Luna terperangah kaget. Nenek Murti dengan tatapan mata yang tajam membuat Luna tak mampu berkata apa-apa. Bahkan mau bicara pun terasa gugup, aliran darah meningkat sehingga sekujur badan terasa panas. "Luna ngapain kamu di sana? Dari tadi kamu ngintip kita ya," kata Kirana. "Eng ... eng ... enggak kok. Sumpah, itu nenek kok bisa naikin punggung Chandra, kasihan juga, kan?" Sahut Luna. Tatapan nenek Murti semakin tajam. Siapapun tak bisa melawan ketegasan meski anaknya sendiri. Luna yang tampak gemetar akan tatapan tajam bagai sebilah pedang itu merasakan otot lututnya melemas, badannya gemetar lalu dia terkapar pingsan. "Luna ... !" Teriak Chandra. Bergegas menolong Luna dan menggendong badannya. Dia memindahkannya ke kamar tidur untuk beristirahat. Dengan terburu-buru Chandra meny