Part 8

1533 Kata
Setelah istirahat William bukannya menjadi semakin fokus, tapi pria berusia 26 tahun ini justru semakin kehilangan fokusnya setelah mendapat telepon dari Juna. Untuk saat ini William benar-benar tidak bisa untuk terlihat baik-baik saja di depan kamera. Bebannya terlalu banyak hingga ia kesulitan melakukan pekerjaannya.     "Tidak bisakah kau fokus? Kau sudah membuang waktu terlalu banyak karena kau tidak profesional." Seorang pria yang juga pemain dalam film itu bicara pada William karena ia sudah muak dengan semua ini.    William yang suasana hatinya sudah begitu buruk, kini menoleh pada pria itu dan memberikan tatapan tajam padanya. "Aku sedang mencoba melakukannya," ucap William. Ia sungguh sedang berusaha sekarang.    Adegan perkelahian itu akhirnya diulang untuk ketiga kalinya karena sejak tadi William selalu saja melupakan kalimatnya dan emosinya tidak terlihat dari sorot matanya. Bahkan setelah mengulang untuk ketiga kalinya itu tetap belum mendapatkan hasil yang diinginkan karena fokus William yang telah buyar membuatnya mengalami cedera hingga harus dilarikan ke rumah sakit.  ••••   Adegan perkelahian itu membuat tangan kiri William cedera hingga ia harus menggunakan penyangga tangan dan harus istirahat selama beberapa hari, maka itu berarti syuting akan tertunda. William tidak ingin menciptakan masalah seperti ini, tapi ia benar-benar tidak bisa lepas dari semua bebannya saat ini. Anaknya sakit dan istrinya mengandung anak orang lain, sedangkan ia tidak bisa menceritakan hal itu pada orang lain.    Saat Mina akan mengantar William pulang ke apartemen untuk beristirahat, pria itu menolak dan mengatakan ingin pergi ke suatu tempat seorang diri. "Tapi kau sedang sakit. Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?" ucap Mina khawatir.    "Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kau tidak perlu khawatir karena aku akan memastikan kau tidak akan mendapat masalah karena diriku." William pun pergi setelah mengatakan ini pada Mina sembari memakai masker dan juga topinya.    "Yuna di mana?" dan Wiliam berjalan mencari taksi sembari bicara dengan seseorang di telepon.   "Dia sedang istirahat setelah pemotretan. Memangnya kenapa?" wanita yang menjadi lawan bicara William bicara baru saja bicara.    "Kirimkan lokasi pemotretannya dan katakan aku ingin bertemu dengannya," ucap William lagi.     "Kau sudah gila? Bagaimana jika ada orang yang melihat kalian?"   "INI PENTING!" William meninggikan nada suaranya hingga membuat wanita itu tidak berani mengatakan apa-apa lagi.  ••••   Meski manajernya yang bernama Sarah sudah mengatakan kalau William ingin bertemu dengannya sekarang juga dengan alasan yang penting, Yuna tetap tidak mengatakan ya untuk hal itu. Namun, William justru sungguh datang ke lokasi pemotretan. Meski pria itu menggunakan topi dan masker, tapi Yuna tahu itu adalah William karena pria itu hanya menatap ke arahnya. Yuna penasaran dengan apa yang terjadi pada tangan William, tapi kedatangan pria itu ke sini telah merusak suasana hatinya dan membuatnya tidak menunjukkan kepeduliannya.   [Kita sama-sama tidak ingin membuat kehebohan, jadi datanglah padaku dan kita bicara.] William bahkan mengirim pesan pada Yuna, agar wanita itu segera datang padanya.    Yuna tidak tahu apa yang ingin William bicarakan dengannya, tapi pria itu pasti tidak akan pergi sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan. Mau tidak mau Yuna harus pergi menemui William dan bicara dengannya di ruangan yang sepi.    "Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Yuna dengan nada yang terdengar cukup kesal.    William melepaskan maskernya dan menatap Yuna dengan tatapan yang penuh dengan kemarahan. William sungguh tidak menyangka kalau Yuna yang dulu begitu manis padanya, kini bicara dengan nada yang begitu dingin padanya.    "Apa kau sungguh mengandung anak Sean?" William langsung pada intinya karena ia tidak ingin membuang lebih banyak waktu. William sebenarnya benci membahas pria itu, tapi ia membutuhkan jawaban.   Yuna tentu saja terkejut ketika William menanyakan hal itu. Yuna bahkan tidak tahu bagaimana William bisa mengetahui hal itu dan tempat ini bukanlah tempat yang pas untuk membicarakan hal itu, sebab seseorang bisa masuk ke ruangan ini kapan saja.   "Apa yang kau bicarakan? Kau lupa kita ada di mana saat ini? Orang lain bisa saja ...."   "Jawab pertanyaanku!" William menyela kalimat Yuna yang terlalu berbelit-belit. Tidak peduli bagaimana hubungannya dengan Yuna, William masih bisa merasakan cinta untuk wanita itu. Namun, Yuna terus saja membalasnya dengan pengkhianatan.   Yuna tertegun saat William bicara dengan nada yang begitu tinggi padanya, sebab ia belum pernah melihat William sampai seperti ini. "Ya, aku mengandung anaknya. Lalu, apa masalahnya? Hubungan kita sudah lama renggang dan kita bertahan hanya karena Lily, bahkan kau tahu kalau aku berhubungan dengan pria lain, jadi jangan berlebihan seperti ini." Dan akhirnya Yuna memberikan jawaban untuk pertanyaan William karena pria itu terlihat menakutkan saat ini.    William tidak menyangka kalau Yuna menganggap rasa sakit hati dan kemarahannya sebagai respon yang berlebihan. "Kau masih menjadi istriku, tapi sekarang kau mengandung anak dari pria lain yang juga sudah beristri. Lalu, kau mengatakan kalau aku berlebihan? Kenapa kau tidak bisa sedikit saja menghargaiku? Kenapa?!" bentak William yang bahkan sampai memukul cermin yang di belakang Yuna dengan tangannya kanannya dan kini kedua tangannya telah terluka.   Yuna begitu terkejut dengan apa yang William lakukan. Yuna melihat darah menetes dari tangan William, tapi pria itu tidak terlihat kesakitan karena luka itu. Sungguh, Yuna belum pernah melihat William yang begitu menakutkan seperti saat ini.    "Bagimu, kita bertahan mungkin hanya karena Lily, tapi itu juga karena aku masih berharap pernikahan kita bisa diselamatkan. Bahkan jika aku marah atas semua perbuatanmu, aku masih berharap kau akan kembali padaku dan menyadari semua kesalahanmu. Tapi, sekarang, aku mulai kehilangan kesabaranku. Aku sudah muak melihat semua yang kau lakukan." William terus memberikan tatapan tajamnya pada Yuna.    "Kau pikir, hanya kau yang bisa bermain kotor seperti ini? Aku juga bisa melakukannya. Aku adalah seorang aktor, jadi aku akan nemberikan pertunjukkan terbaik untukmu dan Sean. Tunggu saja." William kembali bicara pada Yuna, lalu pergi sembari memakai kembali maskernya dengan darah yang masih menetes dari luka di tangannya.   Sedangkan Yuna tampak terdiam karena ia takut jika Sean membongkar semuanya pada Sean. Yuna tidak mau jika Sean tahu kalau ia sudah menikah dan bahkan punya anak, lalu pria itu akan meningalkannya. Sean adalah pria yang selalu ada untuknya dan sangat memahaminya, Yuna sungguh tidak bisa membayangkan jika Sean menjadi benci padanya karena ia telah berbohong.  ••••   Seperti hari sebelumnya, Elsa kembali mual dan itu datang lebih sering sekarang. Elsa mulai kehilangan napsu makan karena rasa mualnya dan Bibi Jang menyadari hal itu. Bibi Jang merasa kalau itu terlihat seperti tanda-tanda kehamilan, tapi fakta kalau hubungan Sean dan Elsa sangat tidak baik hingga pisah kamar terpampang jelas di depan mata. Sudahlah, Bibi Jang tidak ingin ikut campur dalam hal yang bukan urusannya.    "Nona, sebaiknya Anda pergi ke dokter." Namun, Bibi Jang tetap perhatian pada Elsa karena Sean tidak mungkin melakukannya.    Elsa yang saat ini sudah kembali ke meja makan tampak terdiam setelah mendengar ucapan Bibi Jang. Elsa menunda untuk pergi ke dokter karena ia belum siap jika harus mendengar kalimat yang tidak ingin ia dengar. Elsa semakin merasa kalau ini adalah tanda-tanda kehamilan dan itulah kenapa ia takut. Elsa bukan tidak menginginkan anaknya sendiri, tapi ia benar-benar takut membayangkan reaksi Sean.    "Nona Elsa?" Bibi Jang membuyarkan lamunan Elsa.    "Aku baik-baik saja, tapi aku sangat ingin makan sup ayam. Apa Bibi bisa tolong buatkan untukku?" ujar Elsa. Ia sungguh ingin makan sup ayam sekarang.    "Ya, akan saya buatkan sekarang." Bibi Jang pun langsung pergi ke dapur untuk memasak.    Beberapa saat setelahnya, Sean yang baru saja selesai mandi dan akan kembali ke rumah sakit, kini terlihat menuruni satu persatu anak tangga dan ia mencium aroma masakan yang sangat harum. Sean tahu itu adalah aroma sup ayam, makanan favoritnya. Hal itu membuat Sean bersemangat menuju ke meja makan. Sebenarnya, Sean malas ke meja makan di saat jam seperti ini karena Elsa pasti ada di sana, tapi ia tidak bisa mengabaikan aroma sup itu. Namun, Sean tidak melihat Elsa saat tiba di meja makan.   "Bibi membuat sup?" tanya Sean setelah sampai di meja makan, sedangkan Bibi Jang sedang membersihkan meja makan.    "Ya, sebentar lagi akan matang. Saya akan mempersiapkannya," ucap Bibi Jang, lalu ia kembali ke dapur.    Di sisi lain, Elsa baru saja kembali ke meja karena lagi-lagi mual. Sean menoleh pada Elsa yang datang dengan wajah yang terlihat cukup pucat. Melihat arah kedatangan Elsa membuat Sean yakin kalau wanita itu dari kamar mandi dan wajah pucatnya, apa itu karena dia mual dan muntah lagi?    Sean tidak ingin peduli, tapi ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Elsa. Apa dia benar hamil? Apa itu anak William?   "Kau sebenarnya kenapa?" Sean akhirnya bertanya pada Elsa.    "Tidak apa-apa," jawab Elsa dengan kalimat seadanya, lalu ia menutup mulutnya karena rasa mualnya lagi-lagi datang.   Sean tahu kalau jawaban yang Elsa yang berikan tidak menunjukkan kondisinya yang sesungguhnya. Namun, Sean juga enggan untuk bertanya lebih jauh. Sean fokus menikmati sup ayam yang dibawakan oleh Bibi Jang.    Elsa juga mulai menikmati sup buatan Bibi Jang dan itu tidak membuatnya mual. Sup buatan Bibi Jang begitu enak hingga membuat Elsa tersenyum saat menikmatinya dan secara kebetulan Sean menoleh saat Elsa tengah tersenyum. Sean bahkan lupa kapan terakhir kali dirinya dan Elsa makan dengan benar di meja yang sama. Jika Sean pikir lagi sebenarnya makan di meja yang sama dengan Elsa bukanlah yang buruk, tapi ia enggan melakukannya.    Di tengah acara makan malam itu, Elsa mendapat telepon dari William. Elsa tentu saja menjawab telepon dari William. "William, ada apa?" tanya Elsa yang membuat Sean langsung menoleh padanya.   "Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu," ucap William dari seberang sana. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN