Fany menutup telfon dari Raka, karena tidak ada lagi yang perlu dikatakan. Banyak hal yang tidak bisa diceritakan oleh Fany pada Raka, walaupun Raka adalah teman baiknya.
Bagi Fany, Raka tidak perlu tau tentang masalahnya. Beberapa menit kemudian setelah telfon dari Raka terputus tiba-tiba ada yang menelfon Fany lagi.
*Miley crush-wreking ball*
"Nomor siapa ini?" Fikirku sembari mengangkat telfonnya.
"Ya, halo?" Ucapku.
"Apa benar ini dengan Fany Alexia Gabriella?" Tanya seorang wanita.
"Iya benar. Dengan siapa saya bicara?" Tanyaku.
"Saya Pauline dari perusahaan F Fashion. Saya ingin mengabarkan bahwa anda diterima kerja di F fashion, apa besok anda bisa ke kantor kami untuk tanda tangan kontrak?" ucap seorang wanita.
"F fashion?, Diterima?" Batinku.
F Fashion adalah salah satu perusahaan mode yang sedang berkembang karena ia perusahaan baru dan membutuhkan beberapa pegawai baru jadi perusahaan tersebut membuka lowongan.
"Halo" ucap Pauline.
"Ah, iya bisa. Besok saya akan datang pagi jam sembilan" ucapku.
"Baiklah. Kami tunggu kedatanganmu" ucap Pauline ramah.
Pauline menutup telfonya, setelah itu Fany terdiam dan melihat layar ponselnya. Fany belum bisa berkata apapun karena ia masih belum percaya jika ia diterima di perusahaan F Fashion.
"Astaga, apa benar barusan aku keterima di F Fashion?" Tanya dalam hatiku.
Fany yang sedang membutuhkan pekerjaan dan ia ingin masuk ke salah satu perusahaan mode di Paris. Ternyata Fany beruntung bisa diterima di perusahaan F Fashion.
"Aaaaaaaaa" teriakku kegirangan.
Ina dan Alifa terkejut mendengar teriakan Fany. Mereka langsung berlari menghampiri Fany karena takut terjadi sesuatu padanya.
"Fany, kamu kenapa?" Tanya Alifa.
"A-aku keterima di perusahaan F Fashion" ucapku seraya memeluk Alifa.
"Apa Fany? Kamu diterima di perusahaan F Fashion?" Tanya Ina untuk memastikan lagi jika ia tidak salah mendengar ucapan Fany.
"I-iya a-aku keterima" Ucapku.
Kedua teman Fany saling memandang, mereka terlihat bingung.
"Guys" Ucapku.
Ucapan Fany membuat Ina dan Alifa tersadar, mereka langsung berteriak dan memeluk Fany. Mereka ikut merasa bahagia untuk Fany yang di terima kerja.
"Selamat Fany, kita harus merayakannya" Ucap Ina.
"Selamat, Fany" ucap Alifa
"Terima kasih teman-teman. Untuk hari ini bagaimana kalau aku masak saja, jadi kita tidak perlu makan diluar. Maaf ya karena aku belum ada uang untuk mentraktir kalian" ucapku.
"It's okay Fany" ucap kedua temannya menyetujui permintaan Fany.
Fany bersiap untuk pergi ke supermarket, ia akan membeli beberapa bahan untuk masak makanan yang enak.
Setelah selesai bersiap Fany dan Ina pergi ke supermarket sedangkan Alifa tidak ikut pergi belanja karena ada beberapa hal yang perlu ia lakukan di apartemen Ina.
"Alifa, kita berangkat dulu ya. Jika ada sesuatu atau kamu ingin sesuatu kabari kami ya" Ujar Ina.
"Okay. Aku akan menghubungi kalian" Ujar Alifa.
"Ayo berangkat, Ina. Bye Alifa" Ucapku seraya menarik lengan Ina.
Apartemen Ina dekat dengan halte Bus, jadi mereka berangkat ke supermarket naik Bus. Mereka menunggu kurang lebih lima belas menit sampai Bus yang mereka naiki datang.
"Ah, itu Bus nya" Ujar Ina sembari berdiri dari kursi tunggu di halte.
"Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Bus nya datang juga" batinku seraya mengikuti Ina yang melangkah maju.
Setelah bus yang akan mereka Naiki berhenti dan pintunya terbuka, mereka naik ke Bus tersebut dan menempelkan kartu untuk membayar tarif Bus.
Jarak antara Apartemen Ina sampai ke supermarket kurang lebih sepuluh menit.
"Fany, kamu yakin di Paris sendiri?" Tanya Ina.
"Ya. tentu saja, Ina" Jawabku.
"Apa perlu aku disini bersamamu?" Tanya Ina.
"Tidak perlu Ina, kamu kan harus pulang lagian juga kamu sudah bilang orang tuamu akan pulang kan" Jelasku.
Fany merasa tidak enak karena temannya mengkhawatirkannya.
Setelah berhenti di beberapa halte, akhirnya mereka sampai di pemberhentian bus dekat supermarket. Fany dan Ina turun lalu berjalan ke arah supermarket.
"Hhmm, masak apa ya?" Fikirku. "Coba tanya Ina saja dia ingin makan apa."
"Ina kamu ingin makan apa?" Tanyaku.
Ina pun berfikir apa yang ia ingin makan, tapi ia juga bingung karena Ina merasa tidak ingin makan sesuatu yang spesial.
"Terserah kamu Fany, karena kamu yang masak" jawab Ina.
Fany juga bingung ingin masak apa, karena takut kedua temannya tidak menyukai masakannya.
"Mungkin masak makanan yang enak dan simpel itu lebih baik" fikirku.
Sesampainya di supermarket Fany mengambil beberapa bahan makanan yang menurutnya mudah untuk disulap menjadi makanan yang enak.
Fany dan Ina tidak hanya belanja bahan makanan saja, tapi mereka juga membeli beberapa keperluan yang diperlukan Fany.
Mereka sampai tidak sadar jika sudah terlalu lama berada di supermarket hingga Alifa menelfon Ina.
Ponsel Ina berdering dan ketika dilihat ternyata Alifa yang menelfon.
Bip
"Halo?" Ujar Ina.
"Kalian dimana?" Tanya Alifa.
"Di supermarket" jawab Ina.
Fany mengernyitkan dahi dan merasa heran kenapa Alifa menelfon, ia mengira jika Alifa akan menitip sesuatu makanya ia menelfon tapi ternyata bukan.
"Sampai kapan kalian akan di supermarket? Ini sudah satu setengah jam kalian di supermarket. Apa kalian bertemu dengan seorang pria tampan sampai lupa untuk pulang" Ujar Alifa kesal.
Seketika itu juga Ina melihat jam tangannya dan ternyata iya mereka sudah berada di supermarket selama satu setengah jam dan ia memberitahu Fany jika mereka harus segera kembali ke Apartemen Ina karena Alifa sudah kesal.
Fany pun bergegas ke kasir untuk membayar semua belanjaan yang ia ambil setelah selesai mereka pun berjalan ke halte bus untuk kembali ke Apartemen.
Memang benar kata orang jika seseorang sudah berada di supermarket pasti mereka lupa dengan waktu.
"Astaga Ina, kita tadi terlalu lama karena melihat beberapa barang" ucapku.
"Iya Fany. Tadi kita terlalu terbuai melihat beberapa barang jadi lupa waktu. Siap-siap kena marah Alifa" Ujar Ina.
Fany hanya bisa menghela nafas karena setelah mereka sampai di Apartemen pasti kena marah Alifa.
Bus yang akan mereka naiki akhirnya datang.
"setelah menunggu beberapa menit akhirnya busnya datang juga" batinku sembari menaiki anak tangga Bus dan menempelkan kartunya.
Karena tempat duduk di Bus sudah full jadi Fany dan Ina terpaksa berdiri. Setelah beberapa menit mereka sampai di pemberhentian Bus yang dekat dengan Apartemen Ina.
"Sampai juga" ucap Ina.
"Cepat!! kita harus segera kembali ke apartemen jika tidak bisa-bisa Alifa akan semakin marah" ucapku seraya menggenggam tangan Ina dan berlari.
Mereka harus cepat berlari jika tidak Alifa akan semakin memarahi mereka.
"Akhirnya sampai juga di Apartemen" ucap Ina sembari membersihkan keringat yang keluar.
Tapi sebelum mereka masuk, Alifa sudah terlebih dahulu membuka pintu dan sudah berkacak pinggang dengan ekspresi wajah seperti ingin makan seseorang.
"Kamu kenapa Alifa?" Tanya Ina dengan polosnya.
Ina memang orang yang kurang peka dan terkadang ia juga orang yang lemot. Fany hanya bisa menahan tawanya karena melihat kedua temannya yang unik.
"Maaf Alifa, kami tadi terbuai melihat beberapa barang sampai kami lupa waktu" ucapku untuk mencairkan suasana.
Fany tau jika ia tidak bilang sesuatu pada Alifa, maka temannya itu akan semakin marah dan Ina sudah membuatnya semakin kesal.
"Oh. Kenapa tidak sekalian sampai malam saja dan melupakanku?" Ujar ketus Alifa seraya melipat tangannya.
Alifa mungkin sudah merasa sangat kesal karena kami tinggal cukup lama dan ia juga kelaparan menunggu kami kembali dari belanja.
"Maaf Alifa, jangan marah ya" pintaku sembari merangkul lengannya.
Sedangkan Ina hanya melihat Fany dan juga Alifa, ia tidak ikut campur.
Alifa hanya bisa menghela nafas karena ia tidak ingin berlama-lama marah terhadap kedua temannya apalagi sekarang ia sedang kelaparan.
"Baiklah, cepatlah masuk. Aku sudah sangat lapar" Ujar Alifa.
Satu jam kemudian Fany selesai masak bahan makanan yang ia beli di supermarket.
Setelah menunggu akhirnya makanannya pun jadi dan Alifa sangat senang karena ia mencium aroma makanan yang enak.
"Baunya enak Fany" Ujar Alifa. "Kamu jago masak juga ya."
Alifa sangat memuji masakan Fany karena menurut Alifa masakan Fany sangat enak. Seperti halnya Alifa yang menyukai masakan Fany, begitupun dengan Ina.
"Kamu seperti seorang chef, Fany. Masakanmu sangat enak" ucap Ina seraya melahap makanan dengan begitu lahap.
"Terima kasih, aku sempat berfikir kalian tidak akan menyukai masakanku karena takutnya tidak enak. Tapi ternyata sebaliknya" ucapku sembari tersenyum.
"Mana mungkin kami tidak menyukai masakanmu, ini sangat enak" Ujar Ina.
Setelah selesai makan kedua teman Fany pun kembali ke asrama dan mempersiapkan barang-barang mereka untuk dibawa pulang.
Fany kembali sendirian di Apartemen Ina. Fany menyiapkan beberapa barang untuk besok ia butuhkan di perusahaan F Fashion.
Hari semakin larut dan Fany akhirnya beristirahat.
To be continued