Kampung Sade Rambitan

1367 Kata
Danny dan Maya masih berada di kampung Sade, mereka kini tengah mencoba beberapa pakaian adat khas Lombok , mulai dari lambung dan kain khas Lombok yang di bernama songket. Teknik pembuatan kain songket ini cukup unik dan banyak variasinya, mulai dari warna, motip, dan benang yang di gunakan. Semakin banyak pola dan warna pada kain songket, semakin lama pembuatan dan semakin mahal pula harganya Danny sudah mengenakkan baju godek nongkek atau kebanyakan orang Indonesia menyebutnya dengan nama pigon. Dan Maya yang sudah mengenakan lambung. Lambung adalah baju khas wanita di Lombok. "Astaga, ke enges dedare Niki cocok bederek kance penyayang sak meneh gati" Yang artinya "cantik sekali cewek ini ,dan sangat cocok berdampingan dengan kekasihnya yang ganteng sekali" Danny mengerutkan alisnya pertanda tidak mengerti maksud dari ucapan para ibu-ibu yang sedang memasangkan pakaian adat untuk mereka, Maya dan Danny. Saat keduanya sudah siap dengan pakaian adat mereka Danny meminta salah satu pemandu yang ada di kampung Sasak Sade itu untuk mengambil gambar dirinya, dia juga meminta Maya untuk ikut berphoto dengan dirinya. Para penduduk lokal itu sempat tidak berkedip saat melihat Danny dengan seorang gadis cantik yang wajahnya terlihat seperti blasteran. Karena wajah Maya memang sedikit mirip bule. Sedang berpose photo layaknya photo model terkenal dan propersional. Bahkan ada beberapa warga yang ternyata mengenal sosok Danny Faraero. Tapi karena para penduduk setempat sudah terbiasa bertemu dengan artis ibu kota bahkan tidak jarang mereka kedatangan tamu dari mancanegara dan artis mancanegara. Tapi saat ada seorang anak yang berlari kearah Danny dan meminta photo bersamanya, Maya sedikit terheran tapi Maya memilih mengabaikannya dan kembali asik dengan menelisik sudut bale-bale itu masih mengunakan pakaian khas Lombok. "Ayo kita kesana," tunjuk Danny kearah penduduk yang sedang menonton pertarungan khas Lombok itu. Dengan membentuk lingkaran dan mengelilingi kedua petarung yang akan beradu. Kedua betarung itu hanya meggunakan kain sebagai sarung dan capuk atau ikat kepala yang akan melindungi kepala mereka dan kedua petaruang sama-sama memiliki satu senjata berupa tongkat atau penjalin yang terbuat dari rotan dan satu buah perisai yang akan melindungi mereka dari serangan lawannya. Kerumunan massa membentuk lingkaran riuh rendah meramaikan pengumpulan taruhan dan mengharapkan jagoannya memenangi pertandingan. Sementara itu sang wasit (pekembar) sibuk mencari para jawara yang akan beradu kekuatan. Para pepadu diambil dari kerumunan penonton yang biasanya sudah mengelompokkan diri berdasarkan daerah asal. Ya, inilah peresean merupakan festival adu ketangkasan dan kekuatan antara pemuda di kalangan suku Sasak Lombok. Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan penjalin dan dilengkapi dengan perisai yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau yang disebut ende. Penjalin terbuat dari rotan sepanjang satu setengah meter yang masing-masing ujungnya diikat dengan benang dan dilumuri aspal atau pecahan beling yang telah dihaluskan. Sabetan penjalin yang mengenai anggota badan akan meninggalkan garis-garis sayatan yang perihnya bisa membuat tidak tidur semalaman. Suara gending gamelan terdengar dari kejauhan seolah memanggil setiap orang untuk mendekat. Sahut-sahutan suling bambu, tabuhan gendang, dan pukulan gong pengatur irama menjadi pertanda akan segera dimulainya pertarungan para pepadu (petarung). Iringan tabuhan yang menggebu-gebu memacu semangat penonton dan adrenalin para pepadu untuk maju ke arena pertarungan. Setiap ronde biasanya akan berlangsung selama kurang lebih dua menit. Selama pertarungan, para pepadu harus mentaati awiq-awiq atau aturan main pertandingan. Petarung tidak diperbolehkan melakukan pukulan pada area bawah perut. Sasaran pukulan adalah daerah bagian atas badan hingga kepala. Poin tertinggi diberikan ketika petarung dapat memukul kepala lawannya yang merupakan bagian yang paling dilindungi para petarung. Pertarungan akan dihentikan jika salah satu petarung mengalami luka dan berdarah di bagian kepala yang secara otomatis memenangkan lawannya. Jika tidak, pertarungan akan berlangsung selama lima ronde yang diakhiri bunyi peluit panjang sang pekembar. Selanjutnya pemenang akan ditentukan dengan akumulasi poin yang dihitung berdasarkan penilaian pekembar pinggir lapangan. Setelah bertarung, para pepadu bersalaman dan berpelukan, sebagai pertanda tidak ada rasa dendam antara keduanya. Hal itu juga menunjukkan sportivitas dan rasa hormat diantara mereka. "Aku ingin mencobanya," ucap Danny setelah menyaksikan satu ronde pertarungan itu, lalu melangkah dengan gagahnya ketengah ke kerumunan masyarakat itu. Baru saja Danny ingin melangkah ke tengah untuk menyatakan kesediaannya untuk ikut bertarung, Maya lebih dulu menarik lengannya untuk tidak kesana. Danny mengedikkan bahunya pertanda ada tanya di benaknya. "Jangan. Ini adalah pertarungan gladiator ala Lombok , dan hanya di lakukan boleh para ahli yang sudah terlatih." "Tenang saja , kamu gak perlu khawatir, aku bisa melakukannya" ucap Danny menenangkan gadis cantik itu. "Iiih kamu itu syok kuat, udah ikut aku aja akan aku tunjukkan tempat indah lainnya, dari pada kamu melukai diri kamu sendiri di sini." Saran Maya dan sudah menarik sebelah lengan Danny untuk berlalu dan mengikuti langkahnya. Karena kain yang dililit sebagai roknya itu cukup sempit sehingga membuat langkah Maya sedikit lambat bahkan dia harus mengangkat ujung lain itu untuk bisa menaiki undakan tanah yang menyerupai tangga hampir di semua tempat di kampung Sade itu. Dan saat dia menemukan rumah yang paling tinggi di dataran itu Maya menunjuk dengan berbinar senang. "Wait,,,, sebenarnya disini yang sedang liburan itu aku atau kamu sih?" Ucap Danny dengan menatap gadis di sebelahnya dan menyilang kan kedua lengannya di depan dadanya. Maya hanya terkekeh. "Hidup itu untuk di nikmati sob. Jika kita masih bisa menyelam sambil minum air. Kenapa tidak kita lakukan, iya kan," jawabnya sambil memainkan alisnya naik turun dan memamerkan giginya yang rapi dan putih bahkan karena senyum itu kedua lekuk di pipinya sampai terlihat nyaris seperti lesung Pipi. "Oooh gitu ya. Jadi seharusnya aku tidak membayar mu kan, karena kamu juga menikmati liburan ini." "Eeeh gak gitu juga Danny, kasihanilah aku, aku sudah terlanjur janji sama adik-adik aku untuk mentraktir mereka makan enak besok," imbuh Maya dan kali ini dia sudah bergelanjut di lengan cowok ganteng itu. Danny menatap gadis yang bergelanjut di lengannya dan tersenyum geli tapi, menikmati momen itu. "Aku pikir-pikir dulu deh, kalo aku puas dengan tour yang kamu pandu mungkin aku akan tetap membayar sesuai perjanjian kita, tapi jika tidak ,,,!" Belum selesai Danny menyelesaikan ucapannya Maya udah lebih dulu menariknya untuk naik di undakan tebing tertinggi di kampung itu. "Hai. Kak Danny Faraero kan?" Sapa beberapa gadis remaja yang juga kebetulan sedang berlibur di tempat itu. Maya melirik pada arah cowok itu , terlihat cowok itu mengangguk lalu tanpa tau malunya para gadis remaja itu langsung meminta selpi dan langsung maen jepret saja. Dan Danny hanya tersenyum, meski kesal tetep saja dia memaksa senyum terbaiknya di depan para Fans-nya. Maya hanya duduk di undakan tanah itu sambil menunggu Danny yang selesai di kerumini para gadis-gadis belia itu dan saat sudah selesai dengan berselpi dan memberi tanda tangan Danny memandang betek kearah Maya "kenapa? Apa aku berbuat salah?" Tanya Maya saat melihat wajah cowok itu yang terlihat tidak bersemangat. "Entahlah. Aku pikir dengan datang ke Lombok tidak akan ada orang yang mengenaliku dan aku bisa liburan dengan tenang," "Ooh jadi benar kamu itu artis?" Tanya Maya akhirnya. "Astaga, Maya. Apa kamu tidak juga percaya jika aku itu seorang artis?" Ucap Danny menarik napasnya dalam lalu membuangnya dengan kasar dan Maya hanya menggeleng. "Ayo katanya mau naik," sambung Danny yang sudah lebih dulu menaiki undakan terahir, di susul Maya di belakanganya. Saat Maya sudah sampai di atas undakan kakinya tersandung dengan kaki sebelahnya karena kain yang dia gukanan terlalu sempit untuk langkahnya dan membuat tubuhnya sedikit limbung dan Bugk,,,,,, tubuhnya limbung kearah tubuh Danny yang baru saja berbaling menghadapnya dan berakhir keduanya yang justru terjatuh secara bersamaan. Danny tidak siap menerima tubuh Maya yang limbung menambrak tubuhnya dan berakhir keduanya terjatuh dengan tubuh Danny yang berada di bawah tubuh Maya dan wajah keduanya yang menempel antara bibir Danny dan bibir Maya. Danny menahan pinggang Maya dengan sebelah tangannya dan sebelah tangannya lagi tertindih tubuh keduanya. Keduanya terdiam sepersekian detik. Danny tipe cowok yang populer, berciuman sudah menjadi hal yang sangat biasa tapi tidak dengan Maya. Gadis itu bahkan belum pernah membayangkan jika suatu saat nanti dia juga akan bertemu dengan seorang laki-laki yang mungkin saja akan membuat dunianya berubah . Hidupnya terlalu rumit dengan rutinitas yang tidak bisa di bilang biasa-biasa saja. Hidupnya hanya di kelilingi rasa takut. ketakutan orang tuanya. Ketakutan yang tidak semestinya dirasakan olehnya terlebih gelar keduanya yang membuat mereka tidak pantas untuk merasakan ketakutan itu. Namun meski begitu perasaan orang tua tentu saja lebih sensitif jika itu menyangkut keselamatan anaknya bukan.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN