Episode 36 - Selimut Tumbang

520 Kata
Selimut Bunglon mengejar Indah dari atap bersisian dengannya. Begitu Indah turun, ia masuk ke dalam kerumunan pengejar. Ia hanya mengamati belum berniat menculik atau mencederai. Tapi ia berfirasat kalau ada yang salah. Pun, makhluk yang berkontrak dengannya juga mengisyaratkan sesuatu dengan geraman pendek. Begitu Selimut Bunglon melihat aksi Indah menghancurkan cermin dan gerobak dengan satu gerakan, segera tahulah ia kalau rencana Baron akan gagal. Ia bisa memilih untuk langsung melenyapkan Indah atau kembali pada Baron. Ia memilih kembali. Firasatnya tak enak. Sama seperti saat keluarganya pertama kali terbunuh dan ia diselamatkan oleh Baron. Sejarah masa lalu mungkin tidak akan menarik bagi karakter sampingan. Apalagi bila perannya hanya penculik. Tapi dalam cerita singkat yang hampir tamat, barangkali mengetahui beberapa hal yang tidak masuk fokus akan menarik... Mungkin. Kurang lebih, Selimut Bunglon memilih jalur yang sama dengan Indah. Ia memilih bekerjasama dengan makhluk dari seberang. Bedanya, Selimut Bunglon memilih untuk langsung mendapatkan kekuatan khusus: membelokkan cahaya. Kerjasama itu dimulai saat keluarganya dikejar oleh Buruh Timur yang marah karena obat untuk pekerjanya diumbar oleh ayah Selimut Bunglon. Ayah dan bundanya mati karena keduanya bersembunyi di bawah pohon di malam hari dengan baju berwarna putih. "Itu mereka!" Terbacoknya dua orang tua itu memanggil takdir baru baginya. Ia adalah perempuan terpilih. Eksentrisme dan makhluk dunia seberang memanggilnya bersamaan. Tapi hanya satu yang bisa bernaung menggantikan persepsinya melihat dunia. Selimut Bunglon memilih dunia seberang. Tirai gaib lebih mencerahkan baginya. Ia pun mendapatkan keluarga ganti yang lebih setia. Makhluk itu bisa muncul ke dunia nyata atas keinginan Selimut Bunglon dan bersedia menghabisi siapapun yang mengancam kontraktornya. Selimut Bunglon tak menyangka kalau kilas masa lalu itu menghampirinya saat ia berlari menuju gudang polda. Yang ia tidak sangka adalah kedatangan tapak yang datang dari sudut mati. Ia terhempas, tentu saja dan menabrak ban-ban yang digunakan untuk latihan perwira di gedung. Ia tidak bisa bangun, kepalanya pusing seperti dihantam truk bermuatan 1 ton. Tidak ada benjol, tidak ada luka luar padahal. "Bunglon..." Anjing dari dunia seberang menghalangi Selimut dan Sana. Anjing hitam itu menggeram. Warna tubuhnya sesekali berubah transparan memperlihatkan jeroan tubuh yang juga berdenyut penuh kehidupan. Bunglon menerjang. Sana tidak menghindar dan membiarkan lengan kirinya digigit. Darah merembes dari kulit lengannya. "Diam!" teriak Sana sambil membekap congor anjing besar itu. Getaran tangannya membuat bulu-bulu anjing hitam itu merontok perlahan. Dengkingnya terdengar menyayat hati. Jangan lupa juga bila suara Sana mampu beresonansi. Fisik telinga anjing menambah kuat derita yang dirasakan Bunglon. "Aku tidak akan menyakiti majikanmu. Aku hanya butuh informasi." Selimut Bunglon tahu kalimat itu klise. Seringkali digunakan b******n-b******n pemilik kekuatan. Tapi ia khawatir pada Bunglon. "Seli, jangan mau mengikuti cara mainnya!" suara Bunglon bergema di kepalanya. "Tapi kalau aku tidak mengikuti cara mainnya, dia akan membunuh kita. Aku tidak mau kehilangan segalanya. Kita sudah sampai di kehidupan yang baik sekarang." "Lebih baik mati berkubang tanah daripada hidup diinjak. Bukankah itu kontrakmu denganku!" Seli setuju. Tapi ia tidak punya pilihan, maka yang terbaik yang ia lakukan adalah menunjuk ke arah Indah di luar sana. "Orang yang kau cari ada di luar gedung. Hendak menuju ke sini." Dan sebelum Sana bertanya lebih lanjut, Selimut Bunglon menghantamkan kepalanya ke dinding sampai pingsan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN