Chapter 1. Bajing-an Dari Edyson

1007 Kata
1. b******n dari Edyson Pria bajing-an. Playboy. Anak haram. Semua julukan itu tersemat di dirinya, tapi tentu saja Daniel tak peduli dengan omongan buruk orang lain tentangnya. Hidupnya memang getir. Sejak kecil ia menjadi anak haram keluarga pengusaha terkenal nomor satu di negara Adidaya ini. Lahir dari hasil hubungan gelap yang tidak direstui. Memiliki ayah tiri yang ternyata seorang psikopat yang gemar menyiksa dirinya, membuat mentalnya sekuat baja. Ia berhasil melarikan diri dari rumah besar yang terlihat megah layaknya istana, tapi merupakan neraka baginya. Malam demi malam harus ia lalui demi penyiksaan ayah tirinya yang sangat membenci dirinya karena ia bukanlah darah daging lelaki biadab itu. Ayah tirinya sangat menyayangi ibunya, tapi bukan berarti ia menerima keberadaan Daniel sejak pertama kali ia dilahirkan. Ah, Daniel menyeruput moccachino latte favoritnya di sebuah klub malam miliknya. Tidak ada yang setuju dengan kehadirannya. Kemunculannya di keluarga ini hanya menjadi polemik bagi anggota keluarga lain, sebelum akhirnya semuanya menerima dirinya. Dia berhasil menjadi bagian dari keluarga Edyson seutuhnya bersama adiknya, Selena. Meski begitu, beberapa orang masih membencinya. Mereka hanya menganggap Daniel sebagai anak haram dari Edyson yang mendapatkan harta melimpah sejak kematian Edyson. “Tuan,” Albert menyapanya untuk memberitahukannya tentang jadwal yang harus ia datangi setelah malam tenang ini. “Nona Sherin sudah menunggu di restoran sesuai janji.” “Huh, baiklah.” Daniel mendengarnya dengan enggan. Ia harus jadwal kencannya dengan Sherin si artis muda nan cantik yang sedang naik daun itu merupakan hal yang diinginkannya sejak lama. Bukan Daniel namanya jika ia tidak bergonta-ganti wanita, tapi ia merasa sepertinya ia harus segera menemukan pendamping hidup. Siapa pun itu, selama ia cantik, Daniel tidak akan masalah. Persetan dengan Sherin yang gemar berbelanja. Uangnya tidak akan pernah habis hingga tujuh turunan, apalagi sekarang ia memiliki 25% warisan dari Edyson tua. Tanpa warisan dari kakek tua bangka itu, Daniel sudah kaya raya hasil dari kerja kerasnya dan bisnis rahasianya di dunia hitam. “Kau tunggulah di mobil,” perintah Daniel sambil menyesap moccacino dari cangkirnya. Albert berbalik ke arah parkiran mobil tanpa menyadari dua pria berjas hitam merangsek masuk dan menabraknya. “Hei,” gerutu Albert. “Kalian ... “ Lelaki itu hanya bisa menggeleng melihat sikap arogan mereka yang sangat menyebalkan. Kedua pria berjas itu terus berjalan tanpa melirik sedikit pun ke arah Regan bahkan untuk meminta maaf. “Dasar b******n,” bisik Albert lirih saat memutuskan untuk membiarkan mereka begitu saja tanpa perlawanan. “Apa kau Daniel?” Ternyata kedua pria berjas itu adalah orang suruhan seseorang untuk menghabisi Daniel malam itu. Albert terlanjur keluar dari cafe, menunggu bosnya datang menyusulnya. “Siapa kalian?” Daniel berdiri menyambut kedatangan dua pria misterius yang ia yakin datang untuk menghajarnya. “Anda tidak perlu tahu siapa kami!” Salah satu dari mereka menodongkan senjata api ke perutnya. Menutupi benda mematikan itu dengan jasnya agar para tamu lainnya tidak melihat ancaman yang mereka lancarkan pada Daniel. Daniel tersenyum dingin mendapati ancaman mereka yang norak layaknya anaknya kecil. “Silakan ikut kami jika Anda ingin selamat. Atau peluru ini akan bersarang dalam tubuh Anda!” Tak punya pilihan, Daniel terpaksa menuruti perintah mereka. “Baiklah,” katanya menyerah begitu saja tanpa perlawanan. Pikirannya terus mencari cara untuk mengalahkan dua pria bersenjata ini. Sialnya ia lupa kalau sebelumnya ia menaruh senjatanya di dashboard mobil. Hari sial memang tidak pernah tercatat di kalender. Daniel mengingat jika ia masih diberikan nafas setelah tragedi ini, ia bersumpah akan membawa pistol di saku celananya. Meskipun merepotkan juga menyusahkan dirinya saat sedang di toilet nanti. Daniel terpaksa mengikuti perintah mereka. Langkah ketiganya menarik kecurigaan beberapa pelayan cafe, Daniel memberi mereka isyarat agar tidak ikut campur. Para pelayan kafe yang melihat tindak-tanduk mencurigakan dua pria di belakangnya hanya bisa menelan saliva mereka sambil mengangguk paham. “Cepat!” Salah satu dari mereka yang menodongkan senjata mendorong Daniel agar berjalan lebih cepat lagi. “Oke, santai, Bro!” Daniel menenangkan mereka dan mulai melangkah cepat sambil mencari cara melepaskan diri. Kenyataan bahwa dia tidak selicik dan seculas dua pria di belakangnya membuat Daniel menggeram marah. Di depan pintu kafe, saat akan memasuki mobil Bentley hitam milik mereka yang berjarak cukup jauh dari area kafe, Daniel sudah diserang terlebih dahulu dengan membabi-buta. Serangan awal tepat mengenai tengkuk Daniel hingga pandangannya memudar. Tubuh Daniel yang kekar berotot jatuh terjerembab ke tanah. Pukulan selanjutnya mengenai wajahnya yang tampan. Daniel mengerang saat keduanya terus menghantam dirinya. Dia berusaha melindungi dirinya dari serangan yang terus mereka lancarkan tertubi-tubi. Sayangnya, ia tak kuasa melawan balik. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah bertahan. Meskipun rasanya juga sulit dilakukannya saat ini. *** “Menikah?” Rachel berkata pada dirinya sendiri sambil mengulangi kata-kata yang diucapkan sang ayah padanya sebelum ia melarikan diri. Memangnya sekarang masih zaman perjodohan ala kerajaan yang para orang tua yang sibuk mengatur pernikahan putra-putri mereka di kalangan bangsawan. Rachel bukan penganut paham liberal. Di usianya yang menginjak 28 tahun, dia masih perawan. Bukan berarti dia tidak memiliki kekasih, tapi dia terlalu sibuk mengurusi para pasien di rumah sakit. Sebagai seorang dokter umum yang baru lulus, setelah beberapa drama dengan orang tuanya, Rachel akhirnya mendapatkan gelar yang dia cita-citakan selama ini. Itu pun, ia harus berjibaku dengan kekeras-kepalaan sang ayah dan ibu yang terlalu penurut sehingga menjadi putri semata wayang mereka menjadi anugerah sekaligus cobaan baginya. “Pokoknya, Papa tidak mau tahu. Kau harus menikah dengan lelaki pilihan Papa.” “Bagaimana jika aku menolak?” Rachel bersikeras. “Maka Papa tetap harus menikahkanmu dengannya.” Rachel tertawa miris, “Kenapa Papa tidak menyuruh Erin yang menikah. Bukankah Papa lebih sayang padanya dibandingkan aku?” “Sherin memiliki kekasih dan dia juga akan menikahi kekasihnya. Sedangkan kau?” “Aku juga ... “ “Jangan membohongiku, Rachel. Papa sudah tahu kalau kau belum memiliki kekasih, karena itu, turutin perintah Papa dan menikahlah!” Belum selesai Rachel berbicara, Lukas telah lebih dulu memotongnya. Lelaki itu membanting pintu dengan kasar. Bersungut kesal karena putri kandungnya mulai berani menentangnya. "Kalau begitu, tunggulah. Aku akan menikahi lelaki mana pun yang kutemui malam ini asalkan tidak menikah dengan lelaki pilihanmu!" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN