Bagian 20

925 Kata
Saat ini Nancye sedang di klinik, ia baru saja memberikan lamaran kerjanya kepada seorang pria tampan yang juga salah satu dokter senior di klinik. "Kamu pernah bekerja dirumah sakit mana sebelumnya?" tanya pria itu yang dikenal dokter Richard. "Di rumah sakit Patton." "Apa? Rumah sakit Patton? Itu adalah rumah sakit terbesar di California, kenapa kau memundurkan diri di rumah sakit itu? Semua orang malah berusaha untuk mendapatkan kesempatan bekerja di sana, tapi kau membuang kesempatan itu?" "Aku memiliki alasan, kenapa aku bisa memundurkan diri dari rumah sakit itu, apa aku bisa ketrima kerja disini?" "Baiklah. Kau bisa mulai bekerja besok, kebetulan tenaga medis di klinik ini masih sangat kurang. Kita memang membutuhkannya." "Benarkah?" Richard mengangguk. "Terima kasih, Dok. Terima kasih," kata Nancye sembari menjabat tangan Richard. Nancye akan memulai hidup barunya di kota kecilnya, ia sudah tak memiliki niat untuk kembali ke kehidupannya yang dulu, dimana ada Darren dan orang-orang yang berusaha menyingkirkannya. Sampai dirumahnya, ketika hendak masuk ke rumah sederhananya, Nancye mendengar suara Darren memanggilnya. "Sayang!!" panggil Darren tapi tak membuat Nancye berbalik. "Aku apaan sih, sampai sekarang belum bisa melupakannya, sampai suaranyapun selalu bermain di telingaku," gumam Nancye. Tiba-tiba suara Barca dari dalam rumah terdengar histeris. "Ada apa, Barca?" "Kakak, lihat itu," tunjuk Barca. Nancye lalu membalikkan tubuhnya melihat ke arah jari Barca. Nancye membulatkan matanya penuh karena tak percaya jika Darren sedang berdiri dengan tampannya tepat di depan rumahnya. Nancye mengusap-ngusap matanya agar sadar apa yang ia lihat sekarang. "Apa aku sudah gila?" tanya Nancye kepada barca yang masih terdiam menatap Darren. Nancye kembali melihat Darren dan baru menyadari jika Darren memang benar-benar ada di depan rumahnya. "Darren?" Darren mengangguk. "Iya, Sayang. Ini aku." "Ka-kakak? Kakak?" Nancye lupa jika Barca melihatnya saat ini. "Kamu masuk sana ke kamar." "Tapi, Kak?" "Jangan tapi-tapi, Kakak akan menceritakannya nanti," kata Nancye. Setelah melihat Barca masuk ke kamar, Nancye lalu menghampiri Darren yang sedang berdiri tepat di depan rumahnya, ingin rasanya ia berlari memeluk kekasihnya itu tapi ia harus menahannya. "Kamu ngapain ke sini? Dari mana kamu tau ini rumahku?" "Apa kamu lupa? Aku seorang Darren, tak ada yang tak bisa ku lakukan walaupun harus mencarimu ke kota kecil manapun," kata Darren berharap saat ini Nancye berlari memeluknya. "Jika kamu ke sini untuk menyuruhku pulang bersamamu, kamu salah, aku tak akan pernah kembali," kata Nancye tegas. "Apa kau tak merindukanku? Aku ke sini karena merindukanmu," kata Darren. "Pergilah. Please ….” Nancye memohon. "Sayang, dengarkan aku.” "Aku tak ingin mendengar apa pun dari kamu." "Apa aku bisa memelukmu?" tanya Darren dengan nada lirih. "Jangan kemari lagi," kata Nancye sembari masuk ke rumah dan menutup pintu meninggalkan Darren yang masih berdiri kaku di depan rumahnya. Darren hanya bisa diam dan mematung di tempat, ia tak bisa apa-apa untuk membuat Nancye percaya kepadanya dan memulai semuanya kembali seperti dulu. Nancye melihat Darren di balik tirai yang masih berdiam diri. "Andaikan saja kamu lebih peka terhadap perasaanku, ini semua tak akan terjadi," kata Nancye. "Jadi … kekasih Kakak itu Darren Hilston?" tanya Barca. "Apaan, sih, Barca, tidak usah ikut campur." "Tadi kata Kakak, mau diceritain." "Dia mantan kekasih Kakak, jadi jangan mengatakan apa pun kepada Mom." Barca histeris mendengar pengakuan kakaknya. "Diam, Barca. Jangan berteriak seperti itu.” Ketika kembali mengintip Nancye sudah tak melihat Darren berdiri di depan rumahnya. "Dasar!" gumam Nancye lalu masuk kedalam kamarnya. **** Esok paginya Nancye bersiap untuk memulai aktifitasnya di klinik. "Pagi, Sayang," sapa Darren. Nancye terkejut melihat Darren memakai jaket hitam bertopi dan kaca mata hitam yang menutupi sebagian wajahnya agar tak terlihat oleh semua orang karena jika orang orang tau itu hanya akan membuatnya kerepotan sendiri. "Kamu masih di sini?" "Aku tak akan kembali jika kau tak ikut bersamaku." "Apa kau tak memiliki kesibukan sendiri? Perusahaanmu bukannya banyak? Mereka pasti membutuhkanmu, jadi jangan membuang waktumu untuk mengejarku," kata Nancye tegas, sembari melanjutkan perjalanannya. "Please, Sayang. Maafkan aku." Mendengar kata itu langkah kaki Nancye terhenti. Tak lama kemudian suara pria menyapanya. "Hai, Dokter Nancye, Morning." "Morning, Dokter Richard," jawab Nancye. "Mau bareng?" "Oke," kata Nancye seraya naik ke atas motor Richard tanpa memperdulikan Darren yang masih mengharapkan maaf darinya. Darren melihat hal itu, hatinya terbakar oleh api cemburu, ia mengepal kedua tangannya dengan tatapan mengintimidasi. Sampai di klinik, Nancye duduk di ruangan kerjanya, sembari membayangkan wajah tampan Darren. "Aku bukannya tak mau memaafkanmu, tapi sedikit membuatmu merasakan apa yang ku rasakan itu cukup buatku sedikit lebih tenang," kata Nancye. **** Di hotel miliknya Darren meneguk sebotol minuman keras, melihat Nancye naik ke atas motor pria lain dan memeluknya dari belakang membuatnya cukup marah sampai botol minuman itu ia lempar ketembok dan percikan pecahan kacanya mengenai luka di wajah serta lengannya. Tak lama kemudian ponselnya berdering telpon dari Werol. "Ada apa, Werol?" "Tuan, kita punya masalah di kantor," "Ada apa?" "......" "Baiklah. Malam ini aku akan kembali." Darren mengakhiri telpon dan duduk di sofa, Darren menatap lurus kedepan. "Jika kau tak mau ikut denganku, terpaksa aku harus sedikit menyakitimu agar kau mau pulang bersamaku, salahmu telah membuatku gila," kata Darren. Darren mengotak atik ponselnya dan berbicara dengan seseorang di seberang jalan. Setelah berbicara dengan seseorang di seberang telfon, Darren mencoba memejamkan matanya, wajah Nancye manaiki motor seorang pria terbayang di pikirannya. Hal itu cukup membuatnya marah apa pun yang terlihat di depan matanya selalu ia pukul hanya untuk melampiaskan kemarahannya walaupun tangannya sudah mengeluarkan banyak darah. BERSAMBUNG. . . Jika kalian suka jalan ceritanya jangan lupa tekan like / love ya, karena dari love / like kalian, saya bisa berkarya dan memberikan cerita-cerita yang lebih baik lagi. Salam cintaku. Irhen Dirga
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN