“Fia. Kita perbaiki semuanya dari awal lagi, ya. Sumpah aku enggak bisa hidup kalau enggak ada kamu di samping aku.”
“What! It’s bullshit, Kiral! Kamu kira aku sebodoh itu? Sumpah, ya aku enggak nyangka kamu bisa ngelakuin ini semua sama aku. Setelah semua yang udah aku lakuin sama kamu dan ternyata semua itu enggak ada apa-apanya di mata kamu.”
“Fia, please aku enggak mau berantem. Cukup ya, Sayang. Aku memulai semuanya dari awal lagi, dan aku mau perbaikin semuanya, aku enggak mau ada salah paham lagi di antara kita.”
“Enggak semudah itu Kiral. Ini bukan saat aku jatuh cinta sama kamu, jangan kamu samakan dengan maafin kesalahan kamu yang ini. Bukannya sebelum kita melaksanakan pernikahan aku udah sering bahas sama kamu. Kalau enggak ada lagi yang namanya perselingkuhan setelah kita melaksanakan pernikahan,” ujar Nafia, “Kiral pernikahan dan juga masa penjajakan pacaran itu sangat berbeda. Aku enggak akan semarah ini kalau kamu melakukan perselingkuhan itu saat kita masih pacaran. Mungkin aku masih bisa maafin. Gak juga akan tinggalkan kamu. Tapi ini terjadi setelah kita menikah dan memiliki anak.”
“Aku tahu semua yang ada di tubuh aku udah berubah enggak seperti dulu lagi. Tapi itu semua bentuk pengorbanan aku juga rasa cintaku sama kamu. Aku rela semua yang udah dijaga orang tuaku dulu berubah drastis. Kiral kamu kira gampang? Aku mengalami pergolakan mental batin saat aku menyadari semuanya tidak akan kembali seperti aku masih gadis dulu.”
Kali ini tangis Nafia benar-benar pecah. Ia seolah-olah benar-benar mengungkapkan isi hati yang sebenarnya kepada sang suami yang selama ini sangat dijunjung tinggi kehormatannya. Sebagai seorang istri Nafia selalu menyembunyikan apa pun bentuk masalah dalam rumah tangga mereka. Nafia tak pernah memburukkan Kiral di mana pun ia berada. Baginya Kiral adalah sosok pria yang harus dijaga kehormatannya juga harga dirinya.
Namun Nafia tak menyangka bahwa pengabdian sebagai seorang istri dan juga seorang ibu saja tidak cukup menjaga sosok Kiral. Pria yang sangat ia cintai. Ternyata ketika rasa jenuh mulai menghantui Kiral. Ia pun tergoda kepada sosok cantik, muda, pintar, dan terlihat jauh lebih sempurna dari pada Nafia. Sakit? Jangan ditanya lagi, wanita mana yang tidak akan sakit hati ketika sosok yang sangat ia cintai berpaling kepada wanita lain.
KirL ikut berdiri. Ia menatap dalam dua bola mata sang istri. Bulir-bulir air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya. Kiral tertunduk lemas lalu lihat terjatuh bersimpuh dikaki Nafia. Sebagai seorang istri yang sangat memahami betapa kehormatan sang suami adalah segalanya. Nafia dengan cepat menarik kakinya dan mencakup dari Kiral. Ini Nafia pun tak sanggup menahan air matanya.
“Demi Allah, Fia. Aku mohon maafin aku,” ujar Kiral lirih.
“Aku udah mutusin untuk ninggalin dia. Aku mohon, Fia. Balik lagi ke aku. Aku butuh kamu dan juga anak kita.”
“Kurang apa ‘sih aku? Aku tahu sekarang aku udah enggak bisa dibawa ke mana-mana seperti dulu. Aku udah enggak secantik mereka. Aku juga lusuh dan penampilanku jauh ketinggalan. Tapi banyak hal yang aku timbang untuk melakukan sesuatu. Aku enggak bisa suka-suka pakai uang kamu kayak dulu aku pakai uang aku sendiri.”
“Aku tahu kamu capek, aku juga paham kalau kamu tertekan bekerja seharian demi uangnya enggak seberapa. Kurela ngejauh dari orang-orang dari, sahabat, teman-teman, keluargaku, dan orang lain. Itu semua aku lakuin untuk menjaga kehormatan kamu.”
“Aku tahu dia cantik, wanita karir pula. Andai dulu aku enggak milih nikah muda mungkin saat ini aku juga kayak dia. Hubungan yang baik di hadapan Tuhan dan aku pengen hubungan kita benar-benar baik di hadapan Tuhan. Bukan untuk saat itu aja, tapi selamanya. Hhhhhh! Sakit.”
“Fia, aku enggak bisa mengulang masa lalu agak terjadi. Kita bisa, Fia, perbaiki semuanya berjalan menjalani hubungan yang baru.
Perdebatan itu berakhir dengan Kiral meninggalkan Nafia yang masih berdiri di ambang pintu kamar. Kiral keluar rumah dan duduk di teras dengan menatap kosong ke halaman yang tampak gelap. Yang ngambil sebatang kretek lalu menghidupkan korek api dan langsung membakar gulungan berwarna putih tersebut. Segala macam hal berkecamuk dalam kepalanya enggan untuk berhenti menghampirinya secara bersamaan. Kira masih terdiam di tempat duduknya nya dengan pikiran yang kini melambung jauh menembus cakrawala.
Kring!
Kring!
Baskara tampak menyinari bumi dan seisinya. Dahan dan ranting berjajar serupa jari-jari lentik. Nyanyian burung-burung yang berlalu lalang sekolah wah dunia baik-baik saja. Seperti tak ada masalah yang terjadi pada keluarga Kiral. Pria itu keluar dari rumahnya dan menaiki motor bebek kesayangannya lalu berlalu begitu saja.
Sekilas tampak biasa saja tak ada yang spesial. Bila di kulit lebih dalam ada sebuah kebiasaan yang sudah tak tampak dalam kurun waktu kurang lebih 1 minggu belakangan. Biasanya kepergian Kiral untuk bekerja selalu disertai dengan p********n hangat dari Nafia. Tak lupa juga senyuman manis wanita itu selalu menjadi penyemangat untuk suaminya dalam mencari rezeki. Akan tetapi kini Kiral harus berangkat kerja dengan kehampaan dikarenakan Nafia masih memilih tidur di kamarnya bersama sang buah hati.
Jujur aku tahu betul ini semua memanglah salahnya. Oleh karena itu tak mau menuntut Nafia untuk memaafkannya lebih dulu. Di tempat lain Faruk telah menyiapkan kan bingkisan kecil beserta sebuah amplop berisi berkas-berkas. Senyuman lebih tepatnya seringai tampak jelas di wajah pemuda itu, seolah ada pengharapan yang teramat dambakan.
“Sudah lama aku tidak melihat kamu. Aku berharap kamu masih mengingatku,” ujarnya seraya menatap jauh ke depan sana.
“Andai aja dulu aku lebih berani. Mungkin sekarang aku enggak perlu ngelakuin hal salah begini. Aku benar-benar tergila-gila padamu, Fia.”
“Aku tidak suka ngelakuin hal seperti ini. Tapi mau gimana lagi aku berharap bisa hidup sama kamu.”
Tatapan mata begitu jauh. Semua kisah lalu seolah tergambar kembali di hadapannya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan masa lalu di antara dia dan juga Nafia istri dari Kiral. Karena pada kenyataannya Nafia pun tak pernah tahu bahwa Faruk menaruh rasa padanya. Walaupun sebagai sahabat atau teman baik dari Faruk tak pernah menyangka bahwa sosok istrinya adalah wanita idaman dari sahabatnya.
Jelaskan kira tidak akan menyadari hal itu karena Faruk begitu pandai menyembunyikan perasaannya. Bahkan dia begitu terlihat manipulatif ketika dihadapkan kira. Faruk begitu pandai dalam mengolah peran dirinya agar ia terlihat tidak menyukai Nafia. Padahal kenyataannya iya adalah sosok orang yang sangat mengagumi Nafia luar dan dalam. Parutan yang mengagumi jasmani dari Nafia namun yang lebih membuat ia terpesona adalah kepribadian dari Nafia.
Bagi Faruk, Nafia adalah 3 wanita yang sempurna. Di mana Nafia mampu mencintai dan dicintai oleh keluarga besar Kiral. Nafia pun sanggup hidup apa adanya bersama kira hanya untuk menghormati suaminya. Padahal sebenarnya Nafia adalah Putri kesayangan dari kedua orang tuanya. Dan kebiasaan Nafia yang paling disukai oleh Faruk adalah wanita itu akan merajuk kepada kira apabila suaminya lupa mengirimkan uang untuk saudaranya di kampung. Baju baru sangat sulit mencari tipe perempuan seperti itu di zaman saat ini.
Ting!
Ting!