Danu Bangkrut dan Terpuruk

1165 Kata
"Fitri.." "Ya, ini aku Fitri mas.., Fitri yang telah kau buang karena alasan aku yang tidak berguna, Fitri yang telah kau anggap mati dan kini ada dihadapanmu" Kehadiran ku bersama mas Pramudia membuat mas Danu terkejut mungkin tidak percaya kalau aku ini masih hidup, tak lama kemudian tubuh mas Danu ambruk tepat di kaki ku, ia bersimpuh memohon maaf, menangis sejadi - jadinya. Kubiarkan mas Danu mencium kaki ku yang terlihat begitu terpuruk, namun hati nuraniku masih ada ku coba membangunkannya, ku hela nafas ini dengan berat ada rasa iba melihatnya yang berada di posisi terpuruk seperti saat ini. "Bangun mas, sudah.." "Maafkan mas Fitri, maafkan.. mas hiks hiks hiks" Derai air mata mas Danu tumpah, tangannya memelukku erat membuatku sesak, ku coba melepaskan pelukannya, karena melihat sorot tatapan mas Pramudia seakan tak suka. "Ehm.." Deheman mas Pramudia akhirnya membuat mas Danu mengerti dan melepaskan pelukannya. "Nah, ini yang paling mas tidak suka honey" bisik Pramudia membuatku tak nyaman dan merasa bersalah. Kami bertiga duduk di sofa ruang tamu, huh.. sungguh tak terawat walau letak perabotan rumah tidak berubah namun kondisi rumah yang kusam dan tidak terurus. "Fitri, maafkan mas.. kamu ternyata masih hidup, mas kira..." "Mas kira aku sudah mati.." "Hhuh.., maafkan mas" "Its oke mas" Mas Danu menunduk terlihat jelas gurat kekecewaan di wajahnya, entahlah kalau ingat kelakuannya dulu kepadaku ingin rasanya ku cincang tubuhnya sampai tak tersisa, namun dengan melihat keterpurukannya membuatku luluh seakan begitu saja hilang diterpa angin. Mas Danu menggenggam erat jari jemari tanganku menempelkan dipipinya berulangkali mencium membuatku merasa risih dan segera menepiskan genggamannya. "Fitri, kamu kenapa ada disini, dan mengapa bisa bersama dengan pak Pramudia?" Tatapan mas Danu mengisyaratkan heran melihat kebersamaan kami. "Ah, mas iya.. tak sengaja aku lewat rumah ini dan mampir karena kata mas Pram sudah lama kamu tidak ngantor, dan mengenai mas Pramudia beliau adalah suamiku" Jelasku jujur, ku akui dari raut wajahnya terlihat sangat kecewa dan terlihat menjadi sungkan karena bagaimana pun juga mas Pramudia adalah klien investor saham terbesar dikantornya. "Jadi nyonya Fia itu kamu Fitri?, maaf aku sungguh tak percaya dengan kenyataan ini, aku kira kamu adalah benar - benar sosok Fia, ya.. tuhan dunia memang terasa sempit" "Sebenarnya mas sangat menyesal, dengan semua yang terjadi, andai waktu bisa di ulang, mas akan memilih mempertahankan mu, berlian mas buang malah kerikil dijalan mas pungut" "Sudahlah mas, gak perlu menyesali yang sudah terjadi, aku bersyukur mas menyadarinya, aku telah menemukan seseorang yang telah membuatku merasa menjadi ratu dan aku sangat bahagia sekali mas, dan mas Pramudia adalah suamiku" Ku genggam tangan mas Pramudia, tangan yang membuatku bisa melalui dari keterpurukan yang tak sanggup ku hadapi kala itu. "Syukurlah kalau memang ternyata pak Pramudia adalah pendamping mu, memang orang baik hanya berjodoh dengan orang baik, sedangkan dari dulu aku dan Risna tak pernah menikah, aku sangat kecewa dengannya, disaat terpuruk begini dia malah pergi entah kemana" "What, jadi selama ini mas dengan Risna tidak menikah" "Iya Fit, dan mungkin ini adalah karma buat mas karena telah mendzolimi istri yang setia, ah.. iya penyakitmu...-" "Alhamdulilah, telah sembuh total tentunya dengan batuan mas Pramudia kami bertemu waktu di hutan" "Owh.., tuhan memang maha adil dan maha bijaksana" Helaan nafas mas Danu terdengar sangat berat, membuatku merasa tidak tega melihatnya. "Apa rencana pak Danu selanjutnya" tanya suamiku "Entahlah pak, saya juga masih bingung, staf kantor saya menggelapkan uang perusahaan dan kabur entah kemana, hutang saya dimana - mana, gaji karyawan banyak yang belum dibayar, yang tersisa tinggal rumah ini saja dan mungkin akan saya lepas, tapi.." "Tapi kenapa pak?" "Rumah ini bukan rumah saya saja, namun ada bagian Fitri" "Owh, kalau itu jangan terlalu difikirkan pak Danu bagaimana kalau saya saja yang beli rumah ini?, tenang saja saya akan sesuaikan dengan harga pasaran" "Baiklah pak, terima kasih atas semuanya, kalian sangat baik, saya benar - benar malu" Ucapan mas Danu terdengar lirih menyentuh hati. "Ini hanya bentuk rasa kemanusiaan saja pak Danu tak perlu sungkan, apalagi kita adalah patner kerja, kalau anda rugi tentu saja saya pun ikut rugi, sedangkan tak ada dikamus saya dengan kata rugi" Mas Danu tertunduk lesu, ia mencerna setiap ucapan dari mas Pramudia. Aku sungguh beruntung mempunyai suami yang sangat penyayang dan baik hati. Ku peluk suamiku dengan erat dan enggan ku lepaskan kini dia adalah bagian dari separuh jiwaku. "Thanks sayang, love you" Ku bisikan kata terindah di telinganya dan ku cium lengannya dengan takzim. "Ehm.." Suara deheman mas Danu membuyarkan pelukanku dengan suamiku, membuat ku merona dan salah tingkah. Mas Pramudia hanya terkekeh melihat kelakuanku yang menurutnya lucu itu, ish.. suamiku memang selalu bikin aku salah tingkah. "Honey, lanjut dirumah aja di sini malu ada pak Danu.. hehe" Itulah suamiku selalu saja berhasil membuatku tersipu. Begitupun dengan mas Danu yang terlihat tidak enak melihat pemandangan di hadapannya. "Baiklah pak Danu bagaimana kalau sekarang saja kita transaksi jual beli rumahnya, dengan begitu pak Danu bisa menyelesaikan permasalahan yang bapak hadapi sekarang" "Dengan senang hati pak Pram, sebentar saya ambil dulu sertifikatnya" Sementara mas Danu menuju kamarnya, mas Pramudia malah sibuk menggodaku "Sayang untuk apa sih kamu beli rumah lagi?" "Untuk dikontrakin honey, lumayan kan.. udah intinya yang harus kita lihat itu kemanusiaannya, gak rugi juga menolong orang" "Hhm.. baiklah suamiku sayang, aku dukung kamu, itulah yang aku nggak suka dari kamu.., terlalu peduli sama orang lain" " Kamu cemburu honey, come on don't jealous please.." Tatapan mata sendu suamiku membuatku sangat terpana namun aku berpura - pura merajuk. "Maaf lama menunggu, saya harus mencari dulu sertifikatnya untung saja ketemu" "Nggak apa - apa pak Danu, oke kita lanjut transaksi saja, biar cepat selesai ya pak, soalnya gak enak juga hari sudah sangat malam, udah jam 11 malam. " Baik pak" Semua berjalan lancar, rumah pun di lepas mas Danu dengan berat hati semua telah deal, mas Pramudia mengeluarkan cek menulis nominal fantastis 5 milyar untuk ukuran rumah yang lumayan besar. Waktu itu ketika aku dengan mas Danu mengeluarkan uang lebih dari 3 milyar untuk pembelian plus biaya renovasi, masih untung 2 milyar. "Apa ini tidak terlalu berlebihan pak?" "Nggak, kok pak tenang aja ini tak seberapa dibanding dengan kebahagian istri saya" "Baiklah, saya ucapkan banyak terima kasih, namun saya tidak berhak menerima semuanya, karena ada hak Fitri di dalamnya karena ini murni jerih payah kita bersama dulu, dan untuk Fitri mohon diterima aku nggak mau menerimanya kalau tidak di bagi dua" "Baiklah kalau itu mau mas dan demi kebaikan semuanya, aku terima" "Baiklah, kalau begitu karena semua telah selesai, kami pamit pak" "Saya ucapkan banyak terima kasih untuk bapak dan Fitri, semoga tuhan membalas kebaikan bapak, dan semoga bapak dan Fitri samawa, tolong titip Fitri pak, bahagiakan dia karena kini hanya bapak yang bisa membahagiakanya" "Tentu, pak Danu jangan khawatir saya akan jaga Fitri karena ia adalah istri saya" Kami pun pamit ada rasa lega di d**a ketika berdamai menjadi solusi. Memang benar adanya, dendam hanya akan menggerogoti jiwa, biarlah tuhan saja yang membalasnya, karena ku yakin tuhan tidak tidur. Cie cie mas Pramudia sama Fitri bikin iri.. mesra teruus..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN