Mendapatkan pertanyaan dari kariyawannya itu. Bu Jamal pun tersenyum lembut. “Boleh,” jawab Bu Jamal setuju pada permintaan Yuuna.
Dengan jawaban itu Yuuna sedikit lega karena dengan begitu ia dapat mengatakan kepergiaannya pada Reza dan Reina, dua orang yang sudah banyak membantunya.
Setelah pembicaraan itu selesai Yuuna dan Indri berpamitan untuk undur diri. Mereka kembali ke perkejaan masing-masingnya. Yuuna merasa beban dirinya sudah cukup berkurang walau tentu masih ada rasa khawatir dan juga perasaan sesuatu yang akan terjadi ke depannya.
Hari dimana Yuuna izin dari bekerja untuk datang memenuhi undangan dari Reza yang akan meresmikan pembukaan bisnis barunya. Ia masih bekerja bersama sahabatnya yaitu Junni untuk membantu Junni, sebagai asisten Junni secara terpaksa. Reza juga seorang yang sangat berkompeten terbukti ia juga memiliki bisnisnya sendiri yang tidak kalah besar.
Reza akan menjadi orang yang pertama Junni hubungi jika ia dalam keadaan yang sangat genting karena Universitas tempat Junni mengajar adalah kota yang sama dengan kota tempat tinggal Reza, dengan alasan itulah Junni selalu meminta bantuan pada Reza jika dengan berada di kota itu.
Yuuna mengetahui hal itu setelah Reina menjelaskan sebenarnya hubungan dari Junni dan Reza. Hal itu jugalah yang membuat Yuuna kadang khawatir dengan Reza, ia takut jika ia terlalu akrab dengan Reza maka ia akan bertemu lagi dengan Junni. Ia merasa takut sewaktu-waktu Junni juga menuntutnya karena telah menjadi penyebab terbunuhnya calon istri Junni.
Yuuna mengakui ia terlalu pengecut untuk mengaku kesalahannya, walau penyebab utamanya adalah Romi kakak Yuuna sendiri. Yuuna mengetahui bahwa sang kakak angkat, Romi kini sudah tertangkap oleh polisi berkat dari kesaksiannya juga dan bantuan dari Reza. Ia merasa serba salah dan takut yang tidak akan pernah enyah dari pikirannya.
“Yuuna…!” panggil suara wanita dari pintu depan kontrakan Yuuna. Yuuna saat itu sedang sendirian karena Harumi dan Mika sudah berpemitan lebih dulu untuk pergi bekerja.
Yuuna yang tersadar dari lamunannya, Yuuna berdiri dari duduk termenungnya di kursi ruang tamu kontrakannya. Yuuna melangkahkan kakinya menuju pintu depan untuk membukakan pindu karena ia menyadari jika suara itu adalah suara Reina yang akan menjemputnya mengajaknya untuk pergi ke salon dan mengmake oven yang lebih tepat mereka hanya ingin bercancan saja. Yang awalnya Yuuna menolak dengan alasan Reina bisa mendandaninya, Reina sempat mengiyakan permintaan Yuuna tetapi hari ini Reina malah percaya diri dengan hasil riasannya dan berujung mereka ke salon untuk merias diri.
Setelah Reina dipersilahkan masuk oleh Yuuna, Yuuna akhirnya angkat suara tentang Reina yang terlalu pagi datang menemuinya di kontrakan.
“Rei bukankah ini terlalu pagi untuk kita bersiap-siap?” ucap Yuuna yang memang belum bersiap sedikitpun. Ia hanya sudah mandi tetapi tidak menggunakan pakaian yang akan digunakan untuk ke pesta itu atau memoles wajahnya dengan sedikit riasan, mungkin. Ya karena itu hanya kemungkinan yang tidak dilakukan oleh Yuuna.
“Tidak, karena kita akan ke salon…!” ucap Reina dengan semangat. Sedangkan Yuuna akan protes karena ia tidak ingin pergi ke salon. Karena seperti janji awal Reina yang akan membantunnya berias.
“Tidak boleh protes, aku tidak yakin dengan hasil akhirnya nanti dari pada hasilnya bukan jadi glow up tapi glow down kita lebih baik ke salon, hihihi…” tutur Reina saat tahu jika Yuuna akan protes dan tidak ingin ke salon.
“Baiklah, tapi yang berdandan hanya kamu-kan Rei? Karena aku hanya datang memenuhi undangan dari Reza dan menemanimu di pesta itu,” ungkap Yuuna sepemahaman dirinya untuk datang ke undangan Reza.
“Tidak sekedar itu, sangat sederhana sekali sih otakmu ini Yuu… kamu memang diundang Reza dan menjadi temanku di pesta tapi aku juga mau melihatmu berdandan, ya ya ya kumohon menurutlah sekali ini…” pinta Reina dengan memohon pada Yuuna menangkupkan kedua tangannya sambil memandang lekat Yuuna dengan mata bulatnya.
Yuuna kesal dengan dirinya sendiri karena ia tidak kuat dengan yang imut-imut seperti Reina dan ia tidak bisa menolak permintaan Reina yang jelas menyeretnya dalam lingkaran kegelapan bagi Yuuna. Yuuna memiliki pikiran-pikiran jika ia berrias maka ia bisa saja menjadi pusat perhatian dan ia takut itu.
“Tapi Rei… nanti aku jadi pusat perhatian dan aku malu…” tutur Yuuna jujur pada Reina. Reina mendengar penuturan Yuuna tapi hampir saja meledak karena tertawa. Ia belum pernah bertemu dengan orang sepemalu Yuuna seumur hidupnya dan Yuuna adalah yang pertama.
“Ahhahaha…! Saat para wanita ingin menjadi pusat perhatian, kamu kenapa malah malu menjadi pusat perhatian, kamu sungguh ajaib Yuuna…” ungkap Reina setelah ia puas tertawa sampai ia harus memegang perutnya karena kram akibat tertawa.
Yuuna memandang Reina dengan tatatapan bingung, karena ia bingung apa yang membuat Reina tertawa, padahal ia hanya tidak ingin menjadi pusat perhatian walau itu terlihat berbeda bagi wanita pada umumnya.
“Apa yang salah dengan merasa malu Rei…?” tanya Yuuna dengan polosnya.
Reina langsung mengerusak rambut di puncak kepala Yuuna. “Tidak ada yang salah malah bagus tapi untuk hari ini kumohon mau dirias ya…?” pinta Reina lagi.
Yuuna yang tidak kuat dengan bujukan Reina yang sudah dari tadi meminta dirinya menurut dengan apa yang dikatakan Reina. Yuuna akhirnya pun menganggukkan kepalanya mengiyakan. “Baiklah… tapi jangan terlalu mencolok,” pinta Yuuna lagi pada Reina.
Reina tersenyum lebar karena Yuuna menurut padanya. “Iya… tenang saja, jadi siap untuk berangkat?” Reina mengiyakan permintaan Yuuna dan ia bertanya apakah Yuuna sudah siap untuk mereka berangkat.
“Aku ganti pakaian dulu,” pinta Yuuna, karena ia belum bersiap sama sekali.
Setelah Reina menunggu Yuuna untuk berganti pakaian, selesai Yuuna berganti mereka pun beranjak dari kotrakan kediaman Yuuna dan pergi ke salon yang Reina tuju. Harap harap cemas Yuuna berdoa jika Reina kali ini benar-benar akan menuruti permintaannya tadi karena Yuuna takut Reina hanya mengiyakan tetapi tidak melakukannya. Reina adalah teman pembangkang jika kata Yuuna.
Selama perjalanan Yuuna diam sambil mendengarkan Reina bersenandung bernyanyi berbagai lagu kesukaannya. Selama perjalan Yuuna tidak merasa sepi karena suara Reina yang terus terdengar di gendang telinganya melantunkan nyanyian gembira sampai sedih.
Saat sampai di tujuan mereka, Yuuna lebih dulu memandang lekat tempat yang seumur hidupnya belum pernah ia sekalipun mengijakkan kaki ke tempat semodel tempat yang ada di depannya saat ini. Yuuna melihat ke pintu masuk yang terdapat dinding kaca di kiri dan kanannya, dan di sana ditempelkan poster gambar model potongan rambut dan plang nama salon yang terdapat di atas pintu masuk kaca berbingkai hitam.
Yuuna mengalihkan pandangannya sebentar kearah Reina yang baru saja keluar dari mobil dengan membawa tentengan paper bag ditangannya. Lalu kembali Yuuna melihat ke depannya tepat di bangunan salon di depannya itu. kemudian Yuuna menghembuskan nafasnya berat. “Huuuhhh…” desah Yuuna. Ia tidak pernah terpikir akan menginjakkan kaki ke tempat seperti itu di saat ia menduduki umur 18 tahun.
“Yuu… ayo…!” panggil Reina menyadarkan Yuuna dari keterpakuannya.
Yuuna adalah seorang gadis desa yang tinggal di tanah perbukitan masa kecilnya ia hanya bertemu dengan pepohohanan buah karena orang tua angkatnya adalah seorang petani. Dan masa remajanya ia sudah bekerja dan tidak pernah memikirkan untuk menghias dirinya, karena dengan rupanya yang saat itu saja Yuuna sudah merasa mala petaka selalu mengintainya dan datang padanya, contohnya saat ia akan dijual oleh sang kakak angkat dan saat kejadian itu satu nyawa terenggut dan ia sendiri terluka. Bagi Yuuna cantiknya bukan anugrah yang bisa ia manfaatkan dan patut disyukuri karena ia malah merasa tertekan dan ketakutan.
Yuuna mengikuti langkah kaki Reina, ia hanya berani membututi bukan berjalan di samping Reina seperti biasa mereka berjalan bersama. Kali ini ia tidak berani, karena ia akan menginjakkan kaki di tempat yang baru pertama kali ia masuki.
“Jangan takut begitu, biasa saja orang yang ada di dalam sana tidak akan memakanmu…” ucap Reina sambil terkekeh karena sebelum ia membuka pintu salon di depannya ia melihat kearah belakang dimana Yuuna mengkor di belakangnya dengan wajah yang was-was. Setelah ia mengatakan ucapannya tadi Reina terkekeh karena melihat wajah Yuuna yang menurutnya lucu.
Reina membuka pintu salon dan Yuuna ikut masuk ke dalam salon dengan perasaan was-was. Sesaat mereka berdua sudah berada di dalam, mereka langsung disambut oleh penjaga salon tersebut.
“Aaaaa… mbak Reina… lama gak ke sini… Iyen kangen sama mbak Rei…” kata penjaga salon itu yang sudah kenal betul dengan Reina. Dia adalah seorang laki-laki kemayu penjaga dan pemilik salon tersebut. Ia tidak menyentuh Reina saat tahu Reina datang ke tempatnya tetapi ia terus berbicara hingga Yuuna merasa pusing dan takut-takut.
“Reina sibuk Iyen, dan hari ini Reina minta Iyen dandani kami berdua secantik mungkin…!” pinta Reina pada Iyen.
Iyen langsung melihat kearah tunjuk Reina tadi. “Dia?” tanya Iyen dengan tatapan sangat bertanya pada Reina.
“Iya,” jawab Reian singkat balas menatap Iyen.
Tanpa disangka Iyen langsung mendekati Yuuna dengan gerakan cepat, gerakan Iyen tadi membuat Yuuna terkejut dan langsung spontan mundul dengan wajah terkejutnya.
“A, a, a, a…” kata Yuuna sambil meletakkan tangannya di depan d**a untuk melindungi diri, jaga-jaga mana tahu Iyen akan menyerangnya secara tiba-tiba.
“Eh…?” kata Iyen sambil menatap bingung Yuuna. Kemudian Iyen berbalik memandang Reina yang masih berdiri di tempatnya. “Dia kenapa sih…?” tanya Iyen pada Reina, bermaksud kenapa Yuuna tiba-tiba mundur saat Iyen mendekatinya.
Reina kemudian sadar dengan raut wajah Yuuna yang was-was takut. “Ahahaha… Yuuna dia tidak berbahaya… tenang saja,” ujar Reina untuk membuat Yuuna tenang dan tidak ketakutan dengan penuh was-was seperti itu.
“Ah… dia ketakutan?” tanya Iyen lagi. Setelah Reina mengangguk sebagai jawaban Iyen kembali melihat kearah depan untuk kembali menatapYuuna. “Jangan takut… aku gak makan padahal… ih kamu jahat masa takut sama Iyen…” rajuk Iyen pada Yuuna.
Sedangkan Yuuna melihat rajukan Iyen bukannya luluh seperti Reina menunjukkan rajukan pada Yuuna, tetapi malah merasa aneh dengan sikap Iyen.
“Namanya Yuuna, dia juga tidak suka disentuh sembarangan,” jelas Reina pada akhirnya karena ia tidak ingin Yuuna memiliki banyak pikiran buruknya terhadap Iyen yang sebenarnya adalah orang yang baik.
“Iyen baik kok Yuu… jangan takut dia tidak akan menyentuhmu sembarangan,” jelas Reina pada Yuuna yang masih was-was karena Iyen masih ada di depannya.