“Al!” aku yang baru saja kembali dari kamar untuk mengambil laptop, langsung menoleh begitu mendengar Ayah memanggilku. “Ada apa, Yah?” Ayah mengisyaratkan agar aku segera bergabung dengan beliau di sofa ruang tengah. “Sini!” “Gimana, Yah?” tanyaku begitu sudah duduk tepat di sebelah Ayah dan meletakkan laptop di meja. “Lihat itu...” Kali ini Ayah menunjuk dapur dengan dagu. Saat ini, aku melihat Bunda dan Anna sedang sibuk berdua, menyiapkan masakan untuk makan malam. Aku melirik Ayah, dan aku menangkap senyum Ayah agak mengandung ‘sesuatu’. “Yah, jangan mikir macam-macam.” “Loh? Siapa yang mikir macam-macam? Ayah cuma mikir, kayaknya sih nggak mungkin kamu duluin kakakmu.” “Yah! Kan, itu namanya mikir macam-macam!” Ayah tertawa pelan, lalu menyeruput teh hangat yang belia