Terminal bus itu pada akhirnya tutup pada hari Sabtu sore. Misaki Osikawa menempatkan dua pengawal bersenjata di pelataran, dengan perintah untuk mengancam siapa saja yang berani mendekat. Biro Hukum Eijun berkumpul di rumah Robert untuk sebuah pesta dadakan. Semua orang datang, bersama pasangannya masing-masing. Tuan rmah menyewa jasa catering yang ahli dalam bidang panggang-memanggan, dan bau lezat iga bakar mengembang ke setiap sudut beranda. Kento Himura menangani bar dan minuman-minuman mengalir lancer. Semua orang berkumpul di ruang bilyar dan berusaha untuk santai. Siaran televisi menunjukkan pertandingan futbol yang membuat banyak orang berkumpul di sekitarnya. Eijun berupaya untuk melarang diskusi apa saja mengenai kasus Furuya Satoru, namun pembicaraan mereka toh tetap beralih ke sana juga. Mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak membahasnya. Mereka keletihan, terkuras habis, dan kalah, tapi tetap mampu menenangkan diri. Minuman-minuman keras itu sangat menolong.
Pertandingan Lobo disiarkan dan mereka mendentingkan gelas-gelas mereka untuk menghirmati protes itu.
Kento Himura, sambil menangani bar, memonitor obrolan polisi di radionya. Jalanan-jalanan di Kanto sungguh terlihat lengang, yang mana menurut pendapat mereka yaitu berkat permohonan emosional Minami Satoru. Mereka juga mendengar bahwa anak-anak Minami Satoru juga sudah pergi ke taman pusat kota dan meminta kepada semua orang untuk segera pulang ke rumah masing-masing dan menghentikan kekerasan.
Meskipun Eijun telah memberikan perintah supaya semua telepon genggam dimatikan, tapi tetap saja ponsel itu masih muncul. Kazuya menerimanya dan menyampaikan berita itu pada para pendengarnya yang hening. Pihak berwenang di Shibuya telah mempercepat pemeriksaan dan memiliki beberapa berita menarik. Di pakaian dalam Bella, mereka menemukan sampel s****a. Pengujian DNA mencocokkannya dengan Harry Kazuya. Sampel DNA itu Harry ada di bank data di Shibuya, karena keputusan bersalah yang dijatuhkan padanya di sana.
Ada alasan untuk merayakan, dan alasan untuk menangis. Dengan emosi terkoyak ke dua arah tersebut, mereka memutuskan untuk minum-minum lagi.
***
Pada hari Minggu. Apa yang tadinya mungkin di hari Kamis, mungkin pada Jumat-nya, dan benar-benar pasti di hari Sabtu menjadi sebuah kebenaran yang membebalkan malam itu, sehingga pada hari Minggu pagi, semua pelosok negeri terbangun dan langsung dihadapkan pada kenyataan yang sensasional di mana seseorang yang tak bersalah sudah dieksekusi. Dipimpin pers nasional terbesar, setiap koran yang dicetak itu berkoar-koar dan mencecar, dan semuanya mencapai kesimpulan yang sama—sudah waktunya untuk segera menghentikan pembunuhan. Kisah itu dimuat di halaman pertama kedua surat kabar itu, pun di lusinan surat kabar lainnya dari Kagoshima hingga Hokkaido. Setiap artikel panjang lebar tercetak dan menampilkan riwayat kasus itu. Setiap tokoh yang terlibat disebutkan dengan baik, dan Robert Eijun memperoleh perhatian yang sama besarnya dengan Furuya Satoru. Setiap editorial yang bawel meminta penundaan atas semua eksekusi. Tidak terhitung jumlah semua kolom tamu yang diisi oleh para ahli hukum, pengacara-pengacara pembela, para pendukung penghapusan hukuman mati, paraprofesor, aktivis, pendeta pun bahkan beberapa tahanan hukuman mati, dan mereka semua menceletukkan kesimpulan yang sama; saat ini, sesudah kita memiliki bukti yang pasti terjadinya eksekusi yang salah, satu-satunya jalan yang adil dan masuk akal yaitu menghentikan untuk selamanya, atau jika hal tersebut tidak bisa dilaksanakan, setidaknya menghentikan hingga sistem hukuman mati dapat dipelajari dan diperbaiki.
Pasa salah satu surat kabar, menyebutkan bahwa pihak mereka mulai jemu dengan hukuman mati, tapi menolak untuk mendukung penghapusannya, memenuhi semua halaman depannya dengan ringkasan blak-blakan mengenai kasus itu. Pada dasarnya isinya ialah versi singkat pertemuan pers Eijun dengan foto-fot besar Furuya Satoru, Bella, dan Eijun di halaman pertama, dan masih banyak lagi di halaman lima. Setiap cerita itu, ada enam semuanya, menggebrak keras kesalahan itu dan mengupas habis kulit Yuval Bonjamin, Murasakibara Tetsu, dan Hakim Suzu Hirose. Identitas dari para penjahat itu jelas; mereka tidak akan mungkin lari dari kesalahan. Seorang reporter melacak jejak-jejak Mahkamah Banding Kriminalitas Kanto, dan jelas tidak ada tempat bagi pengadilan itu untuk bersembunyi. Hakim Kepala Seiji Yamashita tak bersedia untk memberikan komentar, begitu uga dengan kedelapan hakim yang lain. Pegawai kepaniteraan pengadilan itu, Masaharu Yamada juga menolak untuk memberikan sepatah komentar. Bagaimana pun juga, salah satu pengacara dari kelompok pembela yang berusaha memasuki kantor Yamada pada jam 5 hari Kamis sore itu, memiliki banyak hal untuk dikatakan. Setiap detail itu bermunculan, dan masih banyak cerita lain yan dijamin akan terkuak juga. Seorang reporter lainnya melacak jejak Gubernur dan para stafnya, semuan jelas mundur secara teratur.
Beragam reaksi bermunculan di seluruh pelosok negeri. Berbagai surat kabar yang dikenal bersikap moderat secara umum dengan warna politik mereka menghimbau penghapusan langsung hukuman mati. Salah satu media saurat kabar secara tertulis menghimbau sebuah moratorium. Surat-surat kabar yang mendukung memuat editorial-editorial ringan, tapi tidak mampu menahan diri untuk tak meliput setiap peristiwa yang terjadi di Kanto secara besar-besaran juga.
Di televisi, semua acara bincang-bincang hari Minggu pagi menemukan tempat untuk cerita tersebut, walaupun kampanye kepresidenan masih menjadi topik utama. Di jaringan televisi kabel, Furuya Satoru telah menjadi cerita utama sejak pertemuan pers Eijun dua puluh empat jam sebelumnya, dan belum ada tanda-tanda mundur menjadi nomor dua. Setidaknya, satu di antara subplot-subplot itu dianggap cukup penting untuk memiliki judul sendiri: Pemburuan Harry Kazuya dan ditayangkan setiap tiga puluh menit, Di Internet, cerita itu dengan cepat menyebar luas, menunjukkan lima kali penjelajahan lebih banyak ketimbang hal-hal lainnya. Para blogger yang anti hukuman mati mengoceh panjang lebar dengan kegeraman yang tidak terkendali.
Meskipun tragis, cerita itu adalah hadiah teramat besar bagi mereka yang ada di sayap kiri. Di sayap kanan, seperti bisa diperkirakan, keadaannya tenang-tenang saja. Mereka yang mendukung hukuman mati kemungkinan besar tidak akan berubah, tidak dalam waktu semalam, tapi kelihatannya ada perasaan umum bahwa ketika itu bukan saat yang baik untuk mengatakan sesuatu. Para pembawa berita di jaringan kabel dan radio A.M pihak kanan yang fanatic semata-mata tidak mengiraukan cerita itu.
Nb:
Oh iya, aku mau ingetin lagi kalau tema cerita ini menggunakan background politik Amerika Serikat. Sengaja aku pakai nama yang khas nama orang Jepang. Tapi keseluruhan cerita terisi dengan berbagai karakteristik politik Amerika. Hanya penggunaan nama, kota, dan istilah mata uang yang memakai nama khas Jepang.