Pemandu

1540 Kata
Paginya. Maya masih asik bergulung dengan selimut tebal yang di berikan inaqnya. Inaq dari Sabahat baiknya Fera yang juga menjadi orang kepercayaan orang tuanya untuk mengawasinya selama dia berada di Lombok. Inaq dalam bahasa Lombok artinya ibu. Dan Amaq artinya ayah. "Maya, bangun sayang. Ponselmu sudah ribut berdering dari tadi. Liat dia sudah menelponmu lebih dari dua puluh satu kali sayang," sapa inaq membangunkan dirinya yang masih asik di bawah selimutnya. "Siapa naq?" Tanya Maya. "Nama di kontaknya Danny Faraero," ucap inaq yang membuatku langsung terbangun dan duduk di kasur milik Fera. "Sudah jam berapa sekarang naq?" Tanya Maya sambil menggulung rambutnya dan menyekanya dengan Supit sebagai pengerat gulungan rambut panjangnya. "Jam sembilan sayang," jawabnya yang mana membuat Maya langsung berlari menuju kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya. Dia lupa sudah membuat janji dengan orang itu kemarin dan sekarang dia sudah telat satu jam. "Nanti kalo dia telpon lagi , jawab saja naq, dan bilang aku sedang mandi dan sepuluh menit lagi meluncur ketempatnya," teriak Maya dari dalam kamar mandi. Dan inaqnya hanya menggeleng sambil merapikan tempat tidur itu dan membersihkan lantai itu meski tidak kotor. Tapi dia tetap rutin membersihkan kamar itu setiap hari jika Maya sedang menginap, dia malah akan membersihkan kamar itu dua sampe tiga kali sehari. Lima belas menit berlalu Maya sudah berada di depan gerbang homestay tempat Danny menginap dan Danny sudah memberinya hadiah tatapan kesal yang teramat di wajahnya "sorry aku bangun kesiangan," ucap Maya saat dirinya berharap dengan pemuda yang mengaku bernama Danny Faraero itu. "Sorry, sorry, kerjaan kamu gak bagus. Udah bayarannya kita potong tiga puluh persen dari perjanjian kemarin," balas Danny dan sudah memasuki mobil yang dia sewa selama berada di Lombok. "Ayo naik. Kamu udah telat, malah sekarang tambah mengurangi jam liburanku," sambung Danny protes dengan gerak lambat Maya. Maya akhirnya membuka pintu belakang mobil itu dan masuk lalu duduk tenang setelah menarik napasnya dalam lalu membuangnya pelan. Danny melirik Maya lewat kaca spion yang menggantung di atas desbots mobil itu dengan pandangan heran "Oke jalan," ucap Maya yang malah membuat Danny memutar tubuhnya melirik Maya yang duduk dengan tenang di kursi penumpang "kenapa?" Tanya Maya saat Danny tidak juga menghidupkan mesin mobilnya dan malah menatapnya aneh. "Kamu mau jadiin aku supir kamu?" Tanya Danny dengan memberenggut kesal. Maya malah terheran sambil mengangkat kedua telapak tangannya sambil menaikan bahunya "pindah kedepan. Apaan kamu kan aku bayar masak aku yang nyetir dan kamu malah duduk di kursi penumpang. Udah kayak sopir dan majikannya aja," ucap Danny ceriwis. Maya terkekeh geli lalu dengan santai pindah ke jok sebelah kemudi. "Udah. Kamu jangan jutek gitu dong. Entar gantengnya hilang lho," goda Maya berharap cowok di sebelahnya itu bisa melupakan dua kesalahannya, tadi terlambat satu jam lebih dan sekarang membuatnya kesal dengan berlagak seperti sopir dan majikannya. "Kalo senyum tar aku tunjukin dimana jualan bakso yang enak di sini." Ucapnya dan malah membuat Danny terkekeh dengan kepolosan gadis yang tidak bisa di katakan kampungan ini. Danny melirik pakaian yang Maya pakai dari ujung kaki sampai atas. Ya Maya menggunakan kets biasa tapi Danny yakin itu asli merk-nya Nike bukan merek bajakan dan celana dan baju kaos yang dia kenakkan bermerek logo, kaca Gucci dan tas selempang Gucci dan Danny yakin semua yang Maya kenakkan asli bukan tiruan. Tapi aaah masa bodoh pikirnya. Dia gak peduli. Yang penting sekarang dirinya bisa berlibur dengan tenang tanpa ada media atau apapun yang akan menggangu dirinya. "Jadi kemana tujuan awal kita sekarang?" "Terserah dirimu" "Apa kamu tau tempat ini?" Tunjuk Danny ke ponselnya dan sudah memperlihatkan gambar yang ingin dia kunjungi. "Tentu saja." Jawab Maya dan Danny tersenyum "kita beli bakso dulu ya. Disini baksonya enak lho. Aku tadi lupa sarapan. Kan bangunnya kesiangan." Ucap Maya dan Danny hanya menatap gadis itu tidak percaya. "Tenang aku yang bayar. Itung-itung nebus keterlambatan aku tadi." Tawar Maya pada cowok yang baru kemarin dia kenal itu "tapi bayar jasa jangan di potong ya, pleees," rengek Maya dan akhirnya Danny memutuskan untuk menuruti keinginan gadis di sebelahnya. Saat Danny menepikan mobilnya Danny memasang topi dan maskernya tak lupa menaikan tudung huddynya, tujuannya ya supaya tidak ada yang mengenalinya. Keduanya masuk ke stan bakso di pinggir jalan lalu memesan dua porsi ukuran jumbo serta mengambil minuman kemasan. Maya menatap Danny dengan terkekeh "kamu itu ya udah kayak teroris lho. Kamu mau makan gimana, kalo kamu masih mengenakkan masker?" Tanya Maya saat melihat Danny hanya menatap makanannya tanpa menyentuhnya. Danny menggengam sebelah tangan Maya lalu berkata "apa kita bisa pindah ke meja yang menghadap tembok," tunjuk Danny ke arah dimana meja yang masih kosong di sisi tembok. Maya menatap tangganya sendiri yang sedang di genggam oleh Danny namun detik berikutnya menariknya lalu menenteng bakso dan minuman yang sudah ada tepat di depannya "oke" jawabnya santai. Setelah mereka pindah ke meja yang menghadap tembok baru saat itu Danny membuka masker dan tudung huddynya dan mulai menikmati baksonya. Danny cukup menikmati kuliner ini rasanya pas. Meski Danny jarang memakan-makanann semacem ini karena orang tuanya pasti akan melarangnya karena bisa berimbas pada kualitas vokalnya dan berakhirnya dirinya yang tidak akan pernah menikmati kuliner nusantara yang sejatinya sangat enak. Beda Danny beda pula Maya. Semua yang akan dimakan oleh Maya harus dengan komposisi yang seimbang baik dari kadar gula ataupun lemak dan kalorinya semua harus terjaga karena salah sedikit saja dia makan maka akan berakibat patal. Tapi bakso yang ini sudah sering dia makan dan dia tidak kenapa-kenapa. Wanita pemilik mana Carolina Josep itu memang sering sekali melanggar aturan yang mama dan papanya buat jadi itu sebabnya dia lebih senang berada di rumah inaqnya. Inaqnya sudah merawat Maya sejak gadis itu baru umur tiga tahun dan Maya sudah sangat dekat dengan inaqnya itu, seperti dekatnya dengan orang tua kandungnya dan Fera anak dari inaqnya adalah sahabat sekaligus sodara terdekatnya, karena saat Maya dalam masalah Fera akan selalu berada di garda terdepan untuk melindunginya dari Omelan mama dan papanya seperti saat ini. Mama dan papanya membiarkannya menginap di rumah inaqnya setelah Fera meyakinkan kedua orangtuanya kalau semua akan baik-baik. "Bay the why, siapa sih orang yang sedang kamu hindari, hingga kamu takut menunjukkan wajah kamu?" Tanya Maya akhirnya. Karena jujur dia masih heran dengan pemuda yang duduk di sebelahnya. "Semua orang, terlebih wartawan dan fans-ku" jawab Danny cukup pleksibel. "Fans," kutip Maya. "Emang kamu siapa sampe harus menghindari wartawan dan fans. Udah kayak artis papan atas macam Amar Zoni saja," kekeh Maya dengan pertanyaan menyelidiknya. "Kan dari awal aku udah pernah kasih tau kamu, kalo aku itu penyanyi sekaligus pemain sinetron. Apa kamu lupa?" Kelakar Danny lagi "Ha-ha-ha" tawa Maya pecah. Sungguh dia tidak bisa menahan rasa gelinya pada cowok di sebelahnya. Iya sih Maya akui jika cowok ini emang tampan dan cool tapi gak mesti menghayal setinggi itu juga. Pikirnya. "Au ah, menghayalmu ke tinggian," ucap Maya akhirnya dan kembali melanjutkan makannya. Sementara Danny hanya terkekeh, sebenarnya ni cewek hidupnya di mana sih masak iya dia gak pernah nonton televisi atau buka internet," batin Danny, dan hanya bisa dia ucap dalam hati. Usai makan bakso Maya dan Danny melanjutkan tujuannya untuk ketempat yang ingin di kunjungi Danny. Sesampainya di tempat itu Danny dan Maya langsung di sambut oleh para penduduk setempat yang memang mengelar lapak dagangannya. Dan di sambut pula oleh ketua dari himpunan rumah adat di tempat tersebut. Bahkan beberapa inaq-inaq atau ibu-ibu yang sedang menenun kain khas Gumi Lombok itu langsung menyambut kedatangannya dengan senyum tulus mereka. Danny tidak tinggal diam dia mengambil beberapa photo cantik dari tempat itu yang mana bangunannya masih berupa rumah adat. Hal itu dapat dilihat dari bangunan rumah yang terkesan sangat tradisional. Atapnya dari ijuk, kuda-kuda atapnya memakai bambu tanpa paku, tembok dari anyaman bambu, dan langsung beralaskan tanah. Orang Sasak Sade menamakan bangunan itu bale. Terdapat delapan bale yaitu Bale Tani, Jajar Sekenam, Bonter, Beleq, Berugag, Tajuk dan Bencingah. Bale-bale itu dibedakan berdasarkan fungsinya. Ada 150 Kepala Keluarga (KK) di Sade. Dulu, penduduknya banyak yang menganut Islam Wektu Telu (hanya tiga kali sholat dalam sehari). Tapi sekarang, banyak penduduk Sade sudah meninggalkan Wektu Telu dan memeluk Islam sepenuhnya. Uniknya, warga desa punya kebiasaan khas yaitu mengepel lantai menggunakan kotoran kerbau. Jaman dahulu ketika belum ada plester semen, orang Sasak Sade mengoleskan kotoran kerbau di alas rumah. Sekarang sebagian dari kami sudah bikin plester semen dulu, baru kemudian diolesi kotoran kerbau. Konon, dengan cara begitu lantai rumah dipercaya lebih hangat dan dijauhi nyamuk. Bayangkan saja, kotoran itu tidak dicampur apa pun kecuali sedikit air. Kamera di tangan Danny tidak berhenti membidik objek yang ada, mulai dari para wanita yang sedang menenun kain khas Lombok sampai ajang adu skil dan kekuatan lewat tarung yang di sebut presean. Hingga kameranya menangkap satu objek yang menurutnya paling indah dimana seorang gadis yang sedang bermain lompat tali dengan anak-anak asli penduduk di sana. Tampak senyum itu merekah sempurna dengan keceriaan yang tiada tara seolah dia tidak punya beban dalam hidupnya dan hanya hidup untuk menikmati dunianya. Gadis cantik bermata beloh dengan hidung mancung dan rambut lurusnya yang ikut menari saat ayunan tali dan lompatan indahnya menjadi perpaduan yang sempurna dan entah dia sudah berapa kali membidik photo gadis itu, dan tidak hanya itu dia juga mengambil Vidio gadis itu dari jarak yang tidak begitu jauh. Satu kata yang bisa di ucapkan oleh bibir indahnya "sempurna"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN