Aruna melangkah keluar dari kamar kecil resto, dan terkejut melihat Seno berdiri menunggunya, Aruna menautkan alis dan menunduk, ia masih gugup setiap kali bertemu dengan Seno atau bertatap muka dengannya. Seno tersenyum dan mengelus leher belakangnya, Seno juga jadi salah tingkah ketika mereka bertemu. “Kamu ngapain di sini?” tanya Aruna menoleh kanan kiri, semoga saja mereka tak terlihat oleh siapa pun. “Saya mau bertemu dengan kamu,” jawab Seno. “Astaga.” “Kamu … saya antar pulang ya,” kata Seno menawarkan untuk kesekian kalinya. “Iya iya. Tapi kan tak enak sama teman yang lain,” kata Aruna. “Yang penting kamu sama saya, jangan pulang sama orang lain.” Seno melanjutkan. Aruna bingung, kedekatannya dengan Seno membingungkan, mereka hanya berteman tapi sikap Seno kepadanya seperti