26. Tawaran Pertama

1282 Kata
Iki sampai menyusul Elin karena ia tak kunjung kembali. Tapi keadaan di luar yang didapati adalah orang yang ia cemaskan sedang asik mengobrol dengan teman baiknya sendiri. Iki tidak tahu bahwa hubungan Riga dan Elin sedekat itu. Apa mungkin karena mereka berada di club yang sama, pikir Iki. Lalu saat jarak semakin dekat Iki bisa mendengar Riga sedang mengumbar masa lalunya. Bukan cerita tentang aib memang tapi Iki merasa informasi yang tidak diperlukan untuk Elin ketahui sudah bocor dari mulut kawan baiknya sendiri. “Untunglah kau datang kawan.” Riga merasa terselamatkan dari desakan Elin yang memaksanya. “Apa saja yang kau katakan?” Iki langsung bertanya galak pada Riga. “Ahahaha... Sebaiknya aku pergi sekarang.” Inginnya melarikan diri tapi Riga dengan mudah tertangkap oleh Iki yang bergerak lebih cepat darinya. “Mau kabur kau ya, tetap di sini!” Perintah Iki garang. “Tapi sejak awal aku memang berencana pergi Ki.” Riga memelas, ia ingin segera pergi sebelum ditemukan. “Lalu kenapa aku menemukanmu di sini?” Tatapan tajam iki membuat Riga merasa bersalah, akhirnya Riga tetap tinggal bersama mereka. Berkata pada Elin. “Angin malam itu tidak baik, sebaiknya kamu kembali ke dalam. Kita bisa mencari tempat tenang di dalam.” Iki harap bujukannya bisa membuat Elin berubah pikiran. Riga ingat kaki Elin yang terluka. “Tapi sepatu Elin―” Iki sudah membawakan sepatu kets berwarna putih polos miliknya untuk Elin kenakan sementara. Sejak Elin hampir jatuh dengan sepatu high heels yang dikenakannya, Iki sudah terpikir sepatu itu bermasalah mungkin tidak nyaman digunakan, makanya ia mencarikan sepatu lain. “Oohh...” Salut Riga pada sense Iki. “Lihat, betapa berpengalamannya kau teman! Apa itu hasil didikan dari memiliki banyak tunangan sebelumnya?” Bisik Riga di telinga Iki yang langsung mendapat sikutan tepat di huluh hati, Riga meringis kesakitan, Iki tidak peduli karena ia pantas mendapatkannya. “Kau bisa pakai sendiri ‘kan? Atau mau kupakaikan juga?” Tidak, Iki tidak bermaksud menggoda Elin atau memancing pertengkaran. Iki hanya ingin Elin menghentikan aksi protesnya yang menyiksa diri sendiri dan jadi menyusahkan orang lain. Selain itu Iki tidak bisa melepaskan tangkapannya yang terus berusaha mencari celah untuk kabur. “Kau bercanda?!” Seru Elin galak. Mengambil sepasang sepatu itu dengan wajah yang terlihat jelas dalam suasana hati buruk. “Ki, bisa aku pergi sekarang?” Riga semakin gelisah berada di sana lebih lama dari yang direncanakannya. Semakin lama waktu terbuang, peluangnya untuk bisa kabur semakin kecil. Saat ini orang-orang mungkin mulai menyadari ketidakhadirannya. “Aku datang juga untuk menangkapmu tahu! Orang tuamu di dalam memintaku mencarimu, paham?!” Tegas Iki tanpa belas kasih atau pun rasa pengertian. Riga merasa dikhianati, menyesal dia sudah merasa bersalah pada Iki. “Aku memang sengaja kabur, kau ‘kan tahu itu Ki.” Kenyataannya Iki juga mengkhianatinya dengan berpihak pada orang tuanya. “Iya aku tahu, tapi tunaikan dulu kewajibanmu. Jadilah anak berbakti sesekali, kau pikir dirimu itu cinderella selalu menghilang kalau sudah lewat pukul 8 malam.” Kata Iki tanpa empati sedikit pun. Riga semakin berkeras hati membela diri. “Iya kamu tepat sekali! Akan kutinggalkan sepatu kacaku, jadi cepat, biarkan aku pergi!” Riga meronta, tapi cengkraman tangan Iki yang mengunci satu tangannya terasa kokoh. “Tidak, kamu juga kembali ke dalam. Banyak orang menunggumu di dalam, jangan buat orang tuamu kesulitan.” Ceramah Iki dimulai tentang bakti seorang anak pada orang tua mereka. Riga benar-benar benci untuk kembali ke dalam. “Tapi jika aku kembali, aku yang kesulitan.” “Belajarlah bertanggung jawab!” Iki semakin memperkuat cengkramannya semakin Riga berusaha lolos. Elin hanya bisa menjadi pendengar untuk kedua sekawan itu dalam perdebatan mereka. Iki menyeret Riga masuk ke dalam dan Elin mengikuti mereka. Di dalam Iki menyerahkan Riga pada kedua orang tuanya, yang terlihat senang menemukan anak mereka yang hilang. Lalu sesuai yang Iki janjikan, Elin diberi ruang untuk menyendiri. Ruangan yang terlihat seperti ruang kerja. Ayah Elin saat masih hidup juga punya ruangan yang serupa di rumah lama mereka. “Aku juga akan tetap di sini untuk sementara.” Kata Iki tanpa ada yang bertanya. Elin tidak perlu merasa cemas mereka berada di dalam ruangan tertutup hanya berdua karena sebagian ruangan itu berdinding kaca pada satu sisinya. Apa yang terjadi di dalam masih tampak dari luar. Iki duduk dan Elin ikut duduk pada sisi berlawanan. Untuk sesaat suasana hening. Iki berpikir apa saja yang harus ia jelaskan pada Elin tentang situasi, status dan rencana mereka kedepan setelah ini. Tapi dia tidak tahu baiknya memulai dari mana. Dan bila diperhatikan Elin tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali pada apa pun. Ah ya benar, Elin pernah berkata sama sekali tidak tertarik pada Iki. “Yang kau bicarakan dengan Riga tadi...” Iki merasa tidak yakin apa harus mengangkat topik itu kembali agar tidak ada salah paham. “Kau tidak perlu menjelaskannya.” Tolak Elin tegas. “Sungguh? Kau yakin?” Hening, Iki tidak mendapat tanggapan. Elin tetap diam dan waktu berlalu terasa lamban. “Kalau begitu, ada pertanyaan?” Iki masih memancing pembicaraan. “Jangan sia-siakan kesempatan dan menyesali kemudian, karena belum tentu kamu bisa bertanya nanti.” Elin terlihat mempertimbangkan tawaran Iki, atau mungkin ia sedang memilih pertanyaan. Setelah meluangkan cukup waktunya untuk memilih pertanyaan yang tepat, Elin memutuskan meminta hal lain pada Iki dan bukan bertanya. “Aku ingin kamu menjelaskan dari awal hingga akhir apa yang kamu ketahui dan bagaimana semua berakhir seperti ini.” *** Sesuai permintaan Elin, Iki menceritakan apa yang terjadi padanya sejak ia diberitahu akan bertunangan oleh orang tuanya di ruangan ini pagi hari tadi. Memang kesalahan dirinya, Iki lalai dalam waktu dan luput dari janji hingga ia kehilangan kesempatan untuk tahu permasalahan ini lebih awal. Iki memang sudah merasa ada yang direncanakan kedua orang tuanya belakangan ini, tapi Iki tidak tertarik untuk mencari tahu. Karena bukan sekali-dua kali orang tuanya berbuat dan merencanakan hal aneh. Selain itu Iki terlalu fokus dengan permasalahan di sekolah. “Jika kuingat sekarang, Mama mengajak aku datang ke pembukaan toko orang tuamu. Mungkin saat itu mereka bermaksud untuk mempertemukan kita pada kesempatan itu.” Pikir Iki. Mama memang sedikit memaksa saat minta ditemani Iki. “Pembukaan toko, saat itu kamu datang?” Elin juga ingat hari itu Ibu sangat marah karena ia datang terlambat di acara pembukaan toko. Jadi orang yang Ibu bicarakan saat itu adalah orang tua Iki. “Saat itu aku tidak tahu bahwa itu toko Ibumu.” Sambung Iki tidak ingin menambah kesalahpahaman lain. Elin tahu itu, yang Elin pikirkan adalah sejak saat itu seharusnya banyak kesempatan bagi Ibu menjelaskan padanya. “Kenapa Ibu tidak memberitahukan apa pun padaku?” Gumam Elin, Iki masih bisa mendengar meski samar. “Pasti beliau punya alasan untuk itu.” Semua orang tua tidak akan mencelakakan anak mereka, pasti ada alasan Ibu belum memberitahu Elin. “Yang ingin aku perjelas padamu dengan keadaan yang sudah menjadi seperti ini adalah,” Iki harus menjelaskan dengan kata yang mudah dipahami Elin. “Kita sama-sama berada di posisi sulit karena harus menjaga nama baik keluarga dan orang tua kita.” Dan mereka berdua sama-sama berada di posisi tidak bisa menentang kehendak orang tua masing-masing. “Oleh karena itu aku―” “Kita tidak bisa membatalkan pertunangan ini, bukan begitu yang ingin kau katakan?” Sambar Elin pada ucapan Iki. “Benar.” Elin tercengang mendapat pembenaran dari Iki, padahal Elin hanya asal menduga. “Tidak bisa untuk saat ini atau dalam waktu dekat.” Iki tersenyum memperjelas ucapannya, membuat Elin langsung waspada. Sesuatu terasa janggal, Elin tidak mengerti apa yang sebenarnya Iki pikirkan dan senyuman itu membuat Elin tak nyaman. “Apa maksud dari perkataannya itu ia tidak berencana membatalkan pertunangan ini.” Batin Elin mulai merasa gelisah karena firasat buruk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN