Happy reading...
____
Hailey berjalan cantik dengan kaki jenjangnya menyusuri lorong gelap yang sedikit di terangi lampu obor.
Tak lama langkah kakinya berhenti.
"Apa kau sedang bersembunyi sekarang?" Ucap Hailey hingga suara dia menggema.
Terdengar suara kepakan sayap terbang merendah. Seorang wanita berjalan dari arah kegelapan mendekati Hailey.
"Sudah cukup waktu tidurmu sekarang waktunya bertugas" ucapnya lagi.
Wanita di depan Hailey mendesis seperti ular dan akan menyerang Hailey. Gadis itu mendesah kecewa ternyata wanita yang akan dia ajak kerja sama belum siap. Sia-sia dia datang jika akhirnya seperti ini.
"Lebih baik kau tidur lagi sana" Hailey mengibaskan tangan dan wanita di depannya tadi menghilang.
"Mengecewakan. Sudah hampir seratus tahun juga masih belum bisa stabil. Vampir macam apa kau ini" Gumamnya.
Hailey merubah dirinya menjadi kalelawar kecil untuk menyusup ke tempat Elias. Lelaki itu tidak sedang di rumah ini kesempatan bagi Hailey untuk mengobrak abrik isi rumah Elias.
Namun nihil. Lelaki itu sangat pandai menyembunyikan sesuatu. Hailey mencoba mencari ruang rahasia tapi juga tidak ada. Pasti ada di tempat lain. Sialan! Elias b******n itu sebenarnya punya berapa markas?
Hailey menoleh ke sudut atas ruangan. Cctv? Hailey tersenyum sinis rupanya punya kondisi tidak terlihat lumayan berguna juga. Dia menoleh ke pintu saat terdengar suara langkah kaki. Itu pasti Elias. Hailey berubah menjadi kelelawar kecil dan bersembunyi di antara hiasan dinding.
"Kenapa tidak kau bunuh saja dia tadi?" ucap Sam. Elias berjalan di depan lelaki itu.
"Mati terlalu mudah baginya. Aku lebih suka menyiksanya hingga dia mati perlahan" Elias membakar cerutunya sebelum menghisap asapnya dan dia keluarkan ke udara.
"Apa kau sedang berhubungan dengan jessica?" Tanya Elias.
Sam duduk di sofa
"Kenapa tiba-tiba pertanyaanmu jadi begini?"
"Wanita itu menudingku telah menyembunyikanmu, konyol" sekali lagi Elias menyesap cerutu di antara bibirnya.
"Aku akan keluar. Dari pagi denganmu terus rasanya bosan lebih baik aku cari wanita cantik di luar sana" Celetuk Sam. Saat dia berbalik sebuah majalah menghantam kepala Sam.
"El--!"
Elias mengacungkan jari telunjuknya "Satu kata 'bosan' terucap dari bibirmu lagi maka jangan salahkan aku jika kau tidak bisa berbicara lagi"
Samuel menggeram kesal tapi tidak berani menantang Elias. Lelaki itu begitu mengerikan jika terus di tanggapi.
Bersamaan dengan keluarnya Samuel seorang wanita juga datang. Elias meletakkan cerutunya di asbak.
"Aku tidak memanggilmu jadi kenapa kau datang?"
"Apa perlu aku ijin untuk datang kemari. Kau tunanganku Elias dan sebentar lagi kita akan menikah. Kau tidak bisa menolaknya"
"Aku tidak pernah menganggapmu sebagai tunanganku, Shannon, this own business" ucap Elias.
Sedangkan Hailey rasanya ingin muntah melihat Elias dan wanita bernama Shannon itu. Barusan Elias tidak mengakui tunangannya tapi sekarang malah saling mencumbu. Dasar lelaki mata keranjang.
Tapi Hailey justru tersenyum penuh arti. Rasanya dia ingin memberikan pelajaran bagi Elias. Lihat saja nanti.
Shannon melepaskan satu persatu kancing kemeja Elias sedangkan tangan Elias masih menangkup wajah Shannon dan mencium bibirnya.
Namun kegiatan mereka berhenti saat Hailey muncul dari arah kamar Elias hanya dengan memakai bathrobe mandi.
"Astaga jadi ini yang kau lakukan di belakangku!" Seru Hailey. Elias dan Shannon menoleh ke arahnya.
Elias mengerutkan dahi bingung.
Hailey berjalan mendekat dan menampar wajah Elias. Shannon terkejut lalu beranjak dari pangkuan Elias dan mendorong Hailey. Hailey berpura-pura jatuh dan meringis kesakitan.
Shannon menatap Elias
"Elias siapa dia! Kau menyimpan berapa banyak wanita ha! Aku ini tunanganmu!"
Elias dengan santai nya hanya mengangkat sebelah alisnya.
Namun kemudian
Plakkk...
"Ini untuk wanita jalang sepertimu. Beraninya mengganggu tunanganku" Shannon mengangkat tangan untuk memukul Hailey lagi. Namun di cekal oleh Elias, lelaki itu membantu Hailey berdiri.
Hailey menangis dengan air mata palsu.
"Jadi dia tunanganmu? Kenapa kau tidak bilang dari awal" ucapnya.
Shannon naik darah. Dia menarik Hailey dari dekapan Elias dan memukulnya sekali lagi tapi Elias tidak tinggal diam.
"Hentikan! Shannon kau tidak bisa mengendalikan keinginku. Kau hanya tunanganku tapi dia sekarang yang akan jadi wanitaku" Sambil mencengkeram tangan Shannon.
Tangan Shannon yang kosong menampar wajah Elias.
"Kau membelanya?"
Hailey tersenyum kemenangan. Tapi senyumnya menghilang saat Elias tiba-tiba menciumnya di bibir.
"Iya. Aku membelanya. Apa kau puas?" ucap Elias kemudian.
Shannon meraih tasnya dengan kesal.
"Aku tidak akan tinggal diam tentang hal ini" Lalu berjalan menjauh.
Hailey menyentuh bibirnya. Dia harus mencuci bersih bibirnya kalau perlu dengan sabun, Hailey tidak suka. Elias baru saja mencium wanita jalang itu. Ini menjijikkan.
Sebelum Hailey memprotes dia menunggu Shannon benar-benar keluar dulu atau actingnya ketahuan. Tapi kemudian..
Dooorrr...
Elias menatap Shannon yang memegang sebuah pistol.
"Wanita yang merebutmu dariku pantas untuk mati" Shannon langsung keluar.
Elias tidak mengejar, dia lebih memilih membawa Hailey duduk di sofa dan melepaskan bathrobe yang Hailey pakai, ternyata gadis itu memakai pakaian lagi di dalamnya.
Hailey menyentuh bagian bahunya yang berdarah.
Elias berlari mengambil kotak obat. Hailey mengerutkan dahinya saat lelaki itu kembali
"Untuk apa?"
"Untuk mengobatimu bodoh" maki Elias.
Hailey tertawa keras.
"Kau yang bodoh. Ini hanya luka kecil" Hailey merobek lengan bajunya memperlihatkan langsung di depan Elias jika lukanya yang sembuh sendiri lalu mengeluarkan peluru kecil.
Elias membanting kotak obat ke lantai lalu mendorong Hailey
"Kau sedang mempermainkanku ya?"
"Sedikit" Hailey mengedikkan bahu "Tapi wanita tadi temperamennya sangat buruk"
"Karna kau sudah datang maka kau saja yang melanjutkan posisi Shannon" Elias mencium Hailey lagi. Hailey menghindar.
"Bukannya kau tadi datang tepat saat aku dan Shannon akan melakukannya kan? Jadi kau harus bertanggung jawab" Elias melanjutkan kegiatannya.
'Sialan. Dia pikir aku ini w************n' Hailey menendang s**********n Elias dengan lututnya.
"What the f**k!" maki Elias.
"Cari saja wanita lain. Aku tidak tertarik denganmu" Hailey mengibaskan rambutnya. Elias menyentuh bagian depan miliknya jangan sampai wanita vampir itu merusak masa depannya.
Hailey tertawa mengejek
"Rasakan itu"
"Sebenarnya kau ini masih perawan atau tidak? Tapi jika masih, sikapmu sangat keterlaluan"
Jari telunjuk Hailey menaikkan dagu Elias untuk menatapnya
"Aku tidak perawan jika itu yang kamu harapkan dariku. Meskipun tidak suci lagi aku tidak akan pernah tunduk di bawahmu" ucap Hailey dingin tanpa ekspresi.
"Kurang ajar. Lihat saja pembalasanku! Aku bersumpah kau yang akan memintaku nantinya"
Sekali lagi dengan angkuhnya Hailey memainkan ujung rambutnya
"Lakukan saja. Aku tidak peduli itupun jika kau bisa melakukannya" ucap dia dengan nada mengejek.
"s**t!"
-------
Elias duduk sambil memegang sebuah tab di tangannya memperhatikan sebuah titik merah yang selalu berpindah tempat. Lokasinya tidak ada yang jelas karena titik merah itu berpindah dengan begitu cepat.
Tiga jam lalu Hailey sudah membuatnya malu. Bagi Elias hal itu tidak bisa di anggap main-main.
Tanpa Hailey sadari, Elias memasang sebuah gps di lehernya dengan bentuk yang begitu kecil.
Kemudian titik merah itu berhenti lama di satu tempat. Elias memperbesar lokasinya, dia tersenyum lalu segera menuju ke lokasi yang sama.
"Kau mau kemana?"
"Balas dendam" Sahut Elias sambil melewati Sam begitu saja.
Sam mengedikkan bahu masa bodoh.
"Jessica tidak biasanya kau yang mengajak kami duluan ke klub?" Ujar Gabriel.
Jessica mengedipkan mata "Aku punya pertunjukan besar" ucapnya sambil mengeluarkan sebungkus obat.
Gabriel melotot
"Untuk apa?"
Jessica menunjuk salah satu orang yang duduk jauh darinya.
"Dia selalu membuliku hari ini kesempatan baik untuk mengerjainya"
Gabriel menggelengkan kepala saat Jessica mencampur obat ke dalam gelas wine.
Tak lama Hailey datang saat Jessica sudah selesai. Tapi tiba-tiba perasaan tidak enak pada perutnya.
"Aku tinggal sebentar, sepertinya ada panggilan alam" pamit Jessica.
"Anak itu memang ada-ada saja" gumam gabriel. Namun saat dia menatap ke arah Hailey gelas yang di campurkan dengan obat oleh Jessica tadi untuk mengerjai salah satu teman sekolahnya justru sudah habis di teguk Hailey.
"Kenapa kau meminumnya?" Gabriel merampas gelas di tangan Hailey tapi terlambat, gadis ini sudah meminumnya habis.
"Memang kenapa. Ini milik Jessica kan?"
Gabriel menepuk dahinya dan menyuruh bartender mengisi lagi. Jangan sampai Jessica tau jika obat yang sudah dia masukkan di minum oleh Hailey.
"Bisa gak sih kamu itu kalau mau minum pesan sendiri bukan main ambil punya orang?"
Hailey tersenyum kaku tanpa dosa
"Jessica saja tidak marah kenapa kau mengomeliku?"
"Maaf aku tiba-tiba sakit perut" Jessica datang lagi tapi matanya meliat ke arah pintu masuk.
"Gawat!" Gumamnya tanpa sadar.
Gabriel menoleh ke arah yang sama.
"Mereka tidak boleh bertemu atau club ini akan kacau" batin Jessica, dia tau hubungan Hailey dan Elias tidak baik.
"Oh dia sepupumu ya?" Celetuk Gabriel "sekalian saja ajak dia bergabung"
"Tidak boleh" Pekik Jessica tanpa sadar. "Maksudku lebih baik kita tidak mengundangnya. Ini kan pertemuan kita bertiga" dalih dia.
Hailey diam saja tidak menanggapi.
"Loh kamu mau kemana?" Ucap Jessica.
"Ada hal yang harus ku selesaikan"
"Aku akan ikut dengan Hailey" Gabriel menyusul Hailey tapi Jessica menahannya.
"Kamu tetap disini menyaksikan rencanaku berhasil mengerjai dia" sambil menunjuk targetnya.
Gabriel memijit kening dia
'Jessica tidak tau jika airnya telah di minum Hailey'
Gabriel lebih memilih membiarkan Hailey pergi sendiri.
"Tapi tunggu dulu bukannya tadi aku melihat kedatangan Elias tapi kemana dia pergi?" Jessica celingukan. Gabriel memutar bola matanya tak peduli.
Kedua telapak tangan Hailey berkeringat, tubuhnya juga bergetar. Perasaannya sama sekali tidak nyaman.
"Kenapa ini?"
Hailey membuka pintu mobilnya tapi tubuhnya tak bisa menahan dia untuk tetap berdiri. Hailey nyaris jatuh jika seseorang tidak sigap menangkap tubuhnya.
"Ternyata kau juga bisa terlihat bodoh ya"
Hailey tidak bisa melihat dengan jelas. Tapi suaranya tidak asing, terdengar seperti milik Elias. Tapi kenapa terdengar begitu sexy.
Sambil tersenyum tidak jelas Hailey mengusap rahang Elias.
"Sepertinya aku sudah gila. Kenapa pria menyebalkan di depanku ini terlihat begitu menggoda" gumam Hailey.
Elias mengangkat tubuh lemas Hailey ala karung beras. Jika keadaan normal pasti Hailey sudah pasti menghajarnya.
"Wihh aku terbalik" Racau Hailey.
Elias melemparkan Hailey ke dalam mobil. Sempat menatap Hailey sejenak.
Gadis itu terlihat kepanasan. Elias tau sepertinya seseorang sudah memberikan sesuatu padanya.
Elias membawa Hailey ke penthouse wanita itu. Elias memang ingin memberi pelajaran pada Hailey tapi jika kondisi seperti ini sama saja bohong. Hailey tidak sadar dan itu tidak mengasikkan.
Kunci cadangan rumah Hailey masih Elias simpan kini lelaki itu melemparkan bukan membaringkan seperti cerita pria baik hati dalam film ke atas tempat tidur.
"Kau lebih menyebalkan ketika tidak waras" ujar Elias dengan kesal.
"Tapi aku bukan pria yang akan menyianyiakan kesempatan" tatapan Elias berubah seperti singa kelaparan.
Tapi Elias di buat terkejut saat Hailey memeluknya, oh bukan. Menggigitnya.
Gadis ini menggigitnya!
Elias segera mendorong Hailey hingga jatuh terlentang.
_______
To be continue
Jangan lupa bahagia