periksa, tidak ada siapa pun di sana. Kamala menawarkan diri untuk menemai Naila tidur di kamar Zafar. Abam memperbolehkan. Naila menjadi tenang karena keberadaan Kamala." Kepala Aarumi makin sakit. Aarumi menyakinkan dirinya untuk terus membaca ditengah dera kepalanya yang terasa sakit. Aarumi mengabaikan sekelibat bayangan aneh yang bermunculan di kepalanya. "Keesokan harinya, Naila kembali melihat orang yang menggenakan jaket hitam mengendap-endap masuk ke dalam kamar Zafar. Naila langsung berteriak histeris, Kamala datang dan langsung memeriksa, tidak ada siapa-siapa di sana. Kamala meminta Naila untuk istirahat. Kamala juga membuatkan teh cengkeh yang bisa membuat Naila tenang, Naila bingung dari mana Kamala tahu hal ini. Semakin hari, Naila semakin terus merasa ketakutan anaknya di culik, ia sampai pernah tanpa sengaja hampir membuat Zafar jatuh dari lantai dua." "Emang benar, Naila sebaiknya dimasukan ke rumah sakit jiwa," gumam Aarumi. " Naila memberontak saat hendak di bawah ke sana. Ia kekeh, ingin di sana untuk melindungi anaknya. Di rumah sakit, Naila di anggap seperti orang gila, karena terus berteriak mau pulang, Niala sangat mencemaskan kondisi anaknya. Di sana Naila bertemu Milda—orang waras yang di tuduh gila oleh mertuanya agar bisa mengambil hak asuh anaknya secara utuh. Di sana Milda menjelaskan pada Naila bahwa kalo dia sering berteriak semua orang akan benar-benar menganggapnya gila." "Abam berjanji untuk datang ke rumah sakit bersama Zafar untuk menjenguk Naila. Naila bahagia bukan main, dia berencana untuk mentraktir Milda. Tapi saat ia melewati ruangan staff perawat Naila mendengar percakapan bahwa mereka di suruh untuk tidak pernah menyatakan Naila sembuh dan menghalangi Abam untuk menjemput Naila. Dan mereka melakukan itu karena di suruh seseorang yang memiliki andil penting di rumah sakit itu." "Siapa kira-kira orang penting itu? " gumam Aarumi, rasa sakit di kepalanya perlahan mulai reda. "Naila mulai memikirkan semuanya dari awal, sejak awal ke datangannya di rumah sakit ini memang sudah direncanakan seseorang. Dan orang itulah yang membuat Naila seolah gila agar dia bisa mencelakai anaknya. Naila bertekad untuk menyelamatkan keluarganya. Naila mencoba menghubungi Abam tapi terlambat, Abam koma karena kecelakaan mobil. Dari keterangan polisi, mobil Abam mengalami kerusakan. Tapi Naila tahu benar seperti apa suaminya, dia selalu memperhatikan mobilnya jadi mustahil ada sesuatu yang rusak sedangkan Abam tidak tahu. Mobil Abam sengaja di rusak. Naila semakin yakin ada orang yang berusaha mencelakai keluarganya. Bersama Milda." "Apa jangan-jangan selama ini Naila gak pernah gila? Apa yang dia lihat itu benar?" Aarumi terdiam sejenak, kemudian kembali melanjutkan bacaannya. "Naila menyusun rencana, mereka berhasil kabur dari rumah sakit. Naila bertekad untuk mencari tahu siapa yang berusaha mengusik kebahagiaan keluarga kecilnya dan mengembalikan semuanya menjadi seperti semula. Mencari pelaku yang bersembunyi dalam bayang-bayang tidaklah mudah. Nyawa menjadi taruannya. Naila harus berjuang saat dirinya hampir di bunuh di dalam doom berisi air, hampir terjatuh dari gedung berlantai dua puluh saat melarikan diri, hampir terjerat dalam sendikat penjualan manusia, menjadi buronan polisi dan terancam mati karena memegang bukti kejahatan mafia." "Semua perjalanan itu, berhasil Naila lalui. Dan semua itu mengantrakan Naila pada. perjuangan sesungguhnya. Kehidupan kelam Naila, satu persatu terkuak. Naila menemukan fakta bahwa Kamala dan Abraham memiliki hubungan spesial. Naila menemukan fakta mengenai bayinya yang bukanlah bayinya, melainkan anak dari Kamala. Naila sulit mendapatkan anak meski hampir satu tahun menikah, mereka melaksanakan bayi tabung dan ternyata bukan sel telur milik Naila. Naila juga menemukan penyebab kematian ayahnya yang tidak lain karena dirinya. "Tunggu dulu! " Aarumi spontan membalikan kertas di hadapannya itu. "Apa-apaan ini! plot twis di dalam plot twis," gumam Aarumi pelan, mencoba kembali mencerna cerita itu. "Ternyata Naila mengalami depresi berat karena calon suaminya memilih meninggalkannya demi wanita lain. Kamala merupakan sahabat sekaligus sepupu dari Naila, dia dengan sabar merawat Naila. Kamala sudah menikah dengan Abam hampir dua tahun, Kamala juga punya satu anak pria yang dia bernama Zafar. Kehangatan keluarga kecil Kamala membuat Naila terobsesi untuk juga mendapatkan hal yang sama. Naila melakukan aksi nekad hendak menculik Zafar namun tanpa sengaja Zafar meninggal karena Naila sedang di fase depresi, ayah Naila mengetahui hal itu kaget melihat Zafar meninggal karena putrinya, kena serangan jantung. Naila makin depresi, Kamala tidak tega melihat sahabatnya seperti itu, psikolog menyarankan untuk menuruti kehendak Naila agar kejiwaan bisa membaik. Kamala meminta pada Abam untuk menikahi Naila. Abraham awalnya menolak, tapi akhirnya luluh dengan permintaan tulis Kamala. Mereka menikah, dan Kamala memilih untuk pindah di luar kota, Abam masih sering mendatangi Kamala karena mereka masih sama sama saling mencintai. " "Setelah menikah dengan Abam, kejiwaan Naila mulai membaik, semua kesedihan dan trauma terlupakan dalam kepalanya. Naila bahkan lupa akan Kamala dan Zafar. Namun setelah hampir setahun menikah, Naila tidak kunjung hamil, hal itu kembali membuat kondisi kejiwaan Naila mulai memburuk, maka Kamala meminta suaminya untuk melakukan program bayi tabung, tapi ternyata Naila mandul. Kamala dan Abraham menutupi hal ini, untuk menjaga Naila. Dan karena itu, program bayi tabung, menggunakan sel telur Kamala. Dan semua ketakutan yang Naila liat, itu merupakan ingatannya yang mulai kembali. Peristiwa saat ia menculik Zafar. " Aarumi menghela napas panjang. "Tidak hanya hidup yang kadang penuh misteri. n****+ pun juga! " Seharusnya Aarumi bahagia sekarang, tumpukan kertas di hadapannya sudah berakhir. Hukumannya telah selesai, dia hanya perlu menulis inti sari cerpen bersambung itu dan semua selesai. Namun, yang terjadi, Aarumi malah menangis. "Aarumi, waktunya saya datang.. " Sebuah suara berat namun nyaring, tiba-tiba menyapa pendengaran Aarumi. Aarumi terperanjat kaget. Kepalanya tiba-tiba kembali terasa sakit, jauh lebih sakit dari sebelumnya. "Suara itu ...." "Aarumi, kamu tidak bisa menghindar lagi ...." Suara itu kembali menyapa. Aarumi langsung berlari ke setiap lorong rak, mencari sang pemilik suara. Matanya tidak menemukan siapa pun. "Saya di sini Aarumi! " "Di mana kamu? Siapa kamu, kenapa setiap kali saya mendengar suaramu, kepala saya sakit! "teriak Aarumi menahan sakit yang makin tidak karuan pada kepalanya. "Aaarghh, sakit! " Aarumi spontan menjabak kepalanya yang tertutupi jilbab ... nyaris sehelain kain itu terlepas dari kepalanya. Aarumi mencoba melawan rasa sakit itu, ia berusaha berdiri, tapi matanya tiba-tiba seperti terpaksa di tutup, semua seketika gelap. Samar-samar Aarumi mendengar suara yang sama terdengar seperti berbisik di telinganya. "Selamat tidur Aarumi kecilku."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN