Rencana licik Morgan

1253 Kata
"Kathleen, ayo segera masuk ke mobil dan pergi dari sini. Hujannya semakin deras!" teriak Darren saat dilihatnya Kathleen hanya bergeming di tempatnya. Padahal pasir tempat Kathleen terduduk sudah sangat basah terkena hujan yang mengguyur sejak 20 menit yang lalu. Dan nyatanya hujan pada siang itu tak kunjung mereda malah semakin memperbesar intensitas turunnya air dari langit. Kathleen sebenarnya sudah merasa menggigil, namun egonya membuat dia bertahan, meraung serta melampiaskan kekesalan kepada Darren yang memutuskan hubungan mereka dengan alasan pria itu sudah tidak mencintainya. "Tinggalkan aku sendiri jika kamu sudah tidak mencintai aku lagi!" sentak Kathleen berharap jika pria itu akan kasihan dan kembali lagi ke dalam pelukannya. Darren terdiam saat mendengar perkataan dari Kathleen yang seperti ultimatum itu. Berulang kali dia menyakinkan perasaannya jika Kathleen masih menempati relung hatinya. Namun angan hanyalah sebatas angan, bukannya Kathleen malahan Cecilia, gadis yang sekarang terpatri di dalam pikirannya. Raut wajah Cecilia dan lekuk tubuhnya serasa membuat Darren mencandu akan setiap hal dari gadis yang kerap bertengkar dengannya itu. "Kath, apakah kamu yakin dengan perkataanmu ini, jika aku tidak boleh mendekati kamu jika tidak memiliki perasaan lagi meskipun hanya secuil?" tanya Darren dengan gamang. Dia tidak ingin meninggalkan Kathleen sendirian dalam keadaan hujan deras seperti ini. Dan lagi tubuh ramping itu sudah menggigil hebat dan artinya gadis itu sudah merasa kedinginan. Namun, tatapan mata yang ditunjukkan oleh Kathleen itu jelas tatapan marah. "Aku serius Darren, tinggalkan aku jika kamu rasa cinta itu tidak lagi ada di dalam hatimu!" bentak Kathleen kembali yang adalah sandiwara. Gadis itu masih memakai sistem tarik ulur, dalam hatinya Kathleen berucap jika tak mungkin rasa cinta Darren menguap begitu saja. Rasanya kebersamaan mereka selama 1 tahun ini pasti meninggalkan satupun kenangan indah bagi Darren meskipun hanya secuil. "Kathleen, kalau begitu akan aku pesankan taxi untuk mengantarkan kamu kembali ke kost kamu. Aku... akan menunggu di sini sampai kamu dijemput baru kemudian pergi," ucap Darren, memandang lirih mantan kekasihnya. Kathleen terhenyak saat mendengar perkataan dari Darren, tidak menyangka bahwa perkiraannya meleset. Pria itu ternyata memang sudah tidak mencintai dirinya lagi, kembali dia meraung dengan masih ditemani oleh derasnya air hujan dan petir yang menyambar. "Kamu lebih baik pergi saja sekarang! Aku tidak mau melihatmu!" jerit Kathleen seakan berlomba dengan alam. "Baiklah kalau itu memang keinginan kamu, sekali lagi maafkan aku, Kathleen," Darren pun akhirnya benar-benar meninggalkan Kathleen tanpa menoleh ke belakang sedikitpun. Sepeninggal Darren, Kathleen bersumpah akan membalaskan sakit hatinya kepada Darren, setelah pengorbanannya meninggalkan segala kenyamanan di negaranya demi untuk menyusul sang tuan muda Sanjaya. Pikirannya pun tak lama membersitkan suatu nama "Cecilia", ya, Kathleen yakin jika jalang itu yang membuat Darren melupakan dirinya. "Hey, Kath, sedang apa kamu di sini hujan-hujanan?" Kathleen mendongak saat mendengar seseorang memanggilnya. "Mau apa kamu memayungi aku? Aku tidak butuh belas kasihan dari orang yang sama liciknya denganku," dengkus Kathleen saat mengetahui siapa yang sedang bersamanya saat ini. "Santai saja, Nona. Tidak perlu kesal seperti itu. Aku kebetulan saja melihat kamu dan Darren saat baru keluar dari mobilnya. Well, ternyata hubungan kalian...." "Jangan bicara bertele-tele, Morgan. Katakan saja apa mau kamu mendekati aku di saat seperti ini?" sentak Kathleen memotong perkataan Morgan. "Jadi dalam hal ini saja ya kalian sehati," gumam Morgan dengan tertawa geli dan membuat Kathleen semakin kesal. "Jadi Kath, ayo ikut aku. Aku akan menawarkan kerjasama yang saling menguntungkan untuk kita berdua," ucap Morgan sambil membantu Kathleen berdiri yang tidak memperdulikan betapa basah dan kotornya gadis itu saat ini. Morgan terus membiarkan tangan kanannya menggantung di udara, karena Kathleen tak jua menyambutnya. Gadis bermata biru itu lebih memilih untuk bangun dengan kekuatannya sendiri, meskipun itu terasa sulit baginya. Akhirnya tak ada pilihan lain bagi Morgan untuk membiarkan Kathleen berusaha sendiri. Morgan tak langsung membawa Kathleen pulang ke tempat kost gadis bule itu, melainkan ke apartemennya. Pria itu meminta gadis itu untuk segera mandi dan berganti pakaian. Jangan ditanya dari mana pria itu dapat menyimpan beberapa pakaian wanita di dalam lemarinya. Kathleen menerima gaun mini bewarna hitam itu dengan seringai sinis. Ternyata Morgan dan hobinya berpetualang dengan banyak wanita belum juga berubah. "Jadi apa rencana yang akan kamu tawarkan kepadaku?" tanya Kathleen. "Itu akan kita bicarakan setelah kamu mandi dan memakan sesuatu yang hangat. Tubuh kamu tadi sudah terlalu lama di bawah guyuran air hujan," Kathleen mengangguk sebagai respon terhadap perkataan Morgan. Hanya butuh waktu 15 menit untuk Kathleen mandi dan memakai pakaian. Dia sedang tidak mood untuk merias wajahnya setelah apa yang dialami di pantai. Gadis bermata biru itu lekas mendekati Morgan yang sedang membuat sup jagung telur. Pria itu memintanya untuk makan sebelum memulai pembicaraan. "Jadi apa kamu sudah siap dengan apa yang aku tawarkan ini?" tanya Morgan dengan memainkan sebelah alisnya. "Tentu saja aku siap, aku tidak rela jika kedua orang itu pada akhirnya akan bahagia setelah mencampakkan aku!" pekik Kathleen dengan buku tangan mengepal nggak memperlihatkan urat yang menonjol. "Aku sudah mempersiapkan rencana ini sejak dulu, tak kusangka akan tiba waktunya untuk merealisasikannya," ucap Morgan yang entah sejak kapan mengeluarkan sebuah botol kaca kecil dan menghadapkannya ke arah Kathleen. "Melihat kamu memperlakukannya secara istimewa aku dapat menerka jika itu adalah sebuah cairan yang sangat berguna," sahut Kathleen dengan memicingkan mata. "Ya tentu saja ini sangat berguna, Dear. Namanya obat perangsang dan tidak mudah bagiku untuk mendapatkannya," mata Kathleen sontak melebar saat Morgan selesai berucap. "Sinting.... Untuk apa kamu menggunakan obat perangsang bagi gadis yang bersedia melemparkan tubuhnya kepada kamu!" jerit Kathleen sambil menyisir rambut yang masih basah dengan tangan kanannya. "Hanya gadis ini pengecualiannya, dia selalu memandangku dengan sinis dan mengatakan hal yang tajam dengan mulutnya. Padahal aku ingin buka mulut itu dipakai untuk memuaskan 'ini', " ujar Morgan dengan gerakan menepuk-nepuk pusaka tempat ular sancanya bersarang. "Seorang Morgan ditolak? Sungguh tidak dapat dipercaya, memangnya siapa sih gadis yang berani-beraninya menolak pesona seorang Morgan Jayadiningrat," imbuh Kathleen yang lalu tertawa. "Cecilia Wijaya, dia satu-satunya gadis yang selalu menolakku di saat gadis-gadis lainnya antri untuk mendapatkan sedikit perhatian dariku,'' ucap Morgan dengan mata terpejam membayangkan jika tubuh kecil Cecilia berada di dalam kungkungan tubuhnya yang besar. "Tidak dapat aku percaya! Mengapa kalian para pria bisa menyukai wanita s****l seperti itu! Mata kalian sepertinya sudah rusak sehingga tidak dapat membedakan mana yang cantik dan mana yang palsu!" Kathleen yang murka menaikkan intonasi suaranya dan membuat Morgan berjengit. "Ah rupanya persaingan antara wanita untuk memperebutkan seorang pria," celetuk Morgan yang mendapat lemparan sendok dari Kathleen. "Sial! Itu sakit. Kath, kenapa kamu melemparku dengan sendok?'' geram Morgan sembari mengusap dahinya yang masih terasa sakit. "Karena kamu mengatakan hal yang tidak berguna. Sekarang cepat jabarkan detail rencanamu agar kita berdua dapat dapat segera bertindak." Desak Kathleen dengan mata memancarkan binar gairah. "Hey, sabar dulu Kath. Kenapa kamu yang malahan tidak sabar daripada aku," ejek Morgan yang lalu menyimpan botol kaca itu di dalam saku kemeja berwarna navy itu. "Karena Darren harus menjadi milikku apapun caranya," desis Kathleen yang membayangkan wajah putus asa Cecilia saat dia menikahi Darren. Kathleen bukannya tidak peka untuk merasakan jika benih cinta itu telah tumbuh meskipun hanya secuil saja di hati keduanya. Darren yang menuruti perkataan Cecilia dan mengacuhkannya, serta Cecilia yang menyusul Darren untuk kembali ke kantor adalah sinyal ketertarikan yang bahkan tidak Darren ataupun Cecilia sadari. "Aku tidak menyangka jika partnerku akan se-ambisius ini jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu," goda Morgan yang lagi-lagi mendapatkan hadiah lemparan sendok dari Kathleen. "Cepat katakan apa rencanamu!" bentak Kathleen yang merasa jengah dengan kelakuan Morgan. Dengan menyunggingkan senyum smirk, Morgan mengatakan rencananya kepada Kathleen yang ikut mengembangkan senyum, membayangkan jika rencana yang mereka berdua susun akan sempurna dan Darren akan kembali menjadi miliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN