Episode 12- Gema

581 Kata
ndah sebenarnya ragu apakah rencana ini bodoh atau baik. Ia yang tidak menduga kalau Raga adalah biang kekacauan telah terseret masuk dalam pusaran misinformasi. Menghadapi Sana Mafia, Matriark Jas Merah, dalam pertarungan fisik adalah sebuah kebodohan. "Jangan kabur, Jalang!" jerit Sana sambil menghantam tanah yang bergetar selayaknya air tenang yang dilempar batu. Tanah bergelombang pelan lalu rengkah membentuk pelat tanah yang mencuat tinggi menghalangi pandangan. Indah berhasil menghindar dan lari ke atap gudang. Bedil-bedil diarahkan pada Indah tapi dengan satu teriakan "Jangan ganggu!" dari Sana maka semuanya berganti mengangkat ponsel untuk merekam pertarungan. "Kenapa tidak melawanku seperti sebelumnya?!" teriak Sana lagi dengan air mata bercucuran saat tak berhasil menemukan Indah yang bersembunyi di balik atap. Bila Indah berhasil selamat pada jumpa pertama. Maka yang kedua mungkin keberuntungannya habis. Tapi ia bersama Tuyul, sang bocah, yang bersedia menjadi senjatanya... dan temannya. Sebuah kontrak yang tidak umum terjadi bagi rakyat Rajakarta yang terbiasa dengan dunia atas; dunia normal dan dunia bawah; dunia para eksentrik serupa para penyihir bila tidak pesulap atau manusia super. Dunia edan. Tapi sang bocah berbeda. Ia bukan bagian dari dunia tersebut. "Aku tidak mau melawan dia." Ucapan bocah itu adalah perkara besar bagi Indah. Penghuni dunia bawah adalah individu terpilih yang memilih jalur hidup dan menggapai kekuatan dengan modal diri sendiri. Sementara Indah hanyalah perempuan cacat wajah yang bergantung pada sekitarnya – pada sang bocah ataupun pada suaminya ataupun pada ideologinya. "Pilihanmu untuk melawan non mucikari atau non hidung belang adalah kesalahan. Bukan kontrak kita," ujarnya yang seakan mulai terlihat melentur seperti asap. "Berarti kau tidak mengingat kontraknya," bisik Indah sambil mengintip situasi. Sang bocah meliuk. Kaki berubah menjadi tangan dan sebaliknya tangan menjadi kaki. "Kami tak pernah salah!" "Ada yang pertama. Kesalahan kalian adalah kesombongan menyatakan diri yang terbaik," ujar Indah dengan seringai indah. Indah lantas mengayunkan bocah itu. Belakang kepala bocah beradu dengan tinju Sana. Gelombang kejut terjadi tapi sang bocah justru hanya menyeringai lalu memutar kepalanya menengok pada Sana. Sana terkejut karena tidak menyangka tinjunya berefek nihil. Di lain sisi, Indah yang merasakan gelombang kejut itu di tangannya. Ia bisa merasakan adanya ular besar yang merayap dan merobek seisi lengannya dari dalam. Seperti kerak di panci, ia melihat darah mulai merembes dari kulitnya. Resonansi dapat membunuh. Sama seperti gosip atau rumor yang dapat membuat gelombang besar. Indah menggerutu kesal menyesali keputusannya untuk menyelamatkan Raga. Indah mengira bisa mengulang kenangan saat dirinya diselamatkan oleh Lukman. "Majikan bodoh, jangan hancurkan jalur darahmu. Kau masih harus hidup!" seru sang bocah yang wajahnya mulai melegam. Sana menyiapkan tinju kedua. Kepala si bocah terputar ke belakang. Ia membuka mulut. Gigi tersebut siap menyambut tinju. Gigi dan tinju adalah sepasang s*****a manusia yang utama dipakai dalam berburu. Walau taring manusia bukanlah yang tertajam tetap saja ia bisa diadu keras dengan tulang paha. Tapi bagaimana dengan taring dari makhluk yang tidak mengikuti aturan fisik dunia manusia? Gigi itu mampu mencengkram tinju Sana. Begitu resonansi bergema, cengkraman gigi tak luput dari fenomena. Hampir saja terlepas. Tapi memang makhluk yang disebut Tuyul adalah misterius; gigi yang hampir terlepas itu membesar dan menancap dalam di tinju Sana. Sana terkejut dan mengayunkan tinjunya dengan kencang. Indah bersama bocah terlempar ke laut. Bunyi debur air terdengar keras di malam hari. Lukman yang sedari tadi menonton hanya bisa terbelalak dengan mulut terbuka. Pemandangan ini bukanlah sesuatu yang bisa dicernanya. Ia menatap tak berkedip pada Sana yang sedang terengah selayaknya predator kelaparan. Sialnya, mata sang predator sekarang menatapnya. "Oh, mereka meninggalkan satu Kentang di sini," komentar Sana dengan seringai panjang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN