What a Suprise

1460 Kata
Di dalam mobil tidak terlalu banyak perbincangan. Joshep terlihat fokus menyetir tapi fikirannya entah kemana sekarang. Kezie hanya melihat keluar sesekali mengecek ponselnya. Aurora? Suasana hati gadis itu sangat baik hari ini. Ia bernyanyi mengikuti irama musik yang diputarnya. Aurora berharap pria yang mengganggu fikirannya beberapa hari ini juga ikut. Setelah menempuh waktu setengah jam, mereka sampai di kediaman Azka. Terlihat Azka dan Jessica baru keluar dengan Azka menarik sebuah koper dan menyandang sebuah ransel. "Wah... kalian dateng tepat waktu," ujar Azka. "Oya, Kak. Nih kenalin, Joshep. Josh, ini Kak Azka, pacarnya Kak Jessie." Joshep memang belum pernah bertemu dengan Azka, ia hanya pernah bertemu dengan Jessica. Itu pun satu kali. Mereka tidak bicara banyak. Joshep melihat sekeliling tak menemukan orang lain di sana. Hatinya bertanya-tanya apa pria itu tidak ikut? Tentu jika itu benar bisa membuat hatinya sedikit lebih lega. "Udah semua kan?" Tanya Jessica. "Udah, Kak." "Sini aku bantu masukin barang-barangnya, Kak." Joshep membuka bagasi mobil hendak memasukan barang-barang milik Jessica dan Azka. "Gak usah, Josh. Gak pake mobil yang ini. Barang kalian di keluarin aja dulu," ujar Jessica yang langsung di turuti oleh Joshep tanpa banyak tanya. "Kita pake mobil Bang Azka?" Tanya Aurora yang tidak melihat sebuah mobil di halaman rumah Azka itu. "Kita lagi nunggu-" Perkataan Jessica terhenti melihat sebuah mobil Land Rover Discovery masuk melewati pagar depan. "Nah... tuh dia," potong Azka. Deg Jantung Joshep bekerja lebih cepat melihat mobil yang baru masuk pekarangan rumah Azka. Ia mengenal mobil itu. Dalam hati Joshep mulai bertanya-tanya. Apa mungkin pria itu? ‘Enggak mungkin.’ Joshep seakan tak percaya melihat siapa yang baru saja keluar dari mobil itu. Seseorang yang sangat dikenalnya. Seseorang yang tak pernah terfikir olehnya. "Maaf aku telat, kalian gak nunggu lama kan?" Tanya Billy yang baru keluar dari mobilnya. "Engg-" "Om?" "Loh... Josh?" Billy dan Joshep saling menatap dengan keterkejutan satu sama lain. "Kok di sini? Kata abang kamu mau pergi main sama temen," ujar Billy dengan wajah bingungnya. "Kalian saling kenal?" Tanya Aurora melihat bergantian 'calon' dan sahabatnya. "Ya kenal lah. Dia keponakan yang aku bilang waktu itu loh. Wah ternyata kalian udah kenal. Hm... Pacar?" Tanya Billy sambil tersenyum menatap Aurora dan Joshep bergantian. Joshep hanya diam, mencoba mencerna apa yang terjadi. Begitupun Kezie yang menatap khawatir Joshep. Rasa khawatir yang semakin hari semakin bertambah pada pria itu. "E-enggak, Kak. Kami cuma temen kok. Eh nggak nggak... sahabat. Joshep salah satu sahabat aku selain Kezie," ujar Aurora sambil tersenyum ke arah Joshep. "Wah kebetulan banget adik aku temenan sama ponakan kamu," ujar Jessica menyala. Ia memang belum pernah bertemu dengan keponakan Billy. Hanya mendengar namanya saja. Aurora yang tampak salah tingkah membuat Joshep membuang pandangannya ke arah lain. Salah tingkah karena ada Billy di sini dan salah tingkah karena ia sudah menceritakan semua perasaannya pada Joshep yang ternyata keponakan Billy. "Hei, udah lama kamu gak ke apartemen. Kemana aja, huh? Dasar anak nakal," ujar Billy mendekat untuk memeluk Joshep sebentar. Ia memang sangat menyayangi Joshep. "A-aa iya. Aku... aku lagi sibuk di kampus, Om." Joshep yang sudah mulai tersadar dari keterkejutannya menjawab dengan kaku walaupun sekarang banyak sekali pertanyaan yang ada di kepalanya. "Iya, dia sibuk, Kak. Sibuk sama cabe-cabe," cibir Aurora membuat Billy dan yang lainnya tertawa. Joshep mencoba untuk tersenyum, walau matanya kini terasa panas. Bagaimana mungkin seperti ini? Bagaimana mungkin ia harus bersaing dengan Billy, Omnya sendiri. Orang yang sangat ia sayangi setelah ayahnya. "Udah cukup peluk-pelukannya. Kita udah telat. Berangkat sekarang aja, yuk." "Tumben kamu ngomongnya pinter," cibir Billy membuat Azka yang tadinya tersenyum malah berubah menatapnya datar. "Abang kurang jauh mainnya." Billy yang menyetir. Jessica dan Azka duduk di kursi tengah bersama dengan Kezie. Sedangkan Joshep memilih duduk di kursi paling belakang. Disusul dengan Aurora. Billy yang melihat tidak ada yang duduk di sampingnya menoleh ke belakang menatap mereka satu persatu dengan kesal. "Halloo. Aku supir disuruh nyetir sendiri? Pindah ke depan satu," ujar Billy menoleh ke belakang menatap Jessica, Azka dan Joshep seolah menyuruh mereka untuk pindah ke depan. "Josh," panggil Billy. "Hah? O-oo aku di sini aja, Om." Joshep tersenyum kecil lalu menyandarkan dahinya pada kursi di depannya. Billy tahu jika ia tidak bisa memisahkan pasangan alay Jessica san Azka. Ia juga merasa sedikit canggung dengan Kezie. "Ara. Bisa pindah ke depan?" Degg "Ehh I-iya. Bentar, Kak." Aurora dengan perasaan campur aduk pindah ke kursi depan. Yang lain tampak acuh dengan itu berbeda dengan Joshep yang sempat mengangkat kepalanya sebentar sebelum kembali menaruh dahinya di atas lipatan tangan yang bertumpu pada kursi. Sudah dua jam lebih mereka berada dalam perjalanan. Kezie sang ratu tidur sudah masuk ke dalam alam mimpi. Jessica dan Azka membicarakan hal random sesekali memasukan Billy dan Aurora yang masih terjaga ke dalam obrolan mereka. "Kak, haus? Mau aku bukain minum?" Tanya Aurora, ia fikir Billy dari tadi pasti lelah dan haus. Sudah dua jam menyetir juga mengobrol tanpa minum. "E-ee iya, lumayan. Tolong ambilin satu, biar aku yang buka," ujar Billy sedikit terbata. Melihat Aurora yang tampak imut dengan pakaian yang ia gunakan kini cukup membuatnya berdebar. Melihat mata Aurora menatapnya lembut sudah membuatnya mati kutu. "Assek! Billy Wesphal gugup ya diperhatiin cewek cantik?" Goda Azka membuat Billy dan Aurora tampak malu-malu. Ia sendiri merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol diri. "Aku gugup? Kenapa aku harus gugup? Biasa aja," ujar Billy namun gelagatnya jelas sekali seperti orang salah tingkah. "Ini, Kak. Udah aku buka," ujar Aurora menyerahkan air mineral yang tutupnya sudah di buka. Ia hanya ingin Billy bisa langsung meminumnya tanpa bersusah payah. "Terlihat sangat jelas, Boss." Jessica menggoda menampilkan smirknya. "Apaan sih. Pasangan alay! Tidur gih sana, mulut kemana-mana kalau bangun. Ganggu aja," ujar Billy dengan kesal. Entah kenapa Aurora merasakan pipinya memanas setelah mendengar Billy gugup. "Gitu aja marah lo, Bang. Sensitive banget kayak p****t bayi," ujar Azka lalu menatap Jessica. "Tau nih. Dasar jomblo," lanjut Jessica menatap Azka diikuti beberapa anggukan dari keduanya. "Talk to my ass." Mereka mungkin berfikir jika Joshep sudah tidur. Tapi tidak, ia tidak tidur. Joshep mendengar semuanya. Kemudian ia lebih memilih memejamkan matanya berharap dapat tertidur. Rasanya semakin sakit mendengar lebih jauh lagi. Karena perjalanan yang lumayan jauh couple alay akhirnya tertidur dengan Jessica bersandar di bahu Azka. Kezie yang terbangun melirik Joshep yang duduk di belakang. Melihat mata Joshep terpejam, akhirnya Kezie pun menyusul yang lain untuk tidur lagi. Sekarang tinggal Billy dan Aurora yang masih terjaga. "Mereka semua tidur," ujar Aurora memecah keheningan antaranya dan Billy. "Kalau ngantuk, kamu tidur aja." Mendengar ucapan Billy entah kenapa membuat ujung sudut Aurora terangkat membentuk senyuman. "Gapapa kok, Kak. Aku enggak ngantuk, nemenin Kakak aja. Jaga-jaga ntar kalau Kakak ngantuk, aku belum mau tinggal nama karna nyungsep ke jurang." Seketika Aurora merutuki bibir seksinya yang dengan lancang mengeluarkan kata-kata bodoh. "Gak mungkin lah aku bikin kita semua celaka," ujar Billy sambil tertawa pelan. "B-becanda, Kak. Ntar aku tidur kalau ngantuk kok," ujar Aurora sedikit tersipu yang dibalas anggukan oleh Billy. Billy menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. Ia sedikit tidak nyaman dengan lengan kemejanya yang panjang. Billy sedikit kesulitan menggulungnya dengan menggunakan satu tangan. Aurora yang melihat itu segera menawarkan bantuan pada Billy. "Sini, Kak. Aku bantu." Tanpa menunggu jawaban Billy, Aurora lalu mulai menggulung lengan kemeja pria itu dengan perlahan hingga terlihat rapi. Billy berusaha fokus pada jalanan. Indra penciumannya dengan jelas mencium aroma parfume Aurora yang lembut sedikit mengganggu. "I-iya, makasih." Billy berdehem mencoba menutupi kegugupannya. Nafasnya berat selama Aurora bekerja menggulung lengan kemejanya. "Selesai," ujar Aurora yang tampak bangga dengan hasil kerjanya. "Makasih," ulang Billy lagi. "Sama-sama, Kak.” Walaupun belum terlalu lama saling mengenal satu sama lain, mereka sudah dapat berbicara dengan santai. Aurora juga begitu. Sedikit aneh memang, teman dekatnya hanya Kezie dan Joshep. Kadang sulit untuknya berbaur dengan orang baru. Tapi itu tidak berlaku untuk Billy. Cengkraman tangan Joshep pada pinggiran kursi mengeras. Tidak, ia tidak tertidur. Joshep mencobanya, tapi tetap saja mata itu seolah tak membiarkan hatinya istirahat sejenak. Joshep mendengar semua percakapan mereka. Tapi ia tidak bisa membuka matanya. Akan lebih menyakitkan jika melihatnya langsung. 'Apa lo beneran suka- gak... Apa lo udah mulai jatuh cinta, Ra?' *** "Bangun Bangun!! Banguun!! Udah sampai!!" Teriak Billy sambil memukul-mukul dasboard mobil. Azka dan Jessica terlonjak kaget karena teriakan Billy. "Oii berisikk!! Apaan sih Bill teriak-teriak!!” Balas Jessica yang juga teriak. “Mana yang lain? Eh, udah sampe, ya?" Tanya Azka yang masih mengumpulkan nyawanya. Ia melihat sekeliling, ternyata cuma mereka bertiga yang masih berada di mobil. "Iya udah sampai, Tuan Muda," sindir Billy. "Gak bisa ya bangunin pelan-pelan. Bikin jantungan aja," ujar Jessica menatap kesal Billy. "Emang. Sengaja. Bikin. Kalian. Jantungan. Biar. Cepet. Mampoees," ujar Billy sambil tersenyum manis pada mereka sebelum keluar dari sana. "Awas aja tuh anak aku bakalan bales," ujar Jessica. "Iya iya ntar kita bales. Yuk, Yang."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN