Cecilia Sakit!

1288 Kata
"Ya Tuhan, Cecilia!" Darren menjerit saat melihat Cecilia yang tergeletak di lantai kamar mandi yang untungnya kering, petugas hotel berusaha membangunkannya dengan menepuk pipi Cecilia namun tidak membuahkan hasil. Dengan cepat Darren menggendong Cecilia dan meletakkannya di atas kasur. "Mas, bisa tolong carikan baju Mbaknya biar saya gantikan, sebab bajunya sudah basah oleh keringat," ucapan petugas hotel membuat Darren menuju ke lemari dan menyambar kaos lengan panjang berwarna pink dan celana panjang batik. Petugas hotel segera memintanya untuk keluar sebentar saat dia akan menggantikan baju Cecilia yang memang tampak basah di bagian punggung dan d**a. Darren tersentak saat bayangan hitam terlihat dari balik kemeja putihnya yang menerawang karena basah. Tanpa perlu dijelaskan lebih lanjut Darren tahu apa yang baru saja dia lihat. 10 menit kemudian, pintu kembali terbuka dan petugas hotel mempersilahkan Darren untuk masuk. Petugas itu meminta izin untuk pergi ke dapur untuk membawakan teko dan sebotol air minum agar Darren dapat memanaskan air untuk diminum oleh Cecilia. Selepas perempuan itu pergi, pria itu menghampiri Cecilia yang masih belum sadarkan diri di ranjang. Wajah gadis itu terlihat pucat dan keringat sesekali mengucur dari dahinya. Tangan Darren memegang dahi Cecilia yang ternyata panas, sayangnya dia tidak membawa termometer digital jadi tidak dapat memperkirakan dengan jelas berapa suhu tubuh Cecilia. Tapi pria itu yakin jika suhu tubuh gadis itu berada di atas 37 Celcius. Tuhan, semoga demamnya Cecilia cepat turun atau besok pagi-pagi sekali aku akan membawanya ke rumah sakit. Pikirnya dengan perasaan cemas. Namun di menit berikutnya Darren langsung teringat dengan obat-obatan yang baru saja dia ambil. Tadi di rumah sakit, petugas apoteker mengatakan jika ada antibiotik dan paracetamol untuk berjaga-jaga jika suatu saat Cecilia merasakan nyeri ataupun demam. Apakah dokter Gusti sudah memperkirakan jika Cecilia akan mengalami sakit sehingga meresepkan kedua jenis obat itu di antara obat-obatan racikan lainnya? Dan pengalaman berada di negara orang lain selama 8 tahun membuat Darren sedikit paham bagaimana cara merawat orang sakit. Darren meraih gagang telepon yang terletak di sebelah kiri ranjang Cecilia dan menghubungi resepsionis jika dia membutuhkan baskom dan handuk kecil. Tak lama petugas hotel yang menemukan Cecilia pingsan di kamar mandi datang dengan barang-barang yang Darren butuhkan. "Apakah Mas masih membutuhkan barang lain?" tanya wanita itu dengan nada ramah meskipun terselip rasa cemas. "Sementara ini saja, jika kurang maka saya akan menghubungi resepsionis," jawab Darren dengan mengurai senyum. Setelah berpamitan, akhirnya Darren benar-benar sendirian dan memulai mengompres dahi Cecilia dengan air hangat untuk mengeluarkan panas tubuhnya. Gadis itu harus meminum antibiotik dan Paracetamol agar tubuhnya mendapatkan bantuan untuk melawan rasa sakit. Tapi bagaimana caranya agar dia membangunkan Cecilia? Di tengah rasa kalut itu, perlahan tapi pasti Cecilia membuka matanya dan memandang Darren dengan lemah. Tidak ada tatapan yang biasanya garang dan penuh arogansi itu, saat ini Cecilia terlihat seperti gadis pada umumnya yang butuh perlindungan dan semakin membuat Darren merasa memiliki keterikatan dengan Cecilia. "Cecil, kepala kamu sakit?" tanya Darren sambil terus menekan pelan handuk yang ada di dahi Cecilia yang hanya mengangguk lalu kembali memejamkan mata. Darren tidak bisa membiarkan gadis ini kembali tidur dengan perut kosong dan belum meminum obatnya. Akhirnya dia meletakkan handuk kecil itu ke dalam baskom yang airnya sudah dingin lalu mengguncang pelan bahu Cecilia. "Cecil, saya sudah belikan kamu makan. Kamu harus makan sedikit dan meminum obat agar demamnya turun," ucap Darren dengan suara agak keras. "Saya tidak lapar, lebih baik Bapak tinggalkan kamar ini agar saya bisa beristirahat kembali," sahut Cecilia dengan merintih kesakitan. "Kamu pikir saya adalah orang yang tidak punya hati, mana mungkin saya meninggalkan kamu sendiri yang sedang terbaring sakit seperti ini," sahut Darren dengan kesal. "Sekarang lebih baik kamu mendengarkan kata-kata saya untuk makan sedikit agar dapat meminum obat." Sambung Darren yang segera membantu Cecilia untuk duduk. Dengan perlahan Darren menyuapkan sup ayam agar perut Cecilia merasa hangat dan nyaman. Hanya 5 suap yang berhasil gadis itu telan sebelum mengeluhkan rasa pahit dan mual. Meskipun hanya sedikit itu Darren merasa jika sudah cukup untuk melapisi lambung Cecilia yang akan menerima obat-obatan sebentar lagi. "Saya kompres lagi dahi kamu agar panasnya cepat turun," ucap Daren yang membantu Cecilia untuk kembali tidur. Rasanya aneh juga melihat Cecilia yang tidak berdaya seperti ini. Dan lagi kenapa dia harus merasakan panik saat melihatnya terbaring di lantai kamar mandi seperti itu? Sebuah pemikiran yang tidak Darren temukan jawabannya. Dia lantas melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan angka 10. Sudah cukup larut, tapi anehnya Darren tidak merasakan kantuk sama sekali. Seakan otaknya memerintahkan untuk terjaga selama dirinya merawat Cecilia yang sedang sakit ini. Berulang kali dalam 1 jam Darren menyentuh dahi Cecilia untuk memastikan apakah suhu tubuh gadis itu sudah turun ataukah meningkat lagi. Dan syukurlah seperti efek obat-obatan itu sudah bekerja, Cecilia mengeluarkan banyak keringat dan itu membuat suhu tubuhnya sedikit menurun meski masih terasa panas di tangan Darren. Syukurlah pada jam 3 subuh, Cecilia sudah tidak demam lagi. Melihat kausnya yang sudah penuh dengan keringat membuat Darren cemas jika Cecilia akan kembali sakit karena masuk angin. Tapi pilihan membangunkan petugas hotel berjenis kelamin perempuan bukan pilihan yang bijak juga sebab mereka sudah letih bekerja. Setelah menghela nafas berkali-kali, Darren menuju ke lemari untuk mengambil baju ganti untuk Cecilia. Sebuah kaus tipis berwarna biru muda. Darren! Ingat kamu hanya menggantikan baju Cecilia yang sudah basah kuyup oleh keringat. Hanya itu! Bentak otaknya memberikan peringatan keras. Akhirnya Darren mendudukkan Cecilia dengan perlahan dan menyangga tubuh gadis itu dengan bantal guling yang cukup besar. Tuhan, ampunilah hamba yang terpaksa berbuat lancang kepada Cecilia. Engkau tahu niat hamba yang sesungguhnya. Darren terus merapal doa di dalam hatinya. Nafas Darren tercekat saat tangannya menyentuh kaus yang melekat pada tubuh Cecilia, dengan kasar dia membatalkan niat untuk menggantikan pakaian gadis itu karena tangannya sampai bergetar saat mencoba melepaskan kaus berwarna pink itu. Dengan kesal dia membatalkan niat untuk menggantikan pakaian Cecilia, tapi demam gadis itu akan kembali jika dia dibiarkan tidur dengan baju basah seperti ini. Dan saat melihat selimut yang menempel pada kaki Cecilia membuat Darren mendapatkan sedikit pencerahan. Selimut itu akan dia gunakan untuk menutupi tubuh gadis ini agar tidak terlalu terekspos oleh matanya. Sekadar melihat gadis yang memakai sejenis kemben pada tubuhnya seharusnya tidak ada masalah, bukan? Tanya Darren dalam hati. Perjuangan ternyata dimulai saat kaus Cecilia sudah berhasil Darren lepaskan. Selimut itu ternyata tidak membantu banyak, kulit tubuh Cecilia yang putih dan mulus ini membuat sesuatu yang ada di dalam diri pria itu bergejolak. “Padahal aku sering melihat gadis bule yang memakai bikini saat musim panas. Gadis-gadis bule yang seksi itu malah tidak pernah membuatku berpikir macam-macam saat kulit tubuh mereka yang hampir telanjang itu terlihat di jalan umum,” gumam Cecilia yang masih kesulitan memakaikan kaus pada tubuh Cecilia. Ada apa dengannya yang bereaksi berlebihan seperti ini terhadap Cecilia? Seakan dia tidak mengenal diri sendiri jika harus berhadapan dengan Cecilia. Otak dan hasrat yang saling berperang membuat Darren gelisah. Godaan untuk mengagumi tubuh Cecilia sangat besar, sementara hati kecilnya terus memaki dan mengatakan jika dia adalah pria m***m yang memanfaatkan kesempatan saat seorang gadis sedang sakit. Dan yang paling parah dari semua ini adalah erangan yang keluar dari bibir Cecilia malah membuatnya merinding serta membangunkan sesuatu. Beberapa menit kemudian, Darren merasakan nyeri di bagian tubuh bawahnya yang juga membuat kepala pria itu menjadi penat. Bahkan meminum segelas air tidak juga meredakan rasa tidak nyaman yang dia rasakan saat ini. Akhirnya Darren dapat bernafas lega saat berhasil memakaikan Cecilia baju dan mengembalikan posisi gadis itu agar kembali berbaring dan menyelimuti tubuhnya supaya dia tidak merasakan kedinginan. Dengan cepat Darren menuju kamarnya untuk mandi agar rasa panas ini mereda lalu kembali ke kamar Cecilia untuk memastikan jika gadis itu sudah tidak apa-apa. Oh Cecilia! Gadis itu benar-benar membuatku susah, bahkan dalam keadaan sakit sekalipun. Gerutu Darren saat melihat wajahnya yang sedang tertidur lelap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN