Ketika masuk ke dalam ruangan meeting, Darren melihat Cecilia tengah terlibat dalam sebuah perdebatan sengit dengan seorang pria berusia 50 tahunan. Wajah pria tersebut sudah memerah, dan kerap menunjuk-nunjuk pada gadis yang tetap bersikap diam dengan ekspresi wajah yang datar.
Sementara orang-orang di dalam ruangan yang dingin bak kulkas itu hanya dapat menyaksikan perdebatan mereka tanpa seorang pun yang berani mencampuri. Sepertinya tak ada yang berani masuk di antara pertarungan dua individu ini yang sudah terlihat seperti predator yang saling menyerang ini.
"Kamu ini masih seumur jagung jadi sekertarisnya Pak Gio sudah berani mengatur-atur saya yang lebih tua dari kamu!" bentak Pak Handoyo.
"Jadi Bapak mau main senioritas rupanya," timpal Cecilia dengan nada menyindir.
"Ckckck, inilah kesalahan Pak Gio yang terlalu mengistimewakan perempuan ini. Makanya dia jadi tidak tahu diri," balas Pak Handoyo dengan nada sinis.
"Jadi Bapak iri ceritanya, karena saya dapat keistimewaan dari Pak Gio untuk melakukan apa yang menurut saya benar dan membuang yang salah." Darren tercengang saat mendengar ucapan balasan dari Cecilia yang tidak kenal rasa takut itu, padahal usia Pak Handoyo jelas jauh lebih tua daripada dirinya.
"Jadi menurut kamu apa yang saya dan tim kerjakan itu salah?" tanya Pak Handoyo dengan jari yang kembali mengacung kepada Cecilia.
''Ya jelas sangat salah, Bapak meminta para karyawati untuk menemani klien maupun kolega untuk memenangkan tender. Memangnya Bapak pikir mereka itu l***e!" timpal Cecilia dengan suara meninggi.
Darren juga tidak tahu bagaimana melerai perdebatan diantara keduanya yang sangat sengit. Tapi saat mendengar perkataan Cecilia mengenai karyawati yang seperti dipaksa oleh timnya Pak Handoyo mengenai kegiatan entertaining tak ayal membuatnya geram juga.
Bagaimana bisa pria itu mengorbankan karyawan untuk kemajuan perusahaan? Sungguh tidak dapat dibiarkan. Baru saja Darren akan masuk ke dalam perdebatan, Pak Handoyo kembali berkata kepada Cecilia.
''Dangkal sekali pikiran kamu, Cecilia. Bukan rahasia umum jika dalam suatu perusahaan kita ada entertaining kolega," ucap Pak Handoyo yang terkesan merendahkan para karyawati itu.
"Ya dan para karyawati itu dipaksa untuk mengangkang didepan para hidung belang yang sebenarnya sudah punya anak dan istri. Berarti sungguh murah sekali nilai perempuan di mata Bapak jika Bapak masih berdalih itu adalah entertaining untuk para klien!" ucapnya dengan nada tinggi dan dari gerak geriknya Darren tahu jika Cecilia masih ingin melanjutkan perkataannya.
"Bagaimana jika anak Bapak atau salah satu anggota keluarga Bapak yang perempuan terkena pelecehan seksual oleh para penjahat kelamin? Apakah Bapak masih dengan gagah mengatakan itu hanya sebatas hiburan?" Sebuah kalimat pamungkas yang membungkam mulut dari pria yang memiliki perut buncit itu.
"Ada apa ini?" tanya Darren sambil berjalan menuju tempat keduanya berdiri dan berpura-pura tidak tahu akar permasalahannya.
"Kami berdua hanya berbeda pendapat, tapi seperti yang Bapak Darren lihat, diamnya Pak Handoyo ini tanda jika beliau sudah dapat menerima apa yang menjadi pendapat saya," ucap Cecilia dengan menyunggingkan senyum sinisnya ke arah pak Handoyo yang dadanya mengembang kempis menahan amarahnya.
Siapapun dapat melihat jika pria itu sedang menahan emosi karena malu lantaran tidak dapat membalas perkataan dari Cecilia. Membayangkan dirinya akan bekerja sama dengannya membuat bulu kuduknya merinding seketika. Sepertinya mereka akan sering berbeda pendapat dan berakhir dengan perdebatan sengit yang baru saja dia saksikan.
"Kalau tidak ada lagi yang ingin Pak Handoyo bicarakan saya permisi dulu," ucap Cecilia sambil meninggalkan ruangan meeting dengan diiringi oleh ketukan sepatu yang beradu dengan lantai keramik.
Darren segera menyusul Cecilia keluar dari ruangan dan melihat gadis itu sedang menendang tong sampah sambil mengumpat kasar dan membuatnya seketika ragu apakah dia memang sekertaris. Tingkah laku Cecilia lebih cocok disebut preman menurut Darren.
"Woaah. Santai aja, enggak usah juga tong sampah yang enggak salah jadi pelampiasan emosi kamu," ucap Darren yang segera menahan kedua tangan Cecilia agar tidak kembali menendang benda yang tidak bersalah itu.
"Ckckck, Bapak mengganggu saja," sahut Cecilia dengan nada ketus.
"Lebih baik kita keluar sebentar untuk meluapkan emosi dan kekesalan kamu," ucap Darren yang jengah melihat amarah Cecilia yang tidak jelas seperti ini.
"Bapak mau korupsi waktu? Sekarang belum waktunya makan siang," timpal Cecilia dengan nada jutek.
"Cecilia, 15 menit lagi juga sudah waktu makan siang. Jadi enggak apa-apa kalau kita keluar sebentar. Lagian saya ini kan wakil CEO jadi bebas dong mau masuk dan keluar kantor kapanpun," ujar Darren yang mulai merasa panas dengan perdebatan tidak penting ini
"Justru karena Bapak wakil CEO makanya harus memberikan contoh yang baik untuk para karyawan." Darren hanya mendengkus saat mendengar perkataan Cecilia.
"Ckckck, sudahlah ikut saja jangan banyak protes," ucap Darren lalu segera menarik tangan Cecilia menuju ke lift.
"Dompet saya ada di dalam tas." Sebuah kalimat mengandung nada protes kembali terdengar dari bibir Cecilia yang hari ini dipulas dengan warna nude.
"Ponsel bawa kan, tapi?" tanya Darren dengan jari telunjuk memencet tombol angka 1.
"Bawa," jawab Cecilia singkat.
"Sudah cukup itu. Lagian sudah pasti ada aplikasi mbanking dan uang elektronik, 'kan?" Darren segera membawa Cecilia masuk ke dalam ruangan yang sempit itu.
Restoran India yang memiliki cita rasa pedas menjadi tujuan Darren, karena setahu dirinya kebanyakan perempuan senang sekali meluapkan emosi dengan memakan sesuatu yang pedas. Pilihan kari Vindaloo dan Chicken Cettinad yang menggugah selera makan menjadi andalan Darren. Dia dan Cecilia sampai berkeringat dan mengeluarkan air mata lantaran saking pedasnya kuah kari yang berwarna merah pekat.
"Bapak mau membunuh saya dengan kuah kari yang pedas ini rupanya!” sentak Cecilia sambil menyeka wajahnya dengan sehelai tissue.
"Masih ada yang lebih pedas daripada ini, Cecilia yaitu cabai Carolina Reaper. Kamu makan 1 buah aja rasanya udah kayak mau meninggal. Apa kamu mau coba sekarang?" timpal Darren sambil membuka mulut karena sensasi rasa pedas yang mulai membakar lidahnya.
"Tidak, terima kasih. Bapak saja yang makan," tolak Cecilia, lalu meminum es teh manis.
"Saya cukup sering makan cabai kalau Carolina Reaper itu saat di Boston," ucap Darren yang sekarang mengunyah daging kambing.
"Terus saya harus bilang wow gitu karena Bapak sering makan cabai Carolina Reaper itu."!Kembali Cecilia melontarkan kalimat sinis itu terhadap Darren.
Akhirnya pria itu memutuskan untuk tidak menanggapi protesnya dan segera menghabiskan kari yang semakin lama semakin menyakiti lidahnya. Setidaknya Cecilia tidak akan meluapkan kekesalannya kepada tong sampah ataupun benda lainnya setelah ini, karena energinya sudah terkuras habis untuk menghabiskan semangkuk kari ayam yang sekarang tersisa seperempatnya.
***
Hari pertama mengawasi proses syuting iklan body mist Gregorius dimulai. Darren dan Cecilia berangkat ke lokasi syuting yang cukup jauh dari kantor pada pukul 11 karena syuting akan dimulai pukul 14:00. Oleh karena itu, Darren mengajak Cecilia dan supirnya untuk makan terlebih dahulu di restoran yang berdekatan dengan gedung kantor.
Jika semuanya berjalan lancar, proses syuting akan memakan waktu 3 jam perhari selama 3 hari berturut-turut, dan sepanjang hari pada hari keempat yang merupakan hari terakhir syuting. Proses syuting dilakukan pada 4 tempat yang berbeda, bahkan pada hari terakhir kami harus menyambangi kota Bogor yang menjadi lokasi syuting dengan konsep alam terbuka.
"Apakah Bapak sudah tahu siapa model iklan untuk body mist Gregorius?" tanya Cecilia saat mereka berdua tiba di lokasi syuting pada jam 13:30.
"Tobias Tanujaya, cuma saya tidak tahu siapa dirinya," jawab Darren sambil melihat para kru yang sudah mulai sibuk.
Saat memindai ruangan ini, Darren melihat salah seorang pria yang memiliki paras yang tampan dengan ciri khas oriental. Pria yang sangat putih bahkan melebihi Cecilia yang memiliki kulit seputih s**u.
"Nah yang Bapak lihat itulah Tobias Tanujaya," Tunjuk Cecilia dengan dagunya
"Tapi saya baru sadar kenapa hanya 1 model sementara body mist ini bisa dipakai untuk pria dan wanita?" tq.anya Darren dengan heran.
"Itu karena bayaran Tobias sangat mahal. Bisa untuk 2 model, saya jadi bingung siapa yang mengajukan Tobias sebagai modelnya. Padahal kita bisa pakai 2 orang dengan tarif yang sama. Mentang-mentang dia itu Metuber dengan subscribe 11 juta dan followers di IG bisa sampai 3 juta makanya pihak marketing memilih dia," jawab Cecilia dengan kesal.
Apakah pria bernama Tobias ini juga sempat memiliki masalah dengan Cecilia, sehingga dia bersikap sinis seperti ini? Tanya Darren dalam hati.
Suara sutradara yang mengatakan jika proses syuting akan segera dimulai membuat Darren mengalihkan perhatian ke arah pria dengan aura bintang yang sangat kuat itu. Tobias memegang sebuah botol berwarna hijau mint dan memegangnya didepan d**a.
Seketika Darren merasa insecure melihat pria yang bernama Tobias Tanujaya itu. Entah kenapa saat melakukan syuting aura mengintimidasinya sangat kuat. Bahkan sutradara pun merasa sungkan dengannya.
"Cut, istirahat 10 menit untuk mengambil take yang barusan," ucap sang sutradara dengan jengah karena sang model tidak bekerja sama dengan baik.
"Hey, Tobias, kamu serius tidak sih syutingnya? Masa ulang take sampai berulangkali?" ucapan Cecilia yang julid dan nyinyir itu terdengar tak lama kemudian.
"Astaga! Apakah kali ini Cecilia juga akan mengajak Tobias berdebat? Jika iya, gadis angkuh ini memang memiliki sifat yang tidak mau mengalah rupanya. Sebenarnya apa yang ayah lihat dari gadis si pembuat onar ini?" tanya Darren dalam hati.