“Say, ndese bareng akikah!” Itu suara lemah gemulai Samsul, tengah melambaikan tangannya pada Denta, memberi isyarat mendekat.
Denta yang tengah berbicara dengan Aryan membuat gadis itu langsung menoleh. Kemudian berlari ke arah Samsul.
“Cailah, perut lo makin hari makin gede aja ya, Sul?” kekeh Denta sambil menabok perut buncit Samsul.
“Pengen gue uyel-uyel. Kayak ibu-ibu hamil.” Denta cekikikan.
Samsul mendelik sewot. “Jangan, iniperuthak paten Mingyu.” Samsul sudah menjerit histeris, bikin geger para penonton. Sampai-sampai kepala mereka tertoleh ke arah belakang. Lebih tepatnya ke arah Denta dan Samsul.
“Mulut lo, Sul.” Tangan Denta bergerak menampol b****g semok Samsul.
“Sakit elah, Nj*ng! b****g gue!” umpat Samsul. Suaranya yang lemah lembut, jadi kayak cowok sekarang.
Tapi tidak berlangsung lama, karena ketika melihat gerombolan siswa dari SMK Bima lewat di depan mereka, jiwa lekong Samsul kembali meronta-ronta. Buktinya, dia malah tebar pesona dengan membenarkan bando pink-nya dan heboh mencari lipstik.
“Lo ngapain, Sul?” tanya Denta dengan mulut menganga.
“Diem deh! Kali aja ada yang nyantol keaduhaian gue,” katanya sambil mengibaskan rambut pendek miliknya, berlagak rambutnya itu panjang kayak cewek beneran.
Sampai ada saat di mana mulut para gerombolan cowok dari SMK Bima yang udah nggak ada akhlak, justru suit-suit nggak jelas, menggodai Denta yang memasang ekspresi keruh. Dia bahkan membuang muka, sok tuli. Alias pura-pura tidak dengar.
“Anak sekolah mana, Neng? Kok nggak pakai kaus olahraga sekolahnya sih?” goda salah satu cowok sambil berjalan pelan melewati Denta dan Samsul.
“Cantik banget, Si*lan. Mintain nomor w******p apa ID Line langsung aja!” pekik yang lain semangat.
“Jangan elah! Entar kalau ada cowok nya macem mane?” protes yang lain.
Rasanya Denta sudah ingin menggaruk wajah sok ganteng mereka. Tapi, dia hanya memilih diam saja, enggan peduli. Samsul malah dengan kurang ajarnya, justru mengedipkan mata.
“Ri-Fahri! Ada cewek cakep banget. Gas elah, Ri, mumpung lo jomlo.”
Yang dipanggil Fahri langsung menoleh, memperhatikan Denta sebentar, lalu melengos. “Ceweknya Gasta ini mah. Cabut langsung aja sekarang!”
“Ya elah, cuma ceweknya Gasta doang. Masa gitu aja lo takut?” protes yang lainnya.
“Menurut lo? Gue aja hampir masuk rumah sakit gara-gara itu anak. Udahlah, kita cabut aja! Males gue ribut sama itu anak lagi.”
“Punten slur! Ada Jiso Black Pink di sini, kenapa nggak digodain ya? Kok cuma teman gue doang?”
“Najis amat gue godain cewek jadi-jadian,” umpat salah satu cowok. Gerombolan itu cuma melengos saja, enggan mempedulikan. Ada pula yang beberapa menyoraki Samsul.
“Cih, sombong pisan sama akikah,” seloroh Samsul dengan sebal.
“Halo semuanya! Penampilan berikutnya, akan diisi oleh cowok-cowok ganteng perwakilan dari 12 IPA 4 SMA Dharma Wijaya. Mana nih suaranya cewek-cewek yang nggak sabar dengar suaranya abang ganteng?”
Pertanyaan seorang gadis yang berperan menjadi MC, menimbulkan suara riuh siswa-siswi yang memadati depan panggung. Apalagi ketika Gasta mulai naik ke atas panggung, dengan gayanya yang cool. Di susul oleh Leo, Alex, Nugraha dan juga Zelo. Tangan ke empat pemuda itu sudah melambai hangat dan riang. Berbeda dengan Gasta, yang justru menyeringai tipis memandangi pacarnya. Sementara Denta, sudah gemetaran sedari tadi, karena tau betul, bahwa setelah ini, mau tidak mau dia akan naik ke atas panggung, menemani Gasta menyanyi.
“Kak Gasta, nengok sini!”
“Senyummu itu lho, Mas, bikin Adik ngambang di kali.”
“t*i dong?” gumam Denta dongkol.
Entah kenapa dia selalu sewotan, setiap kali melihat cewek-cewek udah kayak kecacingan, setiap kali melihat Gasta--kekasihnya. Apalagi Samsul.
“Ck, cowok gue di godain hadeh,” gerutu Denta sebal.
Gadis itu tertawa sarkas. “Aduh, Mbak! Nggak usah mimpi lo ya! Mana mau Gasta pacaran sama cewek biasa kayak lo,” katanya sambil mengibaskan rambut panjangnya dengan lebay. Kembali menatap ke arah panggung, lalu loncat-loncat. Denta yang sudah bersiap akan mengamuk, langsung ditahan oleh Samsul dengan heboh.
“Eh, Say, jangan didengerin omongan cewek cabe kayak gitu. Bikin capek hati, pikiran dan habisin tenaga aja, Say! Udah sih, lo kalem aja! Santuy.”
“Santuy jidatmu?” kata Denta sambil mengurut dadanya berkali-kali, mencoba sabar.
“Tes, malam semua!” ujar Gasta menyapa pertama kali. Pemuda itu tengah duduk di bangku yang sudah disiapkan oleh panitia. Ngomong-ngomong, di sana sudah ada dua bangku. Yang satu diduduki Gasta, yang satu lagi masih kosong. Gasta yang mau tampil, justru Denta yang deg-degan.
Gasta berdehem saja, sudah berhasil membuat para cewek-cewek kelimpungan dan meleleh. Tidak berbeda halnya dengan Denta yang sudah menggigit daging bibirnya, berusaha sebisa mungkin agar tidak menjerit alay seperti para cewek lain.
“Kami perwakilan dari 12 IPA 4, akan membawakan sebuah lagu berjudul My Heart.” Gasta tersenyum tipis, “Penampilan gue kali ini bakal lebih spesial karena bakal ditemenin cewek gue.”
“Yah!” terdengar suara lenguhan kecewa dari ratusan bibir.
“Itu pasti gue.”
“Gue lah, enak aja!”
“Gas, sebut namaku!”
“Heh, Say, lo mau tampil emangnya? Nemenin Gasta?” tanya Samsul terkaget-kaget. Denta yang dari tadi diam, langsung nyengir.
Gasta menatap ke arah Denta, tersenyum hangat. “Denta Kalla Nayyira. Bisa lo naik ke atas panggung nemenin gue nyanyi?” tanya pemuda itu dengan raut wajah tenang. Semua orang jadi menolehkan kepala mereka menghadap ke arah Gasta. Semua langsung saling berbisik.
Denta mengulum bibir, mencoba menguasai ekspresi. Gadis itu mengibaskan rambutnya sengaja bersikap sok cantik, memandang para cewek-cewek yang meneriaki Gasta tadi remeh. Terutama, gadis yang mengatakan Denta ngaku-ngaku.
“Mamam noh,” sindir Denta dengan raut wajah pedas, membuat gadis itu kicep. Apalagi ketika melihat Denta melangkah mendekat ke arah panggung, membuatnya menganga. Semua orang langsung menyingkir, memberikan jalan bagi cewek itu. Ratusan mata menatapnya tanpa berkedip. Rata-rata melihat Denta dengan tatapan terpesona. Namun banyak juga, yang memandang Denta sewot dan iri. Terlebih perempuannya.
Tiba di panggung, Denta langsung melangkahkan kakinya mendekati Gasta yang sejak tadi menunggunya. Kemudian duduk di sebelah pemuda itu, lalu tersenyum tipis yang justru dibalas usapan lembut pada bagian puncak kepalanya. Menggemaskan sekali.
Semua orang langsung meleleh. Ada juga yang sudah jingkrak-jingkrak histeris sendiri.
“So cute!”
Di sisi lain, Gasta memang terlihat tenang. Sebenarnya sedikit ragu dengan penampilannya. Mengingat dia hanya dua kali latihan dengan lagu ini, apalagi sekarang harus berpasangan dengan pacarnya.
Lagu itu kemudian melantun begitu saja. Secara kompak, semua orang langsung menyalakan flash dari ponsel mereka. Pengen tau siapa yang memulai? Karrel jawabannya. Cowok itu bahkan dengan rusuh menggeseri para murid-murid dari sekolah lain, agar mendapatkan tempat di depan. Tentu saja dengan Retha, Azka dan teman-temannya yang mengekor.
Gasta mengulum senyum tipis. Memulai menyanyikan bagiannya. Menyentil kening Denta sebentar, yang langsung ditabok keras oleh cewek itu. Couple ini memang yang paling langka. Gimana nggak langka, ketika mereka seharusnya menciptakan chemistry, justru malah tabok-tabokan.
Di sini kau dan aku
Terbiasa bersama
Menjalani kasih sayang
Bahagiaku denganmu
Denta menghela napas, kemudian melanjutkan lagunya.
Pernahkah kau menguntai
Hari paling indah?
Kuukir nama kita berdua
Di sini surga kita
Bila kita mencintai yang lain
Mungkinkah hati ini akan tegar?
Sebisa mungkin tak akan pernah
Sayangku akan hilang
If you love somebody could will be this strong
I will fight to win our love will conquer all
Wouldn't reach my love
Even just one night
Our love will stay in my heart
My heart.
Gasta tersenyum tipis, ketika melihat Denta masih terus menyanyikan bagiannya. Ngomong-ngomong, cewek itu jaga-jaga search di Google. Takut kalau lupa.
Semua orang kembali bersorak ketika melihat Denta berhasil membawakan lirik nada tinggi pada lagu itu. Sampai Gasta kembali melanjutkan lagunya. Tangan kirinya bahkan sudah menggenggam tangan Denta. Menautkan jari-jemari mereka.
***
“HALO semua! Sisa tinggal empat penampilan lagi ya! Nah, penampilan yang berikutnya, dari SMA Sevit. Beri tepuk tangan yang meriah untuk kelas 12 IPS 3, yang akan mempersembahkan sebuah drama Putri Tidur.” Tsabita sang narator, mulai naik ke panggung. Gadis itu tampak cantik dengan short dress selutut putih yang membalut tubuh rampingnya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai bebas begitu saja. Di tangan kirinya sudah memegang sebuah map berisi naskah. Sementara tangan kanannya memegang mikrofon.
“Dahulu kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia karena setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya Ratu melahirkan seorang Putri.” Dia memulai membaca bagiannya yang sudah tertulis di kertas. Dengan tenang, dia kembali melanjutkan.
“Raja dan Ratu mengundang dua peri untuk datang dan memberkati Putri yang baru saja lahir itu. Dalam acara megah yang diselenggarakan sebagai penghormatan, masing-masing peri memberikan berkat kepada sang Putri.”
Tsabita mulai melangkah ke sisi kanan panggung, membiarkan Aryan dan Miya yang notabene-nya menjadi raja dan ratu untuk naik ke atas panggung. Mereka terlihat sangat mengagumkan dengan baju kerajaan yang di dapat mereka dari tempat sewa baju-baju untuk pawai budaya.
Gasta, pemuda itu berdiri di barisan dekat panggung, bersama Nugraha, Alex, Leo, ditambah Dira CS. Sedikit lega, ketika melihat Aryan menjadi raja, bukan pangerannya. Ngomong-ngomong, atas panggung jadi ramai sekarang, didatangi oleh para rakyat jelata. Siapa lagi kalau bukan Tian dan kawan-kawan yang kebetulan kedapatan peran jadi rakyat biasa.
“Aryan jadi makin cute aja deh, pakai baju kerajaan gitu,” oceh Gista.
“Selamat datang di pesta ini,” ujar Aryan dengan senyum merekah,
“Terima kasih atas kedatangannya. Kalian semua benar-benar akan penuh warna dengan kelahiran Aurora,” sambung Miya yang tangannya kini sudah memeluk lengan Aryan. Padahal saat di bawah panggung tadi, keduanya sempat adu mulut, karena nggak mau pegangan tangan sesuai perintah Alvaro. Ngomong-ngomong, Miya juga menggendong boneka kecil yang dibungkus rapi. Boneka itu diperalat menjadi bayi.
“Para peri, tolong berikan berkah bagi Aurora!” kata Aryan lagi.
Rana dan Galang yang menjadi peri. Galang, pemuda itu terlihat begitu kocak, mengenakan gaun warna pink menyala, dan rambut palsu berwarna hitam. Tidak ketinggalan mahkota kecil di kepala, juga tongkat sakti yang ada di genggamannya.
Demi Tuhan, rasanya Galang ingin nangis saja dengan penampilannya. Wajahnya jadi cantik, bukan ganteng lagi, setelah di-make up habis-habisan oleh Denta. Gaun yang dipakainya saja, milik cewek itu.
“Sumpah kocak abis. Itu kan si Galang monyet yang jadi perinya,” pekik Leo heboh sendiri, menepuk-nepuk bahu Gasta saking ngakaknya. Gimana nggak mau ngakak, kalau ada cewek jadi-jadian di atas panggung. Tidak hanya Leo, Nugraha, Alex yang tertawa, Gasta dan Dira CS pun melakukan hal serupa.
“Aurora, akan menerima berkat dari kami,” ujar Galang dan Nara kompak.
“Kamu akan menjadi Putri tercantik di dunia dan kamu juga akan menjadi seorang Putri yang periang,” kata Galang dengan suara dibuat selembut mungkin, meski mati-matian dia sudah pengen turun panggung.
“Kamu akan selalu mendapatkan banyak kasih sayang dan Kamu akan dapat menari dengan sangat anggun,” sahut Nara, peri kedua.
“Kamu akan dapat bernyanyi dengan sangat merdu juga akan sangat pintar memainkan alat musik,” sambung ke dua peri itu kompak. Tsabita kembali melakukan tugasnya sebagai narator. Dia mulai membaca bagian berikutnya.
“Tiba-tiba datang penyihir jahat ke tengah acara itu. Ia sangat marah karena tidak diundang. Semua orang memang sudah lama tidak pernah melihat penyihir tua itu dan mengira bahwa ia sudah meninggal atau pergi dari kerajaan. Peri tua yang marah itu mendekati sang putri,” ujarnya dengan intonasi yang jelas dan tepat.
Hauri, gadis yang dijuluki emaknya Aryan dan kawan-kawan, mulai hadir di tengah-tengah panggung. Dia membawa tongkat panjang. Gaunnya berwarna hitam menjuntai sampai ke mata kaki. Dia memakai rambut palsu berwarna putih. Tak ketinggalan make up yang mempertegas sisi jahatnya. Hidung panjang dan bibir yang diberi lipstik warna hitam.
“Haha! Mengapa saya tidak diundang ke pesta ini?” katanya dengan tawa yang dibuat-buat.
Miya, sang ratu nampak mendesah pelan. “Saya pikir Anda telah meninggal wahai Elves,” ujarnya pada sang penyihir.
Hauri menggeram marah. “Aku akan mengutuk Aurora. Anak Anda akan tertusuk jarum pintal dan dia akan mati,” katanya dengan sarkas. Dia begitu menjiwai peran antagonisnya. Semua rakyat yang menghadiri pesta dibuat ketakutan dan Ratu menangis.
“Oh tidak! Apa yang akan terjadi dengan anakku!” pekik Miya dengan sangat lebay sekali.
Peri Galang langsung berseru, seolah menenangkan. “Tetap tenang, Ratu! Aku tidak bisa membatalkan kutukan itu. Tetapi saya dapat memberikan berkat untuk putri Anda. Yaitu, anak Anda akan tertidur jika dia tertusuk jarum sampai 100 tahun. Semua kutukan akan hilang jika ada seorang pangeran yang menyelamatkan sang putri,” ujarnya sambil terseyum.
Aryan ikut tersenyum. “Terima kasih, Peri Galang. Anda membantu kami begitu banyak,” katanya sok terharu.
“Suatu hari, ketika sang putri berusia 18 tahun, dia sedang berjalan di istana. Dia melihat seorang wanita yang sedang memintal kain yang tidak lain adalah penyihir yang sedang menyamar,” kata Tsabita sang narator.
Denta, sang putri cantik jelita mulai naik ke atas panggung. Sontak saja hal itu menimbulkan reaksi berlebihan para penonton, terutama cowok. Dia terlihat begitu cantik dengan gaun berwarna pink yang menjuntai sampai semata kaki.
Rambutnya yang tak terlalu panjang, di-curly bagian ujungnya, nampak dia biarkan tergerai indah begitu saja. Tidak ketinggalan, mahkota indah yang menghias rambutnya, serta high heels warna gold yang menjadi ornamen kakinya. Ngomong-ngomong soal high heels, sepatu itu dia dapatkan dari hasil meminjam sepatu milik mamanya Gasta.
“Apa ini?” tanya Denta--sang putri.
Gasta yang awalnya sempat terpesona melihat penampilan Denta jadi langsung mendelik. Meski begitu, Gasta tetap meronggoh ponselnya, merekam acting cewek itu di panggung. Dira, Gista dan Ivon, sudah berteriak heboh menyerukan namanya. Begitu pula dengan para cowok-cowok genit yang lain. Tidak ketinggalan, Karrel dan pacarnya juga hadir menjadi penonton. Cowok itu tak kalah terpukaunya seperti yang lain. Begitupula dengan Retha. Dia tau, Denta adalah cewek yang pernah ditaksir Karrel dulu. Dia sangat cantik, apalagi ketika berdandan seperti itu, Retha jadi minder.
“Ini adalah tenun, Putri,” balas si penyihir jahat.
Denta merapatkan bibirnya. “Saya baru pertama kali melihat alat seperti ini. Bolehkah saya mencobanya?”
“Dengan senang hati, Putri,” kata Hauri sambil menyeringai licik. Penyihir jahat yang diperankan oleh Hauri, sengaja menusukkan jarum ke jari Putri. Sang putri terjatuh tidak sadarkan diri. Penyihir langsung tertawa jahat.
“Hahaha, kutukan itu menjadi kenyataan!” katanya, kemudian ngacir pergi. Tidak lama, setelahnya Raja dan Ratu kembali. Mereka tidak menemukan sang putri begitu juga dengan para rakyat rakyat juga.
“Saya takut terjadi sesuatu dengan anakku. Sa-saya takut ada sesuatu yang--” Miya menangis di panggung, dengan Aryan yang mencoba menghiburnya.
“Jangan berpikiran yang tidak-tidak, Istriku,” kata Aryan. Rasanya Aryan hendak muntah saja, mendengar cara berbicaranya yang ala-ala kerajaan begini. Apalagi, memanggil Miya dengan sebutan istriku. Menggelikan sekali.
Sampai tidak lama, Miya berlari ke arah Denta yang ber-acting tidak sadarkan diri.
“Ya Tuhan! Apa yang terjadi dengan putriku? Suamiku, kemarilah!”
Miya terus menangis, walau air matanya saja tidak keluar sama sekali.
“Oh, tidak! Semoga kutukan penyihir tidak menjadi kenyataan!” Aryan berucap dengan penuh penghayatan. Denta yang pura-pura pingsan jadi merinding sendiri.
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya ratu, pada Aryan.
“Kita harus memanggil para peri,” balas Aryan panik.
“Sang raja pun mengirim surat tentang kejadian itu untuk peri Nara dan peri Galang,” ujar narator.
Ratu terisak. “Para Peri, tolong bantu anakku!” pekiknya nyaring.
Peri Nara membalas. “Maaf, saya tidak bisa mencabut kutukannya. Ini adalah kenyataan,” katanya penuh sesal.
“Lalu bagaimana?” tanya Raja.
“Semua penghuni kerajaan akan tertidur,” balas peri Galang.
“Jika itu yang terbaik untuk putriku, baiklah!” sahut Miya.
Tsabita mendekatkan mikrofon ke arah mulutnya. “Setelah itu Aurora dan semua penghuni kerajaan tertidur dan semak-semak belukar tiba-tiba tumbuh menghalangi kerajaan.” Semua orang mulai meninggalkan panggung, termasuk Denta yang sudah diangkat oleh Alvaro dan Sony selaku seksi perlengkapan dan tata panggung.
“Setelah 100 tahun. Datang seorang pangeran yang kebetulan berburu di dekat kerajaan. Dan dalam perjalanan dia bertemu Peri Galang dan Peri Nara,” ujar narator lagi.
Naufan, sang pangeran mulai naik ke atas panggung. Kehadirannya di sini, membuat para cewek yang menjadi penonton sontak saja langsung menggila. Dia terlihat tampan dengan kostum pangerannya, ditambah mahkota di atas kepalanya. Tangannya memegang sebuah pedang panjang.
Gasta yang melihat kehadiran Naufan langsung mendecak tak suka. Tentu saja dia tidak terima, melihat cowok lain yang menjadi pasangan Denta dalam drama ini. Beda lagi dengan Raya--pacar Naufan, siswi dari SMA Cendrawasih, dia malah loncat-loncat kegirangan, melihat pacarnya hadir di tengah-tengah panggung.
“Pangeran,” panggil Peri Galang dengan lebay sekali.
“Siapa kamu?” tanya Naufan dingin. Berbanding terbalik dengan sifat aslinya yang hangat dan ramah.
“Saya Peri Galang. Pangeran tolong bantu kami!” katanya lagi. Galang tuh pengen misuh aja rasanya, mengingat dialognya yang lebih banyak daripada Nara, yang notabene-nya peri sungguhan, karena cewek tulen.
“Apa?” tanyanya. Enak sekali dia, jadi pemeran utamanya, dialognya sedikit-sedikit.
“Tolong bantu kami dan negeri kerajaan timur, ada Putri yang sudah tertidur cukup lama karena terkena kutukan dari Elves. Dan kamu adalah pangeran yang telah terpilih untuk membangunkan sang putri, Pangeran Andrea,” ujar Galang lagi.
“Aku? Tapi aku tidak tahu tentang hal itu?” balas Naufan.
“Ya, kamu. Tolong bantu aku. Hanya kamu yang bisa menghilangkan kutukan itu,” sahut peri Nara.
“Baik peri. Saya akan datang ke kerajaan Timur dan saya akan menghilangkan kutukan sang putri,” balasnya sambil tersenyum tipis.
“Terima kasih banyak. Tapi kamu harus berhati-hati. Elves tentu akan mencoba untuk menggagalkan usahamu,” sambung peri Galang.
“Keesokan paginya pangeran meninggalkan kerajaannya untuk membangunkan Aurora dari tidur panjangnya. Saat Pangeran tiba di kerajaan. Elves telah menunggunya.” Sang narator kembali melanjutkan bagiannya dalam kertas yang dia pegang. Sejak tadi, Tsabita sudah nahan pipis karena posisinya selalu berada di atas panggung. Beda dengan yang lain sudah turun panggung. Sementara dia stand by berdiri di panggung.
“Hei, kamu pangeran bodoh jangan berharap bahwa kamu dapat menyelamatkan sang Putri Aurora karena sebelum kamu berhasil, aku akan membunuhmu!” pekik Hauri melangkah mendekat.
“Aku tidak takut dengan penyihir bodoh sepertimu! Aku berjanji padamu aku akan menyelamatkan sang putri,” kata Naufan sinis.
“Apa! Beraninya kamu mengatakan hal seperti itu padaku?” teriak Hauri sangat murka.
“Ya, karena saya berani membunuhmu!” balas Naufan lantang.
“Pergilah kamu peri bodoh!” Naufan mengayunkan pedanganya.
“Ah ... tidak!” Hauri memekik kesakitan dan berlari turun dari panggung. Akhirnya penyihir jahat berhasil dibunuh oleh Pangeran Andrea, sehingga kesempatan Pangeran Andrea untuk menyelamatkan sang putri semakin mudah.
“Segera pangeran datang ke istana dengan tujuan untuk menyelamatkan Putri Aurora dari kutukan,” ujar Tsabita. Dia sibuk menahan tawa, melihat Oky--yang berperan menjadi pohon, malah ketiduran di balik kostumnya. Beruntung Nafa--pohon satunya, segera menyadarkan.
“My princess Aurora, disini aku akan menyelamatkanmu dari kutukan peri jahat,” kata Naufan, dia melihat Denta yang sedang tertidur di meja yang sudah dissiapkan Alvaro dan yang lain seolah menjadi ranjang tidur bagi Denta. Gasta yang melihat acting Naufan, sontak saja mendelik sinis. Enak saja bilang my princess. Padahal Denta itu kekasihnya.
“Pangeran Andrea pun segera menghampiri Putri yang masih tertidur pulas dalam kutukan penyihir jahat. Lalu Pangeran Andrea memegang tangan sang Putri dan menciumnya,” kata narator. Gasta membelalakkan mata saat melihat Naufan mulai mendekati Denta dan benar-benar memegang tangan Denta. Mendengar kata mencium, di langsung panik sendiri. Awas saja jika dia benar-benar mencium Denta. Gasta tidak akan terima, sekalipun cuma acting.
Terlihat, Naufan mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Denta. Gadis itu terlihat sedikit membuka sebelah matanya, sambil menggumam pelan.
“Awas lo cium gue beneran!” ancam Denta menggumam dengan mata yang terpejam. Memang, saat latihan, Alvaro memerintahkan Naufan hanya mendekatkan wajah keduanya saja, tidak sampai mencium. Awalnya, Naufan memang hanya berniat mendekatkan wajah mereka saja, tidak sampai mencium Denta beneran. Sampai hal yang tidak diharapkan terjadi.
“Eh?” kata Naufan spontan.
Tepat ketika petir menyambar terdengar. Saat itu pula, Naufan yang tersentak kaget, tanpa sengaja mendaratkan bibirnya, tepat mengenai kening Denta. Gasta dan Raya--yang notabene-nya pacar mereka berdua, sontak saja syok. Tangan Gasta sudah terkepal menahan marah. Aryan pun juga tak kalah terkejutnya seperti teman sekelas yang lain. Beda dengan mereka, para penonton langsung dibuat meleleh dan menjerit envy. Tentu saja mereka semua begitu menggilai acting mereka, yang sangat totalitas. Tidak tau saja, jika ciuman itu atas unsur ketidak sengajaan.
Wajah Denta sudah memerah padam. Tentu saja tidak terima, karena dicium oleh Naufan. Apa kabar Gasta yang lagi menonton sekarang? Belum lagi pacar Naufan yang pastinya akan ngamuk sama dia. Namun, demi pementasan berjalan seperti semestinya, Denta mencoba untuk tetap tenang. Dia mulai mengerjap-ngerjapkan matanya, seolah terbangun dari tidurnya.
“Oh, pangeranku, terima kasih. Bahwa kamu sudah membebaskan saya dari kutukan dengan keberanian kamu,” kata Denta, walau nyatanya dia sudah ingin menonjok cowok itu sekarang. Naufan yang sudah nampak ketar-ketir mencoba untuk tetap menguasai ekspresi. Dia mendesah pelan. Berusaha tetap stay cool.
“Pangeran, terima kasih telah menyelamatkan kerajaan ini dari kehancuran lama,” katanya lagi.
“Jangan menyembah saya seperti itu. Jujur saya ingin mengatakan bahwa saya sangat mencintaimu putri. Apakah kamu ingin menikah dengan saya?” tanya Naufan.
“Menikahlah dengan putriku Pangeran dan kalian akan hidup bahagia,” ujar Miya tiba-tiba. “Iya kan suamiku?”
“Tidak bol— eh, tentu saja istriku.” Aryan sampai khilaf mengatakan tidak boleh.
“Ibu, Ayah, terima kasih. Pangeran, sebenarnya kamu adalah seseorang yang telah lama saya tunggu. Aku mencintaimu juga. Jadi, aku menerima permintaanmu “
“Akhirnya Putri Aurora dan Pangeran Andrea menikah di Kerajaan Timur dan mereka hidup bahagia selamanya,” ujar Tsabita. Para pemain mulai naik ke atas panggung. Manusia berjumlah 25 orang itu, mulai rusuh di sana, tidak sama sekali bisa anteng. Memang sudah setelannya, kalau berkumpul lengkap begini, bawaannya pengen baku hantam terus.
Raut wajah Denta terlihat sangat kebingungan, ketika melihat Gasta sudah tidak ada di tempatnya berdiri tadi. Meski begitu, dia tetap membungkuk, memberi salam pada para penonton yang mulai bertepuk tangan sambil bersiul-siul heboh.
***