Gunawan Tanuwijaya mengusap kasar wajahnya lalu beralih menatap pada Gaston. “Gas, bawa Lia duduk. Jangan pedulikan Letta karena papa juga tidak mungkin mengusir dia dalam acara makan malam kita kali ini. Papa berharap malah kamu dan Letta bisa berdamai dengan keadaan. Saling menerima sebagai keluarga. Toh, sudah bertahun-tahun juga mereka jadi keluarga kita. Apa kamu tidak bisa membuka sedikit saja hatimu untuk menerima pernikahan papa dan menganggap mereka selayaknya keluarga."
”Tidak semudah itu, Pa.” Gaston mana mungkin bisa melupakan begitu saja masa kelam yang membuat hidupnya berantakan. Hanya saja pria itu enggan sekali bercerita pada sang papa apa sebenarnya yang sudah terjadi dengannya.
Gunawan sendiri bukannya setidak peka itu dengan hubungan yang tidak sehat di antara Gaston, Letta dan juga Romi. Beliau merasa ada kejanggalan ketika mengetahui Gaston yang sangat membenci mereka khususnya Arletta. Bahkan terkesan jijik acapkali disentuh oleh anak perempuan dari istri barunya itu. Sayangnya Gunawan tidak pernah mendapat kesempatan untuk bertanya banyak pada Gaston karena Gaston malah memilih kabur ke luar negeri waktu itu.
Gaston kembali meraih tangan Gelia. Menggenggam lumayan kencang seolah mencari kekuatan di sana. Sebagai seorang perempuan yang biasanya kurang peduli pada sesama, kali ini Gelia merasa ada sesuatu yang memang tidak beres di antara Gaston dengan Arletta. Oleh sebab itulah Gelia pun tanpa diminta, begitu saja memerankan diri sebagai selayaknya isteri yang baik untuk suaminya. Jangan lupakan apa yang dia lakukan ini tentunya akan meminta imbalan yang tidak sedikit pada Gaston. Apalagi setelah mengetahui jika suaminya merupakan Tuan Muda yang pasti banyak uangnya.
Mereka menuju meja makan, yang mana sudah duduk dengan tenang Arletta di sana. Jangan lupakan tatapan Arletta yang hanya terfokus pada Gaston seolah di rumah ini tidak ada orang lain kecuali Gaston seorang. Mengetahui hal itu jujur Gelia tidak suka. Meski belum mencintai Gaston, tapi Gelia tidak suka jika miliknya diminati oleh orang lain. Sudah cukup Gery seorang yang direbut oleh Gea.
Gelia terpaku untuk sejenak memperhatikan Gaston yang begitu manis sikapnya karena pria itu menarik kursi dan memintanya untuk duduk. Setelahnya, pria itu ikut duduk di sampingnya. Gelia mengarahkan tatapan pada Arletta. Ingin tahu bagaimana reaksi Arletta dan tepat sekali seperti dugaan Gelia jika wanita itu menatap tidak suka dengan apa yang Gaston lakukan padanya. Wajah Arletta masam dengan lirikan sinis tertuju pada Gelia. Namun, bukan Gelia namanya jika tidak bisa membuat Arletta makin panas hati.
“Lia, anggap saja ini rumah kamu sendiri. Jangan sungkan dan jangan malu. Sejak Lia menjadi istri Gaston, maka Lia sudah menjadi bagian dari keluarga Tanuwijaya,” ucap Gunawan setelah duduk di singgasananya.
Gelia yang seperti tidak kehabisan stock senyuman menanggapi dengan hati senang. “Terima kasih karena papa sudah menerima Lia dengan baik di rumah ini.”
“Karena kamu sudah menjadi anak perempuan papa, Lia.”
Mendengar semua, Letta tidak terima dan ingin sekali protes karena selama ini hanya dia anak perempuan di rumah ini yang dimanja dan disayangi oleh Gunawan meski pun dia bukan anak kandung pria tua itu. Sekarang tiba-tiba dia mendapatkan saingan baru. Arletta tidak akan tinggal diam karena keberadaan Gelia tidak hanya mengambil perhatian sang papa tapi juga Gaston. Hanya saja Arletta tidak ingin gegabah dengan menunjukkan ketidaksukaannya secara frontal. Perempuan muda itu mencoba mengatur strategi dan menyusun rencana untuk mendepak Gelia dari keluarga Tanuwijaya.
Tak lama, muncul sosok wanita dengan dandanan ala-ala sosialita, yang memasuki ruang makan bersama seorang lelaki yang mungkin seumuran Gaston. Menghentikan obrolan Gelia dengan Gunawan. Gelia melirik keduanya lalu melirik Gaston. Masih sama seperti tadi. Wajah Gaston mengeras dengan delikan mata tidak suka menatap pada dua orang yang kini menarik kursi dan duduk di tempatnya masing-masing.
Lagi dan lagi Gunawan sebagai kepala keluarga mulai membuka suara. “Lia, kenalkan. Ini mamanya Gaston. Namanya Melia. Dan yang ini kakaknya Arletta. Namanya Romi. Meli, Romi … kenalkan istrinya Gaston. Namanya Gelia. Kalian bisa memanggilnya Lia.”
Gelia sebenarnya malas sekali untuk menyapa karena jujur, pada pandangan pertama saja Melia dan Arletta sudah menatapnya dengan raut tidak suka. Sementara Romi, tipe-tipe p****************g yang menyapanya dengan senyuman nakal.
“Selamat malam Nyonya. Saya Lia.” Demi kesopanan Gelia menyapa mama mertua dan memperkenalkan dirinya.
“Selamat malam Gelia dan selamat datang di rumah ini.”
“Halo, Gelia. Wah, Gaston pintar juga cari istri. Cantik.” Romi ikut menimpali.
Tiba-tiba Gaston memberikan celetukan, “Di matamu, kambing perempuan dibedakin pun terlihat cantik.” Gaston berbisik pada istrinya. “Jangan dekat-dekat dengan dia. Bahaya.”
Romi mengetatkan rahangnya. Rupanya, lama tidak berjumpa, Gaston tetap saja menjadi musuhnya.
Gunawan segera mengambil alih pembicaraan karena jika dibiarkan maka yang ada suasana akan semakin tidak kondusif. Rencananya, makan malam kali ini dan mengumpulkan semua anggota keluarganya adalah untuk mendamaikan mereka semua, tapi yang ada aura permusuhan masih tetap saja ada.
“Sudah … sudah. Kalian ini kenapa masih saja suka tidak akur. Lia, jangan panggil Nyonya pada Melia. Panggil dia mama selayaknya kamu memanggil Papa.”
“Baik, Pa.”
"Kalau begitu karena semua sudah berkumpul, kita mulai saja makan malam kita kali ini.
Lalu dua orang pelayan sigap membantu untuk memberikan makanan apa saja untuk para majikan. Sementara Gelia memilih diam saja ketika Gaston yang bersikap sok manis dengan memberikan nasi beserta sayur dan lauk ke dalam piringnya. Dan hal itu tak luput dari pandangan mata Arletta. Gadis itu kesal setengah mati sampai nafsu makannya menguap karena kebanyak melirik interaksi Gaston dan istrinya. Sementara Gelia, bukan dia tidak tahu betapa panas hati Arletta dan oleh sebab itulah Gelia sengaja menyalakan api agar semakin membakar hati Arletta. Rasanya ingin sekali dia tertawa lebar atas kemenangannya malam ini. Hanya saja, Gelia merasa kasihan pada Gaston sebab sedikit demi sedikit dia mulai tahu bagaimana buruknya hubungan Gaston dengan papa dan saudara-saudara tirinya. Ya, Gelia memang hanya tahu sekilas tentang Pak Gunawan yang menikah lagi dengan seorang wanita bernama Melia yang berstatus janda anak dua.
Gelia juga mulai menarik kesimpulan jika Arletta menyukai kakak tirinya. Ada-ada saja. Pantas saja Gaston berusaha menghindari wanita itu karena aneh saja meski bukan saudara kandung tapi jika papa dan mama mereka berdua menikah, secara otomatis mereka tidak dibenarkan menjalin hubungan apalagi sampai menikah.
Tanpa sengaja Gelia mengangkat kepalanya dan an pandangan matanya bertubrukan dengan kakaknya Letta yang bernama Romi.
Tubuh Gelia bergidik ngeri hanya karena dengan berani Romi mengerlingkan sebelah mata kepadanya.
'Dasar genit!’ maki Gelia dalam hati.