Ketika Fany membalikkan badan, ia terkejut melihat pria yang berdiri di depannya sekarang. Fany merasa seperti mimpi.
“Dia.... Dia ada di depanku sekarang. Apa benar dia?” Batinku.
Pria yang berdiri di depan Fany sekarang merupakan temannya waktu sekolah yang satu tahun lebih belum pernah ia temui.
Untuk beberapa saat Fany hanya terdiam belum mengatakan apapun dan memandanginya saja dengan ekspresi wajah yang tidak percaya.
“Astaga, apa aku sedang bermimpi? Apa benar dia adalah temanku?” Batinku.
Pria tersebut melambaikan tangannya, dan memanggil nama Fany.
“Fany” Panggilnya.
Fany langsung tersadar, dan memanggil namanya “Raka.”
“Hai, Fany. Lama tidak bertemu” sapanya sembari menyeringai.
“Astaga, Raka. Kamu kemana saja selama ini” ucapku sembari memeluknya.
Karena terlalu bahagia melihat Raka berdiri di depannya sekarang, ia pun langsung memeluknya. Raka membalas pelukan Fany, ia juga bertanya pada Fany “Bagaimana kabarmu?”.
“Kabarku baik. Bagaimana denganmu?” Ucapku.
“Kabarku juga baik” Ujarnya.
Beberapa menit kemudian Fany tersadar jika ia sedang berpelukan dengan Raka.
“Ah. Maaf, Raka” Ucapku sembari melepaskan pelukannya.
“Astaga, apa yang aku lakukan? Karena terlalu bahagia bertemu dengannya jadi tanpa sadar aku langsung memeluknya” Batinku.
“Tidak apa-apa, Fany. Aku sangat bahagia bisa bertemu denganmu” Ujarnya.
“Karena terlalu bahagia bertemu denganmu jadi aku langsung memelukmu. Maaf ya” Ucapku.
“Tidak masalah, Fany” Ujarnya.
“Oh, ya. Selama ini kamu kemana saja?” tanyaku sekali lagi.
“Maaf, beberapa waktu ini aku sangat sibuk” Jawabnya.
“Oh. Lalu apa yang kamu lakukan disini?” Tanyaku.
“Aku kuliah disini, Fany” jawabnya.
“HAH?” Fany terkejut mendengar ucapan Raka. “Sejak kapan kamu kuliah disini?” Tanyaku.
“Sudah lama, sejak kita lulus sekolah” jawabnya.
“Lalu kenapa kamu tidak menemuiku?” tanyaku.
“Maafkan aku, karena selama ini aku tidak tahu keberadaanmu” jawabnya.
"Lalu bagaimana bisa kamu menemukanku sekarang?" Tanyaku.
Raka mulai menjelaskan pada Fany tentang keberadaannya selama ini.
“Beberapa bulan yang lalu kebetulan aku tidak sengaja melihatmu sedang berlari jadi aku mencoba mengikutimu, tapi aku belum berhasil mengetahui keberadaanmu karena kehilangan jejak” Jelasnya.
“berarti yang aku lihat beberapa hari yang lalu itu benar kamu” ucapku.
Raka menganggukkan kepalanya, lalu ia melanjutkan ceritanya “Lalu beberapa Minggu yang lalu aku tidak sengaja melihatmu di perpustakaan sampai malam, jadi setelah kamu keluar dari perpustakaan aku mencoba mengikuti kamu lagi.”
“oh, jadi kamu yang mengikuti waktu itu? Lalu kenapa kamu tidak langsung menghampiriku?” Tanyaku.
“Karena waktu itu sudah malam, jadi aku hanya mengikutimu saja” jawabnya.
"Oh."
Sekarang Raka tau tempat tinggal Fany, dan tadi pagi waktu ia lari di lapangan, Raka melihat Fany dihampiri oleh seorang pria tapi Fany berlari menghindarinya, karena penasaran jadi Raka menghampiri pria tersebut dan bertanya padanya.
Raka mengatakan pada Fany, bahwa pria itu tidak bermaksud buruk padanya, tapi ia hanya ingin berkenalan dengan Fany dan ingin menjadi temannya karena Fany wanita yang populer.
Selama Raka bercerita, Fany hanya diam mendengarkannya saja.
Setelah beberapa menit kemudian Raka akhirnya selesai bercerita.
“Fany, apa kamu mendengarkanku bicara?” Tanya Raka seraya menepuk pundakku.
Tepukan pundak yang dilakukan Raka membuat Fany tersadar dari lamunannya.
“Ah iya, aku mendengarkanmu” Ucapku pada Raka.
Fany masih belum percaya jika Raka yang di depannya sekarang merupakan temannya waktu sekolah dulu.
“Apa benar dia Raka temanku waktu SMA dan dia sekarang ada di depanku?” Batinku.
Untuk membuktikan kalau ini bukan hanya halusinasi atau mimpi jadi Fany mencubit pipi Raka.
“Ouh, sakit Fany” keluh Raka.
“Ouh, ternyata bukan mimpi atau halusinasi ku” fikirku sembari tersenyum.
“apa kamu tidak apa-apa?” Tanya Raka.
“Iya, aku tidak apa-apa” jawabku.
Karena bertemu dengan Raka, jadi Fany merasa lupa dengan masalahnya hari ini. Masalah tentang ia yang ada di artikel kampus dan masalah tentang ia belum bisa pulang ke Indonesia untuk liburan semester ini.
“Bisakah kita bicara di luar kampus, sekalian kita makan juga?" Tanya ku.
“Tentu saja” ucap Raka. "Ayo, makan diluar" Ajak Raka.
Flashback on
Dua tahun yang lalu sewaktu Raka dan Fany berada di cafe dan Fany bilang ingin kuliah Desainer Fashion di Paris setelah lulus sekolah.
Setelah itu Raka mencoba untuk mencari informasi tentang perguruan tinggi di Paris juga ternyata ada satu Fakultas yang membuatnya tertarik dan Raka meminta ijin pada orangtuanya untuk kuliah di Paris.
Ketika ayah dan bundanya sedang duduk di ruang tengah, ia menghampiri kedua orangtuanya untuk berbicara dan meminta ijin.
“Ayah, bunda, bisakah aku kuliah di Paris?” Tanya Raka pada orangtuanya seraya duduk di kursi ruang tengah.
“Paris?” Ujar bundanya heran.
“Iya di Paris” jelas Raka.
“Untuk apa kamu kuliah jauh di sana?” Tanya ayahnya.
“Aku ingin kuliah di sana ayah, bolehkah?” Pinta Raka seraya memohon.
“Apa kamu yakin?” Tanya ayahnya meyakinkannya lagi.
“Iya, aku yakin ayah” ucap Raka dengan nada meyakinkan ayahnya.
“Baiklah, jika kamu bisa keterima kuliah di sana ayah akan mengijinkannya” ucap ayahnya.
“Terima kasih, ayah, bunda” ucap Raka seraya tersenyum senang.
Setelah berhasil meyakinkan kedua orangtuanya ia mencoba untuk mendaftar dan mencoba mengikuti test, ternyata Raka berhasil keterima di perguruan tinggi.
Awalnya Raka ingin cerita pada Fany tapi handphone Raka rusak dan setelah handphonenya sudah selesai di perbaiki ternyata contact yang ada di handphone Raka hilang semua jadi dia bingung untuk menghubungi Fany.
Raka mencoba beberapa kali untuk mencari nomor Fany tapi tidak berhasil.
Ia mencoba mencari alamat rumah Fany, dan sewaktu ia datang kerumah Fany ternyata rumahnya sedang kosong.
Karena Raka sudah keterima di perguruan tinggi di Paris, jadi Raka mengurus beberapa surat untuk masuk ke perguruan tinggi dan beberapa surat untuk berangkat ke Paris.
Selama ia mengurus beberapa surat tersebut ia berharap agar bisa bertemu dengan Fany Dan ternyata ia tidak bertemu.
Setelah sampai disini Raka juga bingung harus mencari Fany dimana, Karena disini sangat luas.
Jadi sewaktu perkuliahan sudah dimulai Raka fokus dengan kuliahnya setelah itu Raka pasrah menunggu waktu yang mempertemukan dia dengan Fany saja.
Ternyata benar takdir mempertemukan dia dan Fany lagi sampai akhirnya beberapa bulan yang lalu Raka sempat melihat Fany.
Flashback off
Selama perjalanan menuju tempat makan Raka bercerita tentang kejadian masa lalu setelah mereka berpisah dari cafe di Jakarta hingga ia ada di Paris.
Tanpa terasa ketika Raka sedang bercerita mereka sampai di tempat makan dekat dengan kampus, setelah beberapa saat Raka selesai bercerita.
Mereka pun akhirnya memesan makanan dan selama menunggu mereka bicara.
“Bagaimana kamu bisa tau aku ada di taman kampus?” Tanyaku.
“Waktu kamu jalan ke arah taman aku melihatmu, jadi aku mengikutimu” jawab Raka.
“Okay,, jadi kamu mengikutiku” ucapku.
“Ya” jawabnya.
“Terus darimana kamu tau nomor handphone ku yang sekarang?” tanyaku.
“beberapa waktu lalu aku bertanya pada salah satu anak yang dekat dengan temanmu” jawabnya.
"Siapa?" Tanyaku heran.
"Ben" Jawabnya.
“Kamu kenal dengan ben??” tanyaku.
“Iya kenal, Dia seniorku. Aku minta tolong padanya untuk meminta nomor ponselmu” jawabnya.
Fany terkejut mendengar perkataan Raka yang ia kenal dengan Ben.
“Bagaimana bisa aku bertemu lagi dengan Raka setelah lama tidak bertemu? Bagaimana bisa Raka ada disini sekarang padahal ia yang dulu belum tau apa yang akan ia lakukan setelah lulus?” Fikirku.
Semua pertanyaan Fany tentang apa yang sedang terjadi sekarang, Hanya waktu yang akan menjelaskan semua.
Fany hanya bisa tersenyum karena bisa bertemu dengan Raka. Entah apa yang dirasakan oleh Raka, Fany tidak tahu
Entah Raka merasakan perasaan senang sama dengan Fany atau dia hanya merasa lega bisa bertemu dengan Fany lagi.
To be continued