Episode 33 - Komando

569 Kata
Sana yang melihat macet mulai gelisah. Apalagi dua blok dari lokasinya adalah tempat dijatuhkannya Lukman. Ia juga gelisah karena Lukman dilukai. Setelah ini semua ia berjanji untuk minta maaf pada Lukman. Si Wakil mengangkat ponsel. Ia berulang kali mengangguk dan berkata "Baik," pada suara di ponsel tersebut. Setelah selesai, si Wakil menyarankan "Sana, lebih baik kita keluar dari mobil dan berlari ke Polda. Intel kita mengatakan Raga terancam." Sana jelas panik. Ia bersegera membuka pintu"Terancam seperti apa?" Nada suaranya meninggi. Sampai-sampai mobil yang ada di belakang seperti bergoyang terkena efek resonansi. "Jangan bersuara tinggi, kasihan warga kota dan teman-teman kita," balas si wakil sambil mengorek kupingnya yang berdenging. Sana tidak minta maaf. Ia naik ke kap mobil dan meloncat ke dinding gedung tinggi. Dinding gedung itu beriak seperti air, tidak retak. Sana menggenggam getaran yang bergerak lembut menyusuri dinding gedung. Bersama dengan gelombang itu, tubuhnya terlontar ke udara. Semua ini terjadi dalam hitungan kurang dari sedetik. Si Wakil selalu mengagumi bagaimana Sana bisa bergerak selayaknya berselancar menggunakan riak hasil geraknya. Kadang pula ia iri dengan Eksentrisme Sana. Tapi berkhianat atau selingkuh dengan kubu lain bukanlah sesuatu yang terpikirkan olehnya. Ponselnya kembali berdering. Si Wakil mengangkat sambil memandang ke arah kepergian Sana. "Ya. Tuan Baron. Sana sudah pergi ke polda." Kecuali bila memang ia sudah terhipnotis atau terkena ilusi. "Betul. Aku sudah minta tim Jas Merah untuk menyisir lokasi belakang. Terima kasih atas informasimu terkait penyergap berbahaya di sekeliling polda." Begitu pembicaran itu masih berlangsung, para pemuda berjas merah keluar dari mobil mereka dan berlari menuju lokasi yang sudah diperintahkan oleh si Wakil. Hanya dengan telunjuk dan gerakan kepala, para pemuda sudah tahu kemana mereka hendak pergi. Bila Sana adalah tinju dan tendang, maka si Wakil adalah kepala dan otak. Yang mengatur strategi anggota adalah si Wakil. Kenapa namanya si Wakil adalah karena ia memilih untuk mewakilkan kendali pada orang-orang lain. Yang setuju untuk bekerja sama dengannya bisa mengetahui informasi yang ingin diberikan oleh si Wakil. "Kau ingin mereka melenyapkan penyusup baru. Tentu," si Wakil lantas menunjuk sebuah lokasi dan membuat beberapa pemuda Jas Merah serentak mengubah jalur lari mereka. Warga yang bingung dengan segala keramaian tiba-tiba ini tiba-tiba kembali ditenangkan oleh sekelompok pemuda Jas Merah yang membawa kamera dan papan bertuliskan 'syuting film aksi. Mohon tetap di tempat. Semoga hari anda tetap indah dan penuh rezeki.' Di belakang sana, Lukman berhasil mengumpulkan rekan-rekan dari Polseknya yang tertarik. Semua datang mengenakan baju bebas tapi perut mereka tampak menyembul senpi tersembunyi. Lukman melihat para pemuda berjas merah rikuh berlari. 'Mereka akan membunuh Sana.' adalah yang terbaca di atas kepala mereka. Salah satu polisi menunjuk pemuda-pemuda yang sedang berlari "Hoi, Man, kita uber mereka?" Lukman melihat kalimat di atas kepala rekannya. 'Dia akan mati loh.' Sungguh, Lukman lelah menyadari apapun yang ia lakukan akan membawa bahaya bagi siapapun. Ia berpikir menjadi kapolsek pasti lebih pusing. "Kita akan kejar," putus Lukman. "Jangan keluarkan senjatamu sampai kuminta," tambahnya yang mulai berlari mengejar para pemuda berjas merah. "Lagakmu kayak komandan saja, bro." "Kumohon, dengarkan saja." Para polisi itu akhirnya diam dan mengejar Lukman. Lukman di mata mereka biasanya hanya penurut dan kadang lemah tapi sekarang mereka melihatnya sebagai pria yang bisa diikuti. "Ikut Diklat Komandan lah, bro. Selesai nanti aku mau ikut di bawahmu," seru satu polisi. Lukman hanya tersenyum pedih saja mendengarnya. Ia sudah membaca apa yang akan terjadi padanya. Tapi Lukman bersumpah, ia akan mencegah semuanya... bila perlu hanya dirinya yang menjadi korban.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN