“Fia, kamu di sini? Abang enggak apa-apa kok, Fia. Cuman lecet-lecet dikit aja,” lirih Kiral berusaha menenangkan istrinya.
“Loh, ada kamu juga Far?” Kiral terlihat penasaran mengapa istrinya bisa bersama dengan Faruk.
“Eh, iya ‘nih, Ki. Tadi aku mau ke rumah kalian. Taunya Nafia malah bilang kamu di sini,” sahut Faruk menjelaskan kepada Kiral agar tidak menimbulkan kecurigaan dari temannya itu.
“Memangnya ada apa kamu mau ke rumah? Kenapa enggak hubungi aku dulu?”
“Tadi aku udah coba hubungin kamu tapi telepon kamu enggak aktif. Jadi aku langsung ke rumah kamu.”
Nafia meninggalkanku orang tersumbat putrinya menginginkan sesuatu yang tadi dilihatnya sebelum mereka menemui Kiral. Sedangkan di tempat lain Perin terlihat begitu cemas membaca pesan singkat dari Faruk. Wajah mulus dan cantiknya terlihat mengerut. Ia langsung bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang kerjanya, tanpa memberitahu pada siapa pun ke mana ia akan pergi.
Dengan tergesa-gesa perin memasuki mobilnya dan langsung meninggalkan lapangan parkir kantor miliknya. Di dalam mobil biarkan berulang kali mengecek ponselnya yang ia letakkan di dasbor mobil. Seperti tengah menunggu balasan pesan dari seseorang. Karena apa yang ia inginkan tak berkunjung tiba. Perempuan terlihat kesal lalu ia membanting gawai tersebut ke kursi di sebelahnya.
“Ngapain si Faruk dari tadi gua chat kok enggak dibales!” gerutu Perin seraya terus mengemudikan kuda besi dengan 4 roda tersebut.
“Awas aja kalo dia bener-bener enggak mau balas lagi. Habis dia gua bikin nanti!”
Perin masih berusaha terus berkonsentrasi saat mengendarai mobilnya. Sesampainya di rumah sakit di mana Kiral sedang dirawat. Perin langsung memarkirkan mobil berwarna hitam metalik tersebut di bagian pojok parkir. Setelah itu dia kembali meroboh telepon genggam miliknya yang tadi terjatuh. Dilihatnya sudah ada balasan pesan dari Faruk.
“Lu jangan ke sini dulu masih ada bininya,” balasan dari pesan yang dikirimkan Faruk untuknya.
“Bangkek! Gimana gua mau tunggu sama Kiral, harusnya ‘tuh perempuan mati aja, harusnya dia yang celakaan bukan laki gua!”
“Lihat aja, gua gak secepatnya menyingkirkan itu perempuan. Semua itu aku akan nikah sama Abang Kiral dan kami akan hidup bahagia selamanya.”
Harapan seorang wanita yang salah. Benar-benar salah. Mengapa dia salah? Karena dia telah berniat menghancurkan keutuhan rumah tangga yang selama ini terjaga. Harusnya dia tak berniat untuk menghancurkan apa yang telah lebih dulu hadir. Dia bisa datang sebagai orang kedua yang harusnya datang secara baik-baik. Meski itu akan menyakitkan pihak pertama akan tetapi bisa saja hal itu terjadi.
Rasanya Nafia akan jauh lebih menerima jika perin mau mengalah. Mungkin menjadi sosok ketiga dalam hubungan Nafia dan juga Kiral. Sayangnya bukan itu yang diinginkan Perin. Ia menginginkan menggantikan posisi Nafia di hati dan hidup Kiral selamanya. Meski ia tahu tentu itu adalah hal yang paling berat untuk Kiral.
Bentuk berat untuk seorang pria di mana ia harus memilih wanita yang kita cintai. Satu sisi wanita pertama sudah menemaninya dari nol. Dan wanita ke-2 hadir membawa warna baru dalam kehidupannya. Cinta, ya, 1 kata itu bisa mengubah segalanya. Ia yang dulunya setia dan sanggup bersumpah untuk tidak menduakan kekasihnya.
Apa daya ketika cinta sudah hadir di hatinya untuk sosok yang lain. Sosok wanita baru yang terlihat sangat jauh berbeda dengan wanita pertama. Antahlah siapa yang benar dan siapa yang salah jika sudah mengatakan tindak perselingkuhan. Sang pria bisa jadi yang salah karena sudah jatuh hati pada wanita baru, sama pasangan sah , mungkin, yang salah karena tidak sanggup menjadi apa yang diinginkan pasangannya, atau, wanita baru yang berhasil membawa corak dan nada baru untuk kekasihnya.
“Ki, lu lagi ada masalah sama Nafia?” tanya Faruk.
“Ya udah enggak tahu aja Far. Nafia udah tahu semuanya dan dia benar-benar marah sama apa yang gua lakuin,” sahut Kiral seraya memegangi kepalanya.
“Terus lu sendiri gimana?”
“Gimana apanya!”
“Lebih milih cewek Lu atau Nafia?”
“Gua udah mutusin untuk ninggalin perin selamanya. Gua mau balik sama istri gua udah terlalu lama tersesat aku harus balik ke dia dan anak gua.”
“Lu yakin Ki?”
“‘Lah kenapa memangnya?”
Faruk menarik nafas panjang. Lalu menghembuskannya dengan kuat. Ia terlihat sejenak berpikir untuk menjawab pertanyaan dari Kiral. Entah apa yang ada di dalam pikirannya tapi yang pasti sepertinya itu adalah rencana yang buruk. Karena iya sudah jelas ingin memisahkan Kiral lu juga Nafia. Ditambah Ia memang bekerja sama dengan Perin untuk hal ini.
“Gua enggak yakin Nagia akan balik cinta sama lu.”
“Tapi yakin banget kita berdua bisa perbaiki semua dari awal lagi.”
Kiral terlihat sangat yakin dengan apa yang ia katakan. Faruk tidak akan menyukai hal tersebut, ia terlihat memikirkan ide untuk membuat jarak di hubungan keduanya. Baru dan Perin benar-benar sepasang manusia yang serakah. Mereka hanya ingin mereka saja yang bahagia dengan mengorbankan kebahagiaan orang lain. Mereka sanggup melihat orang yang mereka cintai menderita asalkan bisa bersama dengan dirinya.
Kejam bukan tujuan keduanya. Yah begitulah. Kadang manusia memang gampang dibutakan oleh sesuatu. Terlebih ketika ia sangat terobsesi dengan hal tersebut, maka sebaiknya sebagai seorang manusia yang memiliki akal dan logika yang sempurna. Harusnya kita bisa berpikir terlebih dulu sebelum bertindak.
“Woi! Ngelamunin apa lu!” sergah Kiral pada paruh memikirkan sesuatu.
“Eh, iya, ini gua mau bilang kalau Perin udah mau sampai. Dia bersikeras mau jenguk elu.” Faruk mencoba membela diri agar tidak terlihat dia sedang menyembunyikan sesuatu.
“Bangkek! Enggak boleh ‘dong ya enggak boleh ke sini, bisa memicu rumah tangga gua. Bisa-bisa biarin udah kan kasih maaf ke gua kalau sampai ketemu sama PR ini secara langsung.”
“Terus gua harus gimana apa yang bisa gua bantu untuk lu?” penyebab paruh yang jelas sekali terlihat pura-pura baik di depan Kiral.
“Lu untuk pergi sana jangan sampai dia masuk dan ketemu sama Nafia.”
“Ya udah kalau gitu gua pergi dulu.”
“Oke.”
Setelah keluar dari ruangan rawat inap Kiral. Faruk tampak menyeringai penuh kelicikan. Mana mungkin ia akan hentikan Perin, yang ada mereka akan membuat masalah ini semakin besar semakin kacau. Kiral benar-benar salah dalam menilai pertemanannya selama ini. Kiral pun tidak pernah menyadari bahwa Faruk sangat mengagumi Nafia istrinya.
Yang Kiral tahu tidak mungkin seorang teman baginya akan memiliki perasaan spesial terhadap istrinya. Namun siapa yang tahu hati manusia. Bagian yang paling sulit untuk dibaca. Niat manusia sangat misterius, mereka yang terlibat baik dan mendukung. Belum tentu niatnya benarlah demikian.
Rasa benci, iri hati, nafsu dan niat seseorang hannyalah menjadi rahasia illahi. Dan kadang kala semua perlakuan baik kita tidak berarti kita akan mendapatkan balasan yang sama. Ada masanya di mana kita telah habis-habisan berbuat baik. Nyatanya hanya dianggap sebelah mata. Namun bukan berarti kita bisa membalas perbuatannya dengan hal yang sama.
“Faruk!” teriak Perin dari arah taman.
“Oi.” Faruk pun langsung menghampiri Perin.
“Bukannya mereka udah bertengkar habis-habisan, kenapa cewek itu masih ke sini juga!”
“Itulah Nafia. Kiral katanya gak mau lu jenguk.”
“Apa! Berani banget dia!”
Wajah Perin yang berwajah putih cerah tampak memerah menahan amarah. Bagaimana bisa kedatangannya langsung ditolak mentah-mentah. Tentu saja dia tidak akan terima.
Tok!
Tok!
“Assalamualaikum,” ucap Nafia seraya menggandeng tangan mungil milik sang anak.
Ia tampak begitu mantap melangkah mendekati Kiral. Kiral yang tadinya berbaring sambil mwnutu mata. Kini berusaha bangkit demi menyambut kedatangan istri dan anaknya.
“Gimana udah dapet apa yang Adek mau?” tanya Kiral pada sang anak yang tampak tersenyum riang.