Enam Puluh Delapan

1599 Kata
Eijun beralih ke persidangan. Dia memperkenalkan lebih banyak tokoh—Murasakibara Tetsu dan Hakim Suzu Hirose. Foto-fotonya, tolong. Di layar lebar itu, Kazuya memproyeksikan mereka berdampingan, seolah masih berhubungan, dan Eijun menyerang mereka karena berselingkuh. Dia mencela “keputusan cemerlang untuk memindahkan persidangan jauh-jauh ke Tokyo, sekitar delapan puluh kilometer dari Kanto.” Dia dengan rinci menjelaskan pengakuan itu dari dewan juri, sementara Tetsu bertarung sama kerasnya untuk menjadikan pengakuan tu sebuah barang bukti. Hakim Hirose memihak jaksa penuntut dan “kekasihnya, Yang Terhormat, Murasakibara Tetsu.” Tetsu sedang menyaksikan dan merasa sangat geram. Dia ada di rumah kabinnya di tepi danau, dia sungguh sendirian, menyaksikan “liputan khusus dan langsung pertunjukan Robert Eijun di stasiun televisi lokal, saat dia melihat wajahnya ditampilkan di sebelah wajah Suzu Hirose, Eijun tengah mengkritik dewan juri, seputih demo, karena Tetsu sengaja menggunakan dewan jurinya untuk menghapuskan orang-orang kulit hitam, dan terus saja, pacarnya yang duduk di meja hijau mendukungnya, “Gaya pengadilan Kanto,” keluh Eijun, berulang kali. Dia akhirnya berpindah dari aspek murahan hubungan gelap hakim jaksa itu dan menemukan irama yang pas dalam mengkritik bukti yang kurang. Wajah Hirose menghilang dari layar, dan wajah Tetsu diperbesar. Tidak ada bukti fisik, tidak ada mayat, hanya pengakuan ampuh, seorang informan penjara, seekor anjing pelacak, dan saksi mata yang berbohong bernama Hiro Akada. Sementara itu, Harry Kazuya bebas berkeliaran, sudah jelas tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri kalau akan ditangkap, tidak oleh badut-badut ini. Ivan telah semalam suntuk berusaha memikirkan teori baru yang entah bagaimana bisa menghubungkan Furuya Satoru dan Harry Kazuya, namun otaknya tidak sanggup mengarang apa pun. Dia merasa tidak keruan. Kepalanya berdenyut karena telalu banyak vodka, dan jantungnya berdebar saat dia berusaha menarik napas di bawah tekanan berat kariernya yang hancur lebur. Dia telah tamat, dan hal itu lebih menyusahkan hatinya daripada kenyataan kalau dia sudah membantu membunuh seorang laki-laki muda yang tidak bersalah.   ***   Setelah selesai dengan informan penjara dan anjing pelacak itu, Eijun menyerang Hiro Akada dan kesaksian palsunya. Kazuya, dengan sigap, menampilkan afidavitnya Hiro Akada yang ditandatangani di Toei pada hari Kamis, satu jam sebelum eksekusi. Bagian di mana Hiro Akada mengaku berdusta di persidangan dan mengaku menjadi orang pertama yang mengusulkan kalau Furuya Satoru ialah pembunuh Bella Stefa distabilo. Hiro Akada sedang menonton. Dia berada di rumah ibunya di Kanto. Ayahnya pergi; jadi ibunya minta ditemani. Hiro Akada telah memberitahu ibunya tentang hal yang sesungguhnya, dan hal yang sesungguhnya itu tidak diterima dengan baik. Saat ini dia terkejut melihat dan mendengar kelemahan dirinya disiarkan dengan cara yang begitu mengejutkan. Dia telah memperkirakan kalau sesudah dia mengaku, mau tidak mau dia akan menanggung sedikit rasa malu, namun tidak seperti ini. “Hiro Akada telah berbohong berulang kali,” jelas Eijun secara frontal, membuat Hiro nyaris meraih remot kontrol, “Dan saat ini dia mengakuinya!” Ibu Hiro Akada ada di loteng di kamar tidurnya, terlalu kesal untuk berada di dekat Hiro. “Kau membantu membunuh anak itu,” katanya beberapa kali, padahal Hiro tidak butuh diingatkan.   ***   Eijun menambahkan, “Dari penyelidikan yang tidak becus itu, kita beralih pada sandiwara persidangan dan keputusan bersalah yang keliru. Saat ini saya mau membahas tentang Mahkamah Banding Kriminalitas Kanto. Pengadilan ini mendengar banding pertama Furuya pada bulan Februari 2005. Mayat Bella Stefa masih belum ditemukan. Pengadilan mencatat kalau tidak ada bukti fisik di persidangan. Pengadilan terlihat sedikit terusik oleh kebohongan si informan penjara. Hal itu menggerogoti pengakuan Furuya, namun menolak untuk mengkritik Hakim Hirose karena mengizinkan dewan juri mendengarkan pengakuan itu. Pengadilan mengomentari penggunaan kesaksian si anjing pelacak, mengatakan itu bukan “bukti terbaik” untuk digunakan dalam persidangan serius. Namun secara keseluruhan, pengadilan tidak melihat sesuatu yang salah. Suara yang diperoleh, sembilan untuk menegaskan keputusan bersalah, nol untuk menjungkirkannya.” Hakim Kepala Seiji Yamashita tengah menyaksikan Telepon panik dari staf hukumnya membuatnya mengetahu tentang pertemuan pers itu, dan dia bersama dengan idtsrinya, di sebuah apartemen kecil mereka di Nagasaki, terpaksa menonton CNN. Jika Kanto benar sudah mengeksekusi orang yang tidak bersalah, dia tahu pengadilannya akan menjadi sasaran kritik pedas. Eijun terlihat siap untuk memimpin serangan itu. “Hari Kamis lalu,” ucap Eijun, “tepat pada pukul 15.10, para pengacara Furuya Satoru sudah mengajukan petisi untuk penundaan, dan kami menyertakan sebuah video yang baru kami rekam, di mana Harry Kazuya mengaku sudah memerkosa dan membunuh Bella Stefa. Ini dua setengah jam sebelum eksekusi. Dugaan saya, pengadilan mempertimbangkan masalah ini dan tidak terkesan dengan video itu, atau afidavitnya, karena satu jam berselang, pengadilan menolak permohonan penundaan dan menolak untuk menghentikan eksekusi. Sekali lagi, suara yang diperoleh sembilan banding nol.” Sesuai petunjuk, Kazuya menampilkan informasi mengenai waktu dan aksi yang diambil pengadilan. Eijun melanjutkan, “Pengadilan tutup setiap hari pada jam lima soren bahkan saat sebuah eksekusi hendak dilakukan. Pengajuan terakhir kami adalah afidavit detik terakhir dan penarikan kesaksian oleh Hiro Akada. Di Nagasaki, para pengacara Furuya Satoru menelepon pegawai kepaniteraan pengadilan, Masaharu Yamada, dan memberitahunya kalau mereka sedang dalam perjalanan untuk mengantar petisi tersebut. Yamada mengatakan kalau pengadilan tutup jam lima. Dan dia benar. Saat para pengacara itu datang di pengadilan pada jam lima lebih tujuh menit, pintu sudah terkunci rapat. Petisi itu tidak bisa diajukan.” Istri Yamashita memelototi suaminya dan mengatakan, “Aku harap dia berbohong.” Yamashita ingin meyakinkan istrinya kalau tentu saja pengacara bermulut besar itu berbohong, namun ragu-ragu. Eijun terlalu pintar untuk membuat pernyataan seserius itu di hadapan publik tanpa bukti pendukung yang kuat. “Seiji, katakan padaku dia berbohong.” “Nah, sayang, saat ini aku tidak yakin.” “Kau tidak yakin? Kenapa pengadilan tutup jika para pengacara itu berusaha mengajukan sesuatu?” “Nah, eh, kami…” “Kau terbata-bata, Seiji, dan itu artinya kau berusaha memberitahuku sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin sepenuhnya akurat. Apa kau melihat video Harry dua jam sebelum eksekusi?” ”Ya, video itu diberikan…” “Oh, demi Tuhan, Seiji! Kalau begitu kenapa kau tidak menunda eksekusi itu selama beberapa hari? Kau hakim kepala, Seiji; kau bisa melakukan apa saja yang kau inginkan. Eksekusi bisa ditunda setiap saat. Kenapa tidak menundanya selama tiga puluh hari, atau jika perlu setahun?” “Kami mengira rekaman itu palsu. Harry seorang p*******a kambuhan yang tidak punya kredibilitas.” “Nah, sekarang, kredibilitas jauh melebihi kredibilitas Mahkamah Banding Kriminalitas Kanto. Si pembunuh mengaku, tidak satu orang pun mempercayainya, jadi dia menunjukkan kepada mereka di mana persisnya dia menguburkan mayat itu. Kedengarannya cukup kredibel menurutku.”   ***   Eijun berhenti sebentar dan meneguk sedikit air. “Sedangkan Gubernu, kantornya menerima salinan video Harry pada jam 15.13 hari Kamis. Saya tidak tahu pasti apakah Gubernur melihat video itu. Yang kami ketahui ialah pada jam setengah lima dia berpidato di hadapan sekerumunan pendemo dan secara publik menolak memberikan penangguhan pada Furuya.” Gubernur sedang menonton. Dia berdiri di ruang kerjanya di Wisma Gubernur, menggunakan pakaian untuk pertandingan futbol yang batal dimainka bersama Chiba di satu sisi dan Shohei di sisi yang lain. Saat Eijun berhenti sebentar, dia bertanya, “Apa itu benar? Apa kita menerima video itu pada pukul 15.13?” Chiba yang pertama berbohong, “Aku tidak tahu. Begitu banyak yang terjadi. Mereka mengajukan ribuan sumpah.” “Apakah ada yang melihat video itu begitu dikirim ke sini?” tanya Gubernur, kesebalannya semakin bertambah. “Aku tidak tahu, Bos, namun kami mencari tahu,” jawab Shohei. Gubernur menatap televisi, otaknya berputar keras, berupaya mencerna keseriusan dari apa yang didengarnya. Eijun mengatakan, “Bahkan sesudah menolak untuk memberikan penangguhan, Gubernur sebenarnya masih memiliki hak untuk mempertimbangkan dan menghentikan eksekusi. Tapi dia menolak melakukannya.” Gubernur mendesiskan kata “b*****h,” kemudian berteriak, “Cari tahu soal video itu, saat ini juga!”   ***   Kazuya menutup laptopnya dan layar itu menggelap. Eijun membalik halaman buku tulis legalnya untuk memastikan dia sudah cukup berbicara. Dia melirihkan suara dan dengan nada serius mengatakan, “Sebagai penutup, sekarang sudah jelas kalau kita akhirnya melakukannya. Mereka yang mempelajari hukuman mati, dan kami yang menentangnya, sudah lama mencemaskan hari ketika hal ini akan terjadi, saat kita semua terbangun dan mendapati kenyataan mengerikan di mana kita sudah mengeksekusi orang yang tidak bersalah, dan kalau hal itu bisa dibuktikan dengan bukti yang jelas dan meyakinkan. Orang yang sama pernah dieksekusi sebelumnya, tapi bukti-buktinya tidak jelas. Dengan Furuya, tidak ada keraguan sama sekali.” Hening sejenak. Ruang sidang itu sunyi senyap. “Kalian akan melihat dalam beberapa hati ke depan sebuah permainan yang memalukan yang terdiri atas saling tuding, berdusta, dan menghindari dari kesalahan. Saya baru saja memberikan kepada kalian nama-nama dan beberapa wajah dari mereka yang bertanggung jawab. Kejarlah mereka, dengarkan kebohongan mereka. Ini sebenarnya tidak perlu terjadi. Ini sesungguhnya bukan kesalahan yang tidak bisa dihindari. Ini adalah kelalaian yang disengaja untuk mengabaikan hak Furuya Satoru. Semoga arwahnya beristirahat dengan tenang. Terima kasih.” Sebelum diserbu pertanyaan, Eijun menghampiri pagar pemisah dan memegang tengan Minami Satoru. Perempuan itu berdiri dan berjalan kaku ke podium, Eijun berdiri di sampingnya. Dia mendekatkan mikrofon sedikit dan mengatakan, “Namaku Minami Satoru. Furuya Satoru adalah anak laki-lakiku. Tidak banyak yang ingin aku katakan saat ini. Keluargaku sedang berduka. Kami mengalami syok berat. Namun aku meminta kepada kalian semua, aku meminta kepada penduduk di kota ini, hentikan kekerasan. Hentikan kebakaran dan pelemparan batu, pertikaian dan ancaman-ancaman. Tolong hentikan semua itu. Semua itu sama sekali tidak ada gunanya. Benar, kami marah. Benar, bahwa kami terluka, namun sekali lagi, kekerasan tidak ada gunanya. Aku meminta kepada saudara-saudaraku untuk menurunkan tangan kalian, untuk menghormati setiap orang, dan pergi dari jalanan. Kekerasan tidak memberikan apa pun selain mencoreng kehormatan anakku.” Eijun membimbingnya kembali ke tempat duduk, lalu tersenyum kepada para hadirin dan mengatakan, “Sekarang, ada yang ingin mengajukan pertanyaan?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN